DEALOVA (Bukan Bidadari)
"Gila, kenapa mereka terus mengejar gue! Asem harusnya si Max yang dikejar, bukan gue!" protes seorang gadis dengan mata belo yang sedang menghindari komplotan penjahat.
Sebenarnya bukan Dealova target mereka, hanya saja dengan menangkapnya itu sama saja menjadikan umpan agar pemimpinnya Maxime bisa ditangkap. Sayang, semuanya tidak semudah bayangan.
Menangkap Dealova sama saja dengan menangkap tikus, sangat cerdik, gesit dan licik. Pergerakannya bahkan tidak terbaca.
Di sisi lain, ada seorang gadis muslimah sedang kembali dari pasar. Di salah satu tangannya ada keranjang belanjaan yang cukup banyak.
Senyumnya teduh, membuat siapa saja yang memandangnya akan jatuh cinta pada pandangan pertama. Tutur katanya lembut, bahkan sikapnya santun. Sayang, dia terlalu baik kepada semua orang. Sekalipun ia tidak mengenalnya.
Dealova tidak mempunyai jalan lain kecuali mamasuki sebuah gang sempit. Hingga ia bertemu dengan Aisyah, saudari kembarnya yang terpisah.
"Astaghfirullah, mbak kalau jalan hati-hati," ucap Aisyah menasehati Dealova yang baru saja menabraknya.
"Sorry," cicit Dealova sambil menunjukkan senyum manisnya.
Beruntung hanya satu bungkus sayuran mentah terjatuh. Lalu dengan sigap Aisyah kembali memasukkan ke dalam kantung belanjaan miliknya. Tanpa rasa curiga Aisyah berjalan kembali dan beberapa saat kemudian ia melihat ada komplotan penjahat yang mengarahkan pistolnya pada Dealova.
Demi melindunginya, Aisyah memasang tubuhnya menjadi tameng, hingga akhirnya justru ia yang tertembak. Suara tembakan yang sangat keras itu mampu membuat langkah Dealova terhenti.
Dealova menoleh dan menemukan gadis yang baru saja bertemu dengannya justru yang tertembak.
"Argh! Sial, kenapa mesti dia yang kena, sih! Dasar gadis gila! Ngapain juga melindungi gue!"
Meskipun kesal, ia berbalik dan menopang tubuh Aisyah sebelum terjatuh. Mendengar teriakan warga, komplotan penjahat itu melarikan diri karena ketakutan.
"Balik, dan segera lapor pada Boss!"
Sementara itu, Dealova tertegun karena setelah diperhatikan wajahnya sangat mirip dengan gadis yang menolongnya barusan. Bedanya hanya pada penampilan mereka saja. Aisyah memasang senyum teduhnya pada Dealova.
"Ha-hai, kamu! Tolong bawakan kembali keranjang belanjaku ke pondok pesantren Al Hikmah, ya," pinta Aisyah dengan nafas tersengal.
"Kenapa harus aku?" protes Dealova.
"Anggap saja sebagai balas budi karena barusan telah menolongmu," ucap Aisyah dengan tersenyum.
"Ta-tapi ...."
Aisyah menyerahkan sesuatu dari balik kerudungnya dan memberikan barang itu pada Dealova.
"Bawa ini, maka kamu akan mudah masuk ke sana."
"Siapa nama kamu?"
"Aisyah Humairah, berjanjilah untuk pergi kesana, ya."
"Lalu kamu gimana?" tanya Dealova tampak khawatir.
"Teriak saja, biar jasadku dikebumikan di sini."
"Aish, ngomong apa kamu, nggak boleh bicara sembarangan."
Aisyah hanya tersenyum lalu setelahnya menutup mata untuk selama-lamanya. Namun, sebelum itu terjadi ia seolah sedang membaca doa dan entah itu apa Dealova tidak mengerti karena ia bukan ahli agama.
Tidak mau ambil repot, ia pun berteriak dan meminta warga untuk menolong jasad Aisyah dan menjalankan amanah terakhirnya. Untuk pertama kalinya Dealova begitu percaya dengan seseorang yang baru ia temui untuk pertama kali. Sayangnya, mereka tidak sadar jika bersaudara kembar.
Dipandanginya kalung pemberian Aisyah tadi, ada sebuah liontin kecil yang setengahnya entah berada dimana. Baru saja ia melangkah pergi, ada sosok wanita muslim berpakaian serba putih melambai padanya di langit-langit. Meski silau, Dealova tetap menatapnya sambil menyipitkan mata.
"Ingat janjimu untuk datang ke pondok, ya?" ucapnya manis
"Hm, nggak janji," jawab Dealova asal.
Bukannya marah, sosok berpakaian putih tadi tersenyum, lalu beberapa saat telah menghilang kembali.
"Astaga, kenapa aku bisa langsung menurut kepadanya? Kalau aku ditipu bagaimana?"
Bimbang, kini banyak pertanyaan yang bersemayam di kepala Dealova, tetapi ia bingung mencari solusinya. Di tambah lagi Dealova dengan terpaksa mencari pondok pesantren Al Hikmah.
Dua jam kemudian, kini Dealova memandangi sebuah tempat asing yang sangat kental dengan dunia religi. Di hadapannya terdapat sebuah dinding pembatas yang tidak terlalu tinggi, hingga sedikit terlihat aktivitas penghuni di dalamnya.
"Rame banget, ya? Trus gue harus menemui siapa?"
Batin Dealova kembali bergejolak, antara ia harus masuk atau meninggalkan keranjang belanja tadi di depan gerbang.
"Hanya demi ini gue bisa datang kemari!" ucapnya sambil melihat keranjang belanja milik Aisyah.
Karena pintu utama ditutup, terpaksa ia mendekati ruang sekuriti. Dealova tidak bisa mengucap salam. Sehingga saat bertamu ia hanya menyapa ala kadarnya.
"Permisi, Pak. Maaf apa benar ini pondok pesantren Al Hikmah?"
"Sesuai dengan yang Nona maksud, ini benar pondok pesantren Al Hikmah. Ada keperluan apa, ya? Bukan *******, 'kan?"
Penampilan Dealova yang sangat tidak rapi dan terkesan sebagai penjahat hingga membuat dua sekuriti itu tidak bisa percaya begitu saja padanya.
"Saya hanya membawakan beberapa barang belanjaan ke dalam."
"Oh."
Salah satu dari mereka justru sudah curiga, karena wajahnya sangat mirip dengan anak pemilik pondok, namanya Aisyah Humairah. Bedanya Dealova tidak berhijab dan tutur katanya kasar.
"Nona ingin masuk? Bukankah Nona sudah biasa masuk sendiri?"
”Lupa bawa kunci."
"Ya sudah, asal saya bisa masuk. Hutang Budi dari saya ke bapak akan kuingat selalu."
Keduanya saling berpandangan, lalu salah seorang keceplosan mengatakan jika Dealova sangat mirip dengan pemilik pondok pesantren miliknya.
Dealova meringis karena tidak menyangka jika dirinya dianggap sangat mirip dengan anak pemilik pondok. Padahal, mereka tidak tahu jika Dealova bisa menyusup masuk tanpa dicurigai. Akan tetapi kedua sekuriti itu justru mempersilahkan dirinya masuk karena kemiripan wajahnya.
Saat masuk ke dalam, beberapa santriwati memandang Dealova dengan tatapan aneh. Mungkin saja, karena penampilan Dealova sangat aneh dan jauh dari pendidikan pesantren. Beruntung mereka tidak menyadari kemiripan antara dirinya dengan Aisyah.
Saat melamun, tiba-tiba saja tubuhnya ditarik oleh salah seorang santriwati. Hampir saja ia berteriak tetapi Dealova tahan.
"Neng, kemana aja? Kenapa pula datang telat. Sudah dicari-cari Umi sejak tadi."
Dealova yang kebingungan menurut saja, bahkan ketika ia mendandaninya dengan pakaian syar'i seperti yang dikenakan Aisyah tadi. Benar saja, sesaat kemudian Dealova bertemu dengan sosok laki-laki dan ibunda Aisyah.
"Alhamdulillah kamu sudah pulang, Nak. Ya sudah ayo bergabung di meja makan."
"Udah ikut aja!" seru salah seorang santriwati yang telah selesai mendandani Dealova sambil tersenyum.
Sesungguhnya ia juga bingung kenapa Aisyah justru membuka hijab dan memakai pakaian seperti berandalan. Ia pun menggelengkan kepalanya, berusaha membuang rasa curiga.
"Mungkin Aisyah jenuh dengan semua tausiyah dari Abi. Untung saja tadi menemukan dirinya lebih dulu, kalau tidak sudah pasti Abi akan semakin marah," gumamnya sambil berlalu.
Padahal Aisyah yang asli sudah meregang nyawa untuk menyelamatkan Dealova. Akankah semua orang bisa menerima kehadiran Dealova di pondok pesantren tersebut? Simak kisah lengkapnya esok hari, ya.
......................
Assalamu'alaikum, kembali lagi dengan cerita othor versi semi religi, ya. Demi menemani sahabat Fany selama Ramadhan, maka othor berusaha menyajikan cerita bertemakan religi. Semoga suka. Jangan lupa dukungannya selalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Yotsuki
jelas lah, kan kamu wanita masa iya ngejar cowok🤣
2023-05-22
0
Selon
calon bidadari surga
2023-05-22
0
🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh Ⲋᥲᥣ᥉ᥲᖯเᥣᥲួ ້さ✅
we masih epa pertama udh meninggoy aja
2023-04-15
0