BAB 3.
POV LARAS
Begitu aku bangun, sudah ada di atas tempat tidur. Mbak Nurma sedang duduk di pinggir ranjang.
"Mbak, aku kenapa?" tanyaku.
"Kamu pingsan tadi waktu mau sarapan. Kamu harus cek ya, biar bidan tetangga kami mengecek kondisi kamu. Sedang dipanggilkan oleh Mas Mahendra," ucap mbak Nurma.
"Hmmm, aku pusing, bu. Kepalaku kayak muter begitu tadi pas jalan ke dalam!"
"Ya sudah kita tunggu saja mas mu datang dengan Ibu bidan Dita." ucap mbak Nurma.
"Maafkan aku ya mbak, aku jadi merepotkan mbak sekeluarga."
"Iya tak apa, namanya juga kamukan adek kami..." Mbak Nurma mengelus rambutku.
Tak lama kemudian mereka berdua datang.
"Ini bu bidan, silahkan masuk," ucap mas Mahendra yang datang diikuti oleh Ibu Bidan Dita yang masih muda.
"Oh, iya pak." Kemudian dia duduk dipinggiran Kasur dan mengukur tensiku.
"Mari mbak, sini saya ukur tensi dulu ya. apa yang dirasakan?" tanyanya.
"Pusing dokter." Kemudian sesudah di cek dia membereskan alatnya.
"Ibu tekanan darahnya rendah, Ibu sedang hamil ya?" tanya bidannya.
"Iya bu bidan, saya kemarin cek pakai testpack saya hamil...."
"Kalau begitu saya akan kasih obat dan vitamin ya ibu. Jangan lupa selalu minum susu khusus ibu hamil dan makan-makanan yang bergizi. Supaya janin yang didalam kandungan Ibu bisa sehat," ucap bidan Dita.
Setelah memberikan vitaminnya dan obat yang harus diminum serta menjelaskannya, bidan Dewi segera pamit pulang.
"Nah, kamu harus mulai makan yang banyak dan bergizi, Ras. Minum vitamin dan susunya juga. Nanti mbak akan belikan susunya," ucap mbak Nurma.
"Terima kasih mbak."
"Iya sama-sama, ayo kamu makan dulu. Mau dibawakan atau kamu jalan sendiri ke meja makan?"
"Biar saya jalan saja mbak ke meja makan!" ucapku.
"Baiklah. Kami juga belum makan, yuk sama-sama."
Kemudian kami berdua ke meja makan. Mas Mahendra yang sudah selesai mengantarkan bidan Dita, langsung ke meja makan gabung sarapan dengan kami.
"Papah mau ke kantor hari ini?" tanya mbak Nurma.
"Hm, ya nanti saja agak siangan. Laras, kamu harus jaga kesehatan dan kandunganmu ya. Itu vitamin dan obatnya jangan lupa diminum. Dan nanti malam kita ke swalayan beli susumu." ucap mas Mahendra sambil menyentong nasi.
"Iya mas. Terima kasih. Mungkin aku stress dengan kejadian ini dengan mas Bobby. Aku minta maaf ya mas, jadi merepotkan mas dan mbak disini."
"Ya sudahlah, kitakan cuma dua bersaudara, kita harus bisa saling membantu."
"Baiklah mas, sekali lagi terima kasih."
Setelah kami sarapan, aku minum obat dan vitamin yang diberikan dokter dan istirahat. Beberapa hari kemudian kondisiku semakin membaik. Hp tak pernah kubuka supaya mas Bobby tak menggangguku.
Pagi itu aku berniat untuk ke kantornya mas Bobby, untuk menyelidiki perselingkuhan yang dilakukan oleh suamiku. Setelah bersiap aku keluar kamar dan bertemu dengan mbak Nurma.
"Mbak, aku mau ke kantor mas Bobby, aku mau menyelidikinya supaya nanti gugatan ceraiku ke mas Bobby ada dasar yang kuat karena ada pihak Pelakor!" ucapku.
"Ya sudah hati-hati di jalan. Kamu naik apa?" tanya mbak Nurma.
"Aku naik taxi online saja."
"Kamu sebaiknya di antar oleh supir supaya kamu enak mengikutinya. Lagi pula nanti sekalian bisa menjemput Shinta di rumah neneknya.'
"Ya sudah boleh mbak. Terima kasih sebelumnya."
Kami berdua ke depan, Pak Joni supir keluarga mbak Nurma segera siap dan naik ke mobil setelah disuruh mengantarkanku.
"Saya pergi dulu mbak, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Aku naik ke dalam mobil dan melaju ke kantor mas Bobby. Kami sengaja masuk ke dalam Are parkir dan mobil mengarah ke pintu lobby kantor itu agar aku bisa melihat orang yang keluar masuk kantor itu.
Tiba-tiba ada sebuah mobil melewati mobil kami yang ternyata adalah mobil mas Bobby.
"Mau kemana dia. Pak Joni ikutin mobil warna putih itu!" ucapku.
"Ya bu." Segera mobilnya kami ikuti. Tak jauh dari gedung kantornya dia berhenti di sebuah halte dan seorang perempuan berambut panjang dan mempunyai ciri-ciri yang sama dengan wanita yang aku lihat di pangkuan mas Bobby waktu itu, naik ke dalam mobil.
"Sialan tu Pelakor, janjian sama mas Bobby!" ucapku.
"Ikutin terus bu?" tanya Joni dari depan.
"Iya ikutin terus pak. Jangan sampai tertinggal, tapi juga jangan dekat-dekat!"
"Baik bu." Mobil itu mengarah ke sebuah hotel dan masuk ke dalam halaman hotel tersebut.
"Ikutin terus pak, masuk saja. Dia tak kenal mobil ini kok. Kalau bisa parkir di samping mobilnya," suruhku.
"Baik bu." Mobil segera parkir di samping mobil mas Bobby. beda tiga meter. Ternyata mereka masih ada di dalam mobilnya. Kulihat mobil nya bergoyang-goyang. Aku arahkan camera HPku ke mobilnya dan lima menit kemudian mereka keluar.
'Bener itu si pelakor! Kurang ajar!' ucapku dalam hati.
Kamera HP terus mengarahkan ke mereka, mereka berjalan berangkulan menuju ke dalam hotel. Aku turun dengan memakai topi mas Mahendra yang ada di dalam mobil dan mengikuti mereka dan HP kukantongi di bajuku dan camera nya masih merekam.
Aku berjalan berhati hati masuk ke dalam lobby hotel. Tampak kedua orang tersebut ada di receptionis sepertinya mau membooking kamar. Kududuk tak jauh dari mereka membelakangi mereka. Kamera HP kumatikan dan kuhidupkan kembali dengan kamera depan, sehingga bisa terlihat di layar apa yang mereka lakukan.
Kamera Hp kumatikan setelah mereka pergi menuju ke lift dan setelah sejam kumenunggu mereka keluar dari dalam lift. Kamera rekam kuhidupkan kembali. Mereka mengembalikan kunci kamar di receptionis dan keluar dari hotel. Tampak Mereka habis mandi jadi rambut mereka berdua masih basah.
Kuikuti terus mereka sampai mereka manaiki mobil, di dekat mobil mereka ku sembunyi di sebuah mobil supaya tidak terlihat oleh mereka. Setelah mobil mereka pergi aku langsung berjalan ke mobil dan menaiki mobil.
"Huhhh...Ayo pak ikuti lagi mereka. Saya mau mengikuti si perempuan itu, dimana rumahnya!" perintahku.
"Baik bu."
Setelah kami mengikuti mereka yang arahnya bukan ke arah kantor mas Bobby. Di depan sebuah jembatan kecil di atas sebuah kali, perempuan itu turun. Ternyata itu adalah sebuah gang.
"Pak Turunkan saya di tempat perempuan itu turun, ya!" ucapku.
"Baik bu, nanti saya parkir di sebelah sana ya bu."
"Oke pak Joni."
Aku turun di depan jembatan yang menghubungkan sebuah gang kecil. Tempat ini terkenal dengan kumuh. Aku berjalan mengikuti si perempuan itu jalan. Tak lupa aku sudah menghidupkan kamera HP ku. Video sudah berputar.
Perempuan itu masuk ke sebuah rumah kecil yang depannya sudah rusak. Aku mendekat terus ke rumahnya.
Di depan pintu rumahnya yang sudah tertutup aku ketok.
TOK
TOK
TOK
"Ya....!"Aku menunggu pintu dibuka dari dalam.
"Ya." Pintu dibuka tampak seorang wanita cantik dan kurus, mukanya ada beberapa jerawatnya, tampaknya dia memang sudah berganti pakaian sebelum membuka pintu sehingga kulihat pakaian nya sudah ganti.
"Kamu masih kenal saya?" tanyaku.
"Oh, istrinya mas Bobby? Ada apa? Berani sekali kamu datang ke rumah ini?" tanyanya sambil melipat tangannya di depan dada.
"Hm, sejak kapan kamu berhubungan dengan suamiku?" tanyaku sambil menahan amarahku.
"Hm sejak kamu sudah jarang memberikan pelayanan yang memuaskan untuk suamimu!" Jawanya dengan memajukan wajahnya.
"Atas dasar apa kamu tau kalau suamiku tidak puas denganku?" tanyaku membantah.
"Ya, karena kamu sering menolak dia untuk berhubungan intim! Tidak memuaskan, tidak kreatif dan selalu monoton!!" jawabnya.
"Kapan saya menolaknya, dia dari kantor saja selalu langsung tidur atau palingan menelpon kamu pelakor!!" Jawabku dengan nada agak tinggi.
"Sudahlah, kamu pulang saja! Kalau mau jelasnya kamu tanya saja kenapa suamimu mau samaku! Aku mau istirahat, tadi habis melayani suamimu di hotel!" ucapnya dengan sinis.
"Apa yang kamu mau dari suamiku?" tanyaku dengan nada gemetar menahan amarah.
"Hah? Apalagi kalau bukan uang! Suamimu kaya, manager di perusahaan besar!! Dan dia kalau main sama aku selalu puas, karena banyak gaya, kalau sama kamu palingan gaya konvensional aja! Hahahaha." Dia meledekku dengan senang.
"Awas kamu, kalau kamu lanjutkan menggoda suamiku! Aku akan laporkan ke polisi dengan Tuduhan berzinah!"
"Halah, mana buktinya? Hahaha, sudahlah sana!" Dia mendorong dadaku dan aku mundur selangkah.
"Hm, kamu memang pelakor!! Sialan!!" Aku maju dan tarik rambutnya, kugoyang-goyangkan kepalanya dan kudorong kepalanya ke depan. Aku langsung masuk dan memukuli wajahnya.
PLAKKK
PLAAKKK
"Dasar pelakor!" Ucapku kesal dan dia berteriak.
Karena keributan dirumahnya, ternyata ayahnya yang baru pulang dari Mesjid datang dan segera melerai kami.
"Ada apa ini?!! Ibu siapa? Kenapa berkelahi dengan anak saya dan memukulinya!!??" tanyanya dengan marah.
"Suami saya sudah digoda oleh anak bapak!" ucapku dan membenarkan hijabku yang sudah mau lepas.
"Benar kamu menggoda suaminya, Sandra???" tanya Bapaknya.
"Saya tak menggodanya, wong suaminya sendiri yang mengejar aku, Pah!" Jawabnya.
"Kamu sudah berapa kali sudah papah larang untuk menggoda laki-laki orang! Apa sih yang kamu inginkan? Uang mereka? Kepuasan hah??!!"
PLAAAKK
"Anak kurang ajar!! Masuk kamu!!"
"Gak mau!! Saya memang suka dan cinta sama suaminya!" Balasnya dengan teriakan.
"Anak kurang ajar dibilang nggak boleh mengganggu orang lain!! Papah hajar kamu!" Bapaknya langsung mengambil sapu ijuk dekatnya, melihat itu Sandra langsung lari ke kamarnya dan menutup pintunya dengan keras.
BRAAKK
"Heh, keluar kamu!! Anak nggak tau diuntung!!" Teriaknya di depan pintu kamar Sandra.
"Sudahlah pak, saya pamit dulu. Tapi tolong bilang sama anak bapak, karena suami saya sekarang sering jalan dengannya ke hotel!" ucapku.
"Maafkan anak saya ya bu, nanti saya pasti akan menghajarnya!" Jawab orangtuanya.
"Jangan dihajar pak, bicarakanlah dengan baik-baik!"
"Dia sudah tiga kali dan ini ke empat menggoda keluarga orang yang sedang bahagia. Mereka rata-rata orang berada dan sukses. Saya tidak tau kenapa Sandra menjadi anak yang seperti itu??" Ucap bapaknya menundukkan kepalanya.
"Baiklah pak, saya mohon pamit dulu!" ucapku. Kamera tetap merekam semua kejadian itu.
"Baik Bu, maafkan anak saya sekali lagi."
"Assamualaikum."
"Waalikumsalam." Aku berjalan kembali keluar gang menuju ke mobil. Di dalam mobil aku langsung duduk dan membuka HPku untuk melihat semua rekaman yang terjadi.
'Aku sudah punya bukti kuat! Sekarang tidak ada lagi yang harus dipertahankan, aku sudah muak denganmu mas!'
Mobil langsung menuju ke rumah mas Mahendra. Sesampainya dirumah aku langsung mandi dan mengganti pakaian. Setelah rapi kukeluar dan makan di meja makan bersama Shinta.
"Tante, masih lamakan disini?" tanya Shinta.
"Masih lama kok. Emang liburnya sampai hari ini? Besok masuk sekolah lagi?" tanyaku.
"Iya tante, besok aku sudah masuk sekolah lagi!" jawabnya.
Setelah makan, aku beristirahat di teras dan tak lama kemudian mas Mahendra pulang dari kantornya.
"Wah, lagi santai Ras. Gimana sudah enakan belum?" tanyanya.
"Sudah mas Alhamdulillah. Mas masuklah dulu. Aku ada yang mau diomongin," ucapku.
"Baiklah saya masuk dulu ya," jawab mas Mahendra.
"Iya mas," Jawabku. Kulanjutkan minum teh nya.
Setelah Magrib kami makan malam bersama. Setelah itu mas Kirsna, Mbak Nurma dan aku duduk di di ruang tamu.
"Kamu tadi katanya ada yang mau disampaikan? Apa?" tanya Mas Mahendra sambil menyesap kopinya.
...
...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
~AruN~
ceritanya bagus, konflik menarik...sayang, banyak sekali typo.
mngkin bisa direvisi kembali atau untuk novel selanjutnya bisa lebih diperhatikan kembali untuk penulisannya supaya pembacs lebih nyaman 🙏🏻
terima kasih & tetap semangat menulisnya 💪🏻💪🏻💪🏻🌹🌹🌹
2023-05-08
1
Tika Tqn
keren juga konfliknya
2023-04-06
1