Bab 15. KECURIGAAN ABAH

Bagaimana pun perasaan seorang ayah pasti lebih peka terhadap kejadian yang berada di sekelilingnya. Tanpa Umi mengatakan sesuatu pun ia mengetahui jika Aisyah tidak berada di dalam pondok pesantren tersebut.

Maka dari itu ia pun mengechek sendiri bagaimana kondisi kamar putrinya tersebut. Namun sayang, ternyata di sana tidak ada Aisyah dan ia menemukan ada sebuah barang yang tertinggal.

"Apa ini?"

Abah mengambil sapu tangan tersebut lalu menyimpannya sebagai barang bukti. Meskipun Abah jarang menemui Aisyah, tetapi beliau sangat ingat betul barang-barang apa yang dimiliki olehnya itu.

Mungkin sapu tangan itu milik Dealova karena ada inisial huruf Dv di sudut sapu tangan ditemukan olehnya. "Ini bukan milik Aisyah," gumamnya.

"Jangan-jangan Aisyah dibawa kabur olehnya, astaghfirullah."

Mengetahui hal itu, Abah pun bertekad untuk mencari kebenaran dan keberadaan putrinya. Apalagi beberapa hari lagi keluarga Zayd akan segera datang kembali dan berniat mengundang mereka dalam kajian rutin di kediamannya.

Tidak disangka saat Abah keluar kamar, beliau berpapasan dengan Umi. Tentu saja Umi tersentak saat bertemu dengan Abah.

"Umi, mau kemana?"

"Ke kamar Aisyah Abah, memangnya kenapa?"

Abah menarik lengan istrinya itu hingga masuk ke dalam kamar Aisyah. "Aisyah tidak ada Umi, kamarnya rapi, lihatlah!"

Detak jantung Umi berdetak dengan cepatnya, baru pertama kali ini ia harus berbohong pada suaminya. Jika sebenarnya kemarin beliau sudah mengetahui jika Aisyah hilang. Akan tetapi ia tidak berani mengatakan kenyataan itu pada suaminya.

"Bagaimana ini," ucap Umi gemetaran.

"Tenang, kita cari bersama."

Dalam sekejap, Abah mengeluarkan sebuah sapu tangan yang ditunjukkan pada Umi, "Lihatlah, kita punya sebuah petunjuk."

"Apa ini Abah?"

"Ini adalah peninggalan penculik itu?"

"Ha-ah! Penculik? Astaghfirullah."

"Iya, aku melihat barang ini tertinggal di kolong tempat tidur."

Seketika pemikiran Umi menjadi lebih cemas dan khawatir. Umi tidak menyangka jika hal itu bisa terjadi padahal sebelumnya Umi hanya mengira jika Aisyah kabur karena tidak ingin dengan perjodohan tersebut akan tetapi justru ada sebuah barang yang tertinggal di sana dan Abah pun berpikiran jika Aisyah diculik oleh seseorang.

"Mungkinkah Aisyah mencintai orang lain, Abah? Sehingga ia justru lari dari perjodohan ini?"

"Mungkin saja begitu, tetapi alangkah lebih baiknya kita segera mencarinya."

Umi mengangguk, sebagai pertanda jika ia menyetujui usulan yang diberikan Abah. "Umi ikut Abah saja, pokoknya yang terbaik bagi kita semua."

"InsyaAllah."

................

Di sebuah Cafe X-Ray, Aldi dan Noe sedang mengadakan pertemuan.

"Assalamu'alaikum," sapa Noe ketika melihat Albi tersenyum kepadanya.

"Wa'alaikumsalam, sudah lama?"

"Belum, paling baru habis satu gelas," ucap Albi sambil tertawa.

Bagi Albi datang lebih dulu sudah menjadi kebiasaannya. Apalagi ia hanya naik angkutan umum dan bukan seorang yang kaya raya. Sehingga membutuhkan banyak pengorbanan agar bisa sampai di tempat itu.

Hanya untuk memenuhi undangan dari Noe, Albi harus meminta ijin resmi dari Michael dan juga Dealova. Namun, Albi tidak pernah mau menunjukkan jika dia kekurangan. Jangankan meminta, diberikan kesehatan saja Albi sudah banyak bersyukur.

Setelah beberapa saat, rupanya pembicaraan mereka akhirnya menemui titik temu. Noe sedang menyelidiki seorang gadis muda. Sayang, beberapa kali bertemu ia sampai tidak menanyakan alamat tempat tinggalnya.

"Andai kamu menanyakan tempat tinggalnya maka akan lebih mudah aku mengawasinya."

"Sayang, aku lupa."

"Bagaimana jika saat nanti ketemu lagi, ambilah fotonya sebentar."

"InsyaAllah."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!