"Bang, jangan banyak-banyak ambil buahnya, ntar gue tambah gendut lagi!" Dealova tampak sekali tidak suka ketika Michael mengambil beberapa buah dalam sekali waktu.
Sementara itu, bibir Dealova mengerucut karena sebal. Niat hati ingin Diet, justru akan semakin melebar.
"Biarin, yang terpenting aku tetap di samping kamu."
"Hm, dasar Abang nyebelin!" umpatnya kesal.
Namun, semarah apapun ia, akan lupa ketika Michael menatapnya dengan penuh cinta hingga membuat adiknya itu bahagia.
Terbukti kemarahan Dealova tidak bisa lama, hanya berselang beberapa menit kini ia tampak bergelayut manja di lengan Michael. Sama seperti yang ia lakukan setiap saat.
Tumbuh bersama membuat keduanya sangat akrab. Sebagai seorang kakak laki-laki, Michael tetap bisa memposisikan dirinya sebagai sosok pelindung bagi Dealova. Mungkin itulah alasan kenapa Dealova sangat sayang pada Michael.
Jika Dealova menghabiskan waktu dengan kakaknya, di sudut pasar ada Noe yang sedang memperhatikan langkahnya. Sepasang mata itu terlihat menatap tajam ke arahnya qdnnya akan mendapatkan amarahnya.
"Dari suara dan gerak-geriknya aku merasa jika wanita itu benar-benar Aisyah. Tunggu dulu, kalau benar dia Aisyah, sudah pasti akan memakai hijab dan niqab tetapi ini apa?"
Semua pertanyaan yang berada di dalam kepala Noe, seolah membuat pemiliknya tidak bisa tidur dengan nyaman. Maka dari itu Noe ingin menuntaskan keinginannya untuk mencari tahu siapa Dealova.
Sementara itu Dealova yang merasa dilihat dan diperhatikan oleh seseorang segera menajamkan melihatnya ke seluruh area pasar. Kepalanya menoleh ke kanan dan kiri.
"Kok nggak ada? Apa cuma perasaanku saja, ya?" gumam Dealova sambil mengusap kepalanya yang tidak gatal.
Akan tetapi, hasilnya sama saja. Ia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan, sehingga ia tetap meneruskan langkahnya bersama dengan Michael.
Meskipun bersikap normal tetapi Michael sadar apa yang menjadi kekhawatiran adiknya itu. "Kamu kenapa? Apakah ngerasa ada yang ngawasin?"
Seketika Dealova menoleh ke arahnya, "Abang kok tahu?"
”Tahu dong, apapun yang menjadi kekhawatiran kamu tentu Abang mengetahui hal itu."
"Ya sudah, sekarang aku tanya, apakah Abang melihat sosok yang mencurigakan. Masalahnya sedari tadi aku merasa ada yang mencuri-curi pandang ke arahku."
Salah satu alis Michael naik ke atas, "Seperti apa?"
"Seperti ini, curi ... curi-curi pandang!"
Bukannya bercerita, Dealova justru berdendang hingga Michael menepuk kepala adiknya itu dan sukses membuatnya mengaduh. "Astoge, punya Abang gini amat. Kagak ada perasaan sayangnya," protes Dealova.
"Kalau nggak sayang, udah gue buang ke Afrika kali!"
"Ya, jangan dong!" pekik Dealova seketika.
Dari sudut sana Noe merasakan amarah yang luar biasa. Secara tidak sadar ia meremas kain yang dipegangnya untuk bersembunyi. Tentu saja aksi Noe membuat penjualnya geram.
"Mas, kalau nggak beli jangan acak-acak dagangan orang dong. Nih gamis edisi limited, jadi jangan dibuat kusut, dong!"
Sontak saja Noe terkejut dengan gertakan ibu penjual gamis itu lalu meminta maaf. "Ma-maafkan Bu, bukan maksud saya membuat gamis ibu kusut."
"Enak aja minta maaf, dibeli dong. Udah merusak dagangan orang cuma minta maaf doang. Rugi bandar, Bos-ku ...." ucapnya dengan kedua mata melotot dan mulut dimonyongkan.
Tidak mau ribut, dengan cepat Noe mengeluarkan empat lembar uang seratus ribuan dan menyerahkannya langsung pada penjual itu. "Bungkus aja, Bu. Sisanya buat beli cilok!"
"Nah gitu dong, udah ngerusak wajib membeli," gerutunya sambil membawa masuk gamis yang tidak sengaja dibuat kusut oleh Noe tersebut.
Saat di dalam, penjual itu cekikikan dan merasa bahagia karena mendapat rezeki dadakan. Harga gamis yang biasa dia jual dua ratus lima puluh ribu rupiah, justru diberikan uang senilai empat ratus ribu rupiah. Tentu saja itu rezeki putranya di rumah.
Dengan cepat penjual gamis segera menyerahkan sebuah paper bag pada Noe. Selepas mendapatkan gamis itu Noe segera menyusul kemana Dealova pergi.
"Sial, gara-gara gadis itu gue harus mengeluarkan uang yang lumayan banyak buat beli gamis!" gerutunya sepanjang jalan.
Di sisi lain, ibu-ibu yang menatapnya merasa aneh dengan sikap Noe dan menganggapnya gila. "Sayang banget, ganteng tapi agak miring!"
Meskipun Noe mendengar, tetapi ia tidak ambil pusing. Baginya hal itu bukanlah hal yang besar karena ia sedang menargetkan sesuatu yang lebih besar kali ini.
Namun sayang karena langkahnya terhenti, maka ia ketinggalan dalam membuntuti Dealova. Beruntung tadi Noe sempat mengabadikan moment tersebut. Sehingga akan menguatkannya ketika nanti ia jadi menolak acara perjodohan tempo hari.
"Dengan ini aku bisa membuktikan jika kamu memang tidak layak untukku, Aisyah. Maaf hanya nama kamu saja yang muslimah tetapi kelakuan sama saja dengan kaum barat," ucap Noe penuh sesal.
Entah mengapa ia sama sekali tidak suka dengan sosok Aisyah. Hatinya sama sekali tidak terbuka dengan wanita bercadar itu. Sangat disayangkan justru kedua orang tuanya memilihnya untuk dijadikan istri.
Ingin menolak tetapi takut kualat dan menyakiti hati kedua orang tuanya. Di sisi lain sebagai orang tua yang baik, Aletta dan Zayd mencoba mencarikan jodoh terbaik untuk putra pertamanya tersebut, meski terkesan memaksa.
Meskipun banyak penolakan yang telah ia ajukan, tetapi Aletta dan Zayd tetap memaksakan kehendaknya.
Sementara itu, Dealova tidak mau hidupnya terkekang, makanya dia kabur dan lebih memilih untuk kembali ke Markas Geng Serigala milik Michael. Meski terasa menyeramkan bagi orang banyak, tetapi tidak dengan Dealova yang merasakan jika tempat itu banyak kasih sayang untuknya.
Noe yang sudah mendapatkan barang bukti, segera keluar dari pasar tradisional tadi. Bukti yang didapatkan olehnya sudah cukup. Dengan segera ia pun melangkah menuju tempat parkir dan melupakan sesuatu yang penting.
Noe menata semua barang yang dibelinya. Menatanya rapi di bagian bagasi, lalu bergegas pergi. Di sisi lain, Aletta terlihat sedang menunggu putra kesayangannya itu.
"Kenapa Noe lama sekali? Apakah dia tersesat?"
Perasaan Aletta sudah tidak nyaman, tetapi saat ia hendak menghubungi Noe, ternyata ponselnya tertinggal di mobil.
"Astaghfirullah, kenapa pakai ketinggalan sih! Harusnya tadi tasnya aku bawa sekalian!"
Meskipun kesal, Aletta tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya kelelahan saat ini, maka dari itu ia ingin segera beristirahat di rumah. Sayang, Noe tidak kunjung kembali sehingga membuat Aletta harus mencari tempat duduk.
"Daripada dihilihatin orang-orang, lebih baik aku duduk di sana saja. Lagi pula masih kelihatan kalau Noe kembali ke sini," gumam Aletta mencoba bersabar.
Akhirnya dengan menenteng beberapa barang belanjaan, Aletta berpindah tempat. Lebih tepatnya mencari tempat duduk yang nyaman. Apalagi Noe tidak kunjung datang.
"Ya, Allah ... semoga Noe tidak tersesat dan cepat kembali ke sini, Aamiin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
@⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔Tika✰͜͡w⃠🦊⃫🥀⃞🦈
piye to Iki kok uminya ditinggal...lupa ya 🤭
2023-05-30
3