Bab 12. MENGHADAPINYA

Perjalanan Noe ke pasar tradisional itu tidak membutuhkan waktu yang lama. Hanya memakan waktu sekitar lima belas menit, kini Noe sudah sampai. Di tambah lagi kondisi jalanan siang itu cukup lengang. Sehingga perjalanannya menjadi lebih lancar.

"Alhamdulillah, nggak banyak menyita waktu."

Noe kembali memarkirkan mobilnya di tempat yang sama. Lalu tersenyum pada tukang parkir.

"Loh, kok balik lagi, Mas?"

"Iya, Pak. Ada yang ketinggalan," ucapnya sambil tersenyum malu.

Tanpa rasa curiga Noe kembali ke tempat dimana ia meninggalkan Umi Aletta. Awalnya ia meninggalkan Umi untuk membeli barang-barang keperluan rumah tangga yang belum lengkap. Maka dari itu tadi mereka terpisah satu sama lain.

Ketika Noe hendak sampai, rupanya ia melihat Dealova. Noe sempat berhenti untuk sesaat sambil memperhatikan dirinya dari kejauhan.

"Kenapa dia ada di sana?" ucap Noe gusar ketika menyadari jika ada sosok Aisyah yang turut duduk di samping Uminya.

"Anggap saja tidak pernah melihatnya!"

Noe berdehem untuk sesaat, mencoba menetralkan kembali mimik wajahnya. Lalu kembali berjalan ke arah ibunya.

Meskipun begitu, Noe seolah biasa saja dan bisa mengontrol emosinya. Aletta yang menoleh seketika tersenyum melihat putra semata wayangnya ada di sana dan menjemputnya.

"Assalamu'alaikum, Umi."

"Wa'alaikumsalam, beli ayamnya jauh ya, Kak. Kok lama banget?" goda Umi pada putranya.

"Astaghfirullah, maafkan kecerobohan Noe Umi."

Aletta tersenyum lalu menepuk tangan Noe, "Nggak apa-apa, yang penting kamu sudah di sini."

Umi menoleh ke arah Aletta, "Kenalkan gadis baik hati ini namanya Dealova. Dia yang menemani Umi sambil menunggu kedatangan kamu."

Noe menoleh ke arah Dealova begitu pula dengan sebaliknya hingga keduanya saling menatap satu sama lain. Teringat jika lelaki dan wanita bukan muhrim dilarang saling menatap, Noe memutuskan pandangannya segera. Tidak lupa ia mengucapkan terima kasih.

"Terima kasih, Dealova ... karena kamu sudah menjaga Umi dengan baik."

"Sama-sama, kalau begitu Dealova undur diri ya, Umi. Kasihan Abangku sudah menunggu sangat lama."

"Ya, sudah kalau begitu. Tolong sampaikan rasa terima kasih Umi padanya karena telah bersedia mengijinkan kamu untuk menemani Umi sejauh ini."

Dealova tersenyum ramah, "InsyaAllah Umi, kalau tidak ada hal lain lagi Dealova pamit. Assalamu'alaikum ...."

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka serampak.

Merasa tidak nyaman ketika berdekatan dengan Noe membuat Dealova tidak bisa berlama-lama di dekat Aletta. Entah mengapa sorot mata Noe membuat dirinya pasrah dan tidak bisa berbohong.

"Untung aja bisa segera kabur, kalau enggak ... bisa berabe, nih!"

Sementara itu Noe juga merasakan hal yang sama. Pikirannya berkecamuk, antara yakin jika Dealova adalah Aisyah, atau bukan.

Ditambah lagi, saat ini wajahnya begitu mirip hanya saja penampilannya berbeda. Tempo hari ia pernah bertemu dengannya. Meskipun tidak memakai hijab, Noe masih bisa mengenalinya dari cara berjalan dan tutur katanya.

"Sama, dia benar-benar sama dengan Aisyah. Aku harus segera memastikan hal ini!"

Ciri fisik yang lainnya adalah sorot mata Dealova sama persis dengan sorot mata Aisyah. Aletta menyenggol bahu putranya karena terlihat jika Noe tidak terlalu fokus pada jalan di depannya.

"Mikirin siapa? Ingat jaga pandangan kamu Noe, meskipun kamu laki-laki harus ingat batasan kamu," ucap Aletta mengingatkan.

Mungkin Aletta paham jika sebenarnya Noe sedikit menaruh hati pada Dealova, tetapi ketika beliau ingat dengan Aisyah maka Umi mengingatkannya.

Bagaimana pun saat ini Noe sudah dijodohkan dengan Aisyah. Sehingga Aletta bertugas untuk mengingatkan putranya agar senantiasa menjaga pandangan dan hatinya.

"Maksud Umi, apa? Aku tidak sedang memikirkan siapapun."

"Benarkah, semoga apa yang kamu ucapkan sesuai dengan isi hati kamu."

"Bukan siapa-siapa, Noe hanya merasa bersalah karena tadi tampak jika Umi bosan. Hanya saja jarak tempuh dari rumah ke pasar sangatlah jauh. Noe tidak bisa membayangkan betapa bosannya Umi menunggu Noe datang kembali."

Aletta tersenyum pada putranya, "Kenapa harus takut. Bukankah kamu tahu jika tadi ada Dealova yang menemani Umi, jadi tidak apa-apa."

"Lagi pula, Umi sudah memaafkan kamu."

"Terima kasih, Umi."

"Sama-sama."

Noe sedikit kebingungan karena ingin mengatakan hal lain, tetapi takut menyinggung perasaan Umi-nya. Noe menghela nafas panjangnya, lalu kembali menoleh ke arah Aletta.

"Mm ... Memangnya Umi sudah kenal lama dengan gadis tadi?"

Aletta tampak tersenyum lalu menatap putranya.

"Tidak, Umi baru mengenalnya tadi. Itu pun karena dia memaksa menemani Umi dan mengatakan jika pasar tidak aman. Makanya dia berinisiatif untuk menemani Umi.

"Oh, begitu ... ok baiklah."

"Noe, fokus pada jalan. Kita bisa berbincang-bincang nanti ketika sampai di rumah."

"Hahaha, iya, maaf."

Perjalanan pulang ke rumah terasa sedikit panjang. Akan tetapi Umi merasakan jika putranya berbeda. Apalagi sepanjang jalan yang mereka lalui tidak terasa, karena tiba-tiba saja entah mengapa Noe menjadi sangat cerewet.

Sedikit risih, tetapi Umi mencoba bersabar. Beberapa kali ia meminta maaf karena keteledorannya tadi.

Di sisi lain, Dealova tersenyum senang. Dari kejauhan Michael bisa melihat senyum adiknya itu telah mengembang sempurna. "Sesuai dengan dugaanku jika kamu memang menyukai lelaki tadi."

"Terbukti senyum indah kamu telah diumbar sejak tadi," ucapnya dengan lirih.

Saat melihat Michael masih berada di tempat semula ia meninggalkan dirinya, Dealova merasa sangat bahagia. Tanpa sadar Dealova mengucap salam ketika datang. "Assalamu'alaikum, Abang ...."

"Wa'alaikum salam. Lama banget sih, Dek!" protes Michael dengan raut wajah dibuat sesedih mungkin agar bisa menarik perhatian Dealova.

"Maafkan Dealova ya, Bang. Salahkan saja putranya datang terlambat sehingga mau tidak mau Dea harus menemaninya."

"Beruntung Geng Halilintar tidak melihat keberadaan kamu, kalau tidak semuanya akan sia-sia."

"Iya, Bang. Dealova minta maaf akan hal ini."

Tangan Dealova terulur ke arah Michael, lalu disambutnya uluran tangan dari adiknya itu.

"Dah, yuk kita pulang!"

"Kuy!"

Beberapa kali Michael tampak menoleh, tetapi bayangan Noe sudah tidak terlihat lagi. Bagaimana pun Dealova bercerita ia tidak sepenuhnya percaya begitu saja. Apalagi raut wajah Dealova sangat berbeda.

"Sebenarnya ada hubungan apa antara Noe dan Dealova? Kenapa aku merasa ada yang disembunyikan?"

Perasaan berkecamuk itu memenuhi kepala Michael, di sisi lain Dealova justru banyak diam dan lebih memilih melihat pemandangan jalan pulang.

"Semoga aja Bang Michael nggak terlalu curiga. Nggak bisa membayangkan jika sampai mereka bertemu. Bisa-bisa lelaki tampan dan angkuh itu jadi bonyok, wkwkwk."

Sesekali Dealova tampak tersenyum sendiri, lalu setelahnya menormalkan kembali wajahnya dengan lebih lama menatap ke arah jalanan.

"Dealova benar-benar telah berubah, aku nggak boleh tinggal diam untuk hal ini. Semuanya harus jelas!" gumam Michael memantapkan hatinya.

Terpopuler

Comments

Parsih Nurul

Parsih Nurul

lanjot kak
SEMANGAT KAK

2023-05-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!