BAB 2.
POV Penulis.
"Ibu silahkan ini diminum, minum dek Bobby," ucap Nurma.
"Iya terima kasih," Jawab mereka berdua. Nurma duduk di sebelah Laras. Sedangkan Bobby dan Ibunya duduk bersebelahan.
"Begini Bobby, saya sebagai kakaknya Laras ingin menanyakan langsung kepada kamu, karena Laras datang ke sini dengan membawa koper besar!" ucapnya.
"Begini mas Mahendra, saya sebelumnya mau minta maaf kepada Istri saya, dia tadi pagi datang ke kantor saya dan masuk ke ruangan saya tiba-tiba dan dia sudah melanggar privasi dan aturan kantor saya. Saya memang sedang bersama tamu saya di ruangan!" jawab Bobby.
"Bukan itu masalahnya, dia itu mau mengembalikan HP mu yang ketinggalan. Dia sekaligus mengantarkan HPmu karena waktu dia menemukan Hpmu di bawah nakas di dalam kamarmu, ada telpon dari perempuan, namanya siapa Laras?" tanya mas Mahendra.
"Namanya Sandra Sweat...!" ucap Laras.
"Sandra itu tamu saya yang datang ke kantor mas, dia memang calon klien saya!" ucapnya dengan nada keras untuk membela diri.
"Jangan bicara dengan keras! Saya tidak tuli!" ucap mas Mahendra kesal.
"Maaf mas! Saya bukannya mau meninggikan suara saya, tetapi Istri saya sudah mempermalukan saya di kantor!" Balas Bobby.
"Mempermalukanmu bagaimana? Aku cuma mau mengembalikan HPmu! Karena setelah si Sandra telpon dia juga kirim pesan yang isinya jangan lupa bawa celana dalamku warna merah ya! Gitu kok!" Laras membalas tuduhan Bobby. Bobby diam saja.
"****** ***** warna merah apa maksudnya?" tanya mas Mahendra.
"Aku memang menemukan ****** ***** merah di dalam koper dinasnya, sewaku aku mengambil pakaian kotornya untuk dicuci mas. ****** ***** bekas!" ucapku kesal.
"Nah, bagaimana kamu bisa menjelaskannya, Bobby??" tanya mas Mahendra.
"Itu boong mas! Saya sudah memeriksanya sebelum saya keluar dari hotel! Gak ada itu ****** ***** merah!" ucapnya dengan sombong.
"Loh, itu buktinya ada, kok?" tanya mas Mahendra kesal.
"Kamu memang nggak mau kalah mas! Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat kamu ciuman dengan wanita yang nggak mungkin kamu dan tamumu berciuman dengan sangat bergairah begitu! Mana dia dipangku lagi!!" Ucap Laras kesal.
"Astagfirullah!" timpal mas Mahendra dan mbak Nurma.
"Jadi kamu maunya apa, hah!??" teriak Bobby ke Laras.
"Ceraikan aku! Dan Jual itu rumahmu aku menuntut harta gono gini dari rumah itu!!" ucap Laras kesal.
"Enak saja, itu rumahku! Dan semuanya juga dari uangku, bukan uangmu!!" ucap Bobby.
"Sudah, sudah, sudah, berisik!" Ibunya marah.
"Sudah kalau kamu mau bercerai tak apa-apa! Gitu aja kok repot Bobby! Perempuan banyak disana, kenapa kamu masih mempertahankan perempuan yang nggak bisa hamil!" ucapnya, yang membuat mas Mahendra naik Pitam.
"Bu, jaga omongan Ibu! Kita seharusnya menjadi penengah bukan malah jadi kompor! Kita jangan saling menyalahkan, tapi mencari kebenaran!" teriak mas Mahendra dengan keras.
"Heh Mahendra! Kalau Laras bisa menjadi istri yang soleha, dan jadi istri yang baik dan setia, melayani suami dengan baik, kenapa anak saya bisa selingkuh dengan perempuan lain! Kalian harusnya instropesksi diri dong!" Ibunya tak mau kalah dengan bentakan Mahendra.
"Aduhhhhh....Ternyata kamu salah memilih suami Laras! Ibunya yang seharusnya menjadi orang yang lembut dan menjadi panutan dari anaknya ternyata sama saja dengan kelakuan anaknya! Tidak punya hati!" Mahendra tampak heran dan bingung dengan kelakuan dan perkataan ibu Bobby.
"Jangan nuduh sembarangan! Laras bisa enak hidupnya karena suaminya. Dia bisa tinggal dirumah bagus, enak, nyaman, diurus oleh suaminya, dikasih baju bagus! Ini malahan suami ada salah sedikit dia kabur! Istri apa itu??!!" ucap Ibunya ketus.
"Ibu yang terhormat! Saya memang diberikan makan, dibelikan baju bagus oleh suami saya. Tapi saya juga mengurus dan menjaga harta suami saya dengan baik. Uang yang diberikan oleh mas Bobby juga setengahnya sudah diberikan kepada Ibu, kan? Saya hanya sepuluh persen saja yang saya pakai untuk membeli bahan makanan untuk makan sehari-hari!"
"Heh, sok tau banget kamu! Kamu itu sudah dikasih segitu juga sudah harusnya bersyukur! Bobby itu anak saya, dia harus berbakti kepada Ibunya sendiri! Dan kamu sudah tiga tahun menikah belum hamil-hamil! Dasar Mandul!" Tuduh Ibu Bobby lagi.
BRAAKKK
Mas Mahendra menggebrak Meja! Mereka semua kaget.
"Sudahlah bu! Ibu silahkan keluar dari rumah ini kalau hanya memperkeruh suasana! Saya bisa panggilkan warga untuk mengusir Ibu, kalau Ibu dan anak Ibu ini tidak segera keluar dari rumah ini!! Cepat!!" Teriak Mahendra.
"Sabar Pah...!" ucap Nurma kepada suaminya.
"Ayo Bob, kita pergi! Dasar keluarga bobrok! Gak tau berterima kasih! Pulang!" Ibunya berdiri dan menarik lengan Bobby mengajak pulang.
"Cuih! Keluarga Sialan!" ucap Bobby.
Plakkkk
Mahendra melempar tisue yang ada di atas meja ke muka Bobby dan berdiri menghardiknya.
"Jaga omonganmu!! Sini kalau berani!!" Teriak Mahendra. Melihat Mahendra menantang mereka berdua langsung berlari menuju ke arah mobilnya dan langsung melajukan mobilnya menjauh.
"Kurang ajar Bobby dan Ibunya! Sudahlah Laras, aku akan bantu gugat ke Pengadilan Agama, biar kamu bisa segera pisah dengan Bobby. Suami tak bertanggung-jawab. Mau enaknya saja selingkuh malah menyalahkan kamu!"
"Iya, kurang ajar banget sih Ibunya itu! Udah anak salah, dibela saja!" balas Nurma.
"Ya namanya juga dia itu dikasih uang terus sama anaknya! Aku malah cuma satu juta sebulan, Udah semuanya mbak. Bayar air, listrik, makan sehari-hari. Aku memang tak pernah beli baju selalu dibelikan baju oleh mas Bobby, tapi juga nggak setiap bulan mbak!" balas Laras.
"Cuma segitu kamu dikasih uang sebulan?" tanya mbak Nurma. "Mana cukup uang segitu buat semuanya!"
"Iya mbak, Aku tak pernah mengeluh! Namanya juga semua pemberian suami selalu aku terima dan tak pernah komplen kenapa cuma segini? Gak pernah mbak!"
"Ya sudah kamu sekarang tinggal saja disini. Aku akan urus gugatan ceraimu kalau kamu serius mau pisah dengannya!" ucap Mahendra yang masih dongkol.
"Iya mas, saya serius.Selingkuh itu penyakit mas, bukan sebuah ketidaksengajaan ataupun iseng!" ucap Laras.
"Ya sudah. Aku akan segera mengurus nya!" Kemudian kami semua makan malam dan beristirahat.
*
POV LARAS
Paginya aku buka Ponselku dan kulihat banyak pesan yang masuk dari mas Bobby semua. Aku baca satu per satu dan kututup HP ku lagi. Ku beranjak ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan sholat subuh di kamar itu. Setelah itu kukeluar kamar dan menemui mas Mahendra yang sedang duduk diteras. Dia sedang memegang ponselnya.
"Mas, boleh aku bicara?" tanyaku.
"Iya Laras, ada apa, boleh duduklah."
"Mas sebenarnya aku hamil!" ucapku.
"Hah, kamu hamil? Kamu sudah mengeceknya?" tanya mas Mahendra yang langsung meletakkan ponselnya di atas meja.
"Iya mas, aku sudah mengecek pakai testpack kemarin pagi. Tapi ada satu permintaanku!"
"Apa itu Laras?"
"Jangan beritahukan hal ini kepada mas Bobby. Kalau nanti aku melahirkan aku akan mencari uangku sendiridan menghidupi anakku sendiri mas."
"Ya sudah, kamu bisa tinggal disini sementara waktu sampai semua urusan dengan Bobby beres!"
"Iya mas, tapi beneran mas! Jangan dikasih tau kepada mas Bobby!" pintaku kepadanya.
"Iya Laras. Tapi kamu harus ke dokter dulu Laras. Cek kandunganmu! Jangan kalau ada apa-apa nanti kamu dan janinnya berbahaya!" saran mas Mahendra.
"Iya mas."
"Eh, Laras sudah bangun. Sudah sholat dek?" tanya Mbak Nurma.
"Sudah mbak." Mbak Nurma meletakkan kue dan seteko teh melati dengan gula yang terpisah dan duduk di sebelah mas Mahendra.
"Mah!"
"Ya."
"Laras ternyata hamil, mah!" ucap mas Mahendra.
"Hmmm Beneran kamu hamil, dek?" tanya mbak Nurma.
"Iya mbak, saya sudah mengecek dengan testpack kemarin pagi."
"Ya kamu harus segera ke dokter kandungan dulu atau bidan di Puskesmas supaya kamu bisa tenang dan menjaga kandunganmu."
"Iya mbak."
"Mbak, Shinta keponakanku kemana? Kok dari kemarin aku tak melihatnya mbak?" tanyaku.
"Oh Shinta sedang menginap di rumah ibuku. Dia masih libur sampai besok. Palingan nanti sore dia pulang," jawab mbak Nurma. "Kirain kemana? Aku ya tidak sadar kalau Shinta tidak di rumah."
Tak lama kemudian kami diberitahu oleh Bi Ijem kalau sarapannya sudah siap. Pada saat kami berjalan, kepalaku
berasa pusing dan pandangan seperti kabur dan aku jatuh tak sadarkan diri.
"LARAS..Ya Allah!!.."
...
...
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Sulati Cus
bener tu sekali selingkuh pasti tar kecanduan
2023-05-23
0
Sulati Cus
🤪kwajiban suami donk mamer tuk ngebahagiain istri😂
2023-05-23
0
Naraaulia
sudah salah ngotot lagi.
2023-04-10
1