Bab 7. KABUR

Setelah mendapatkan pesanan bajunya lewat bantuan seorang santriwan, Dealova segera menyusup keluar pondok. Tadi pagi sebenarnya dia tidak begitu saja meloloskan santriwan yang berani masuk ke pesantren putri. Akan tetapi ia justru meminta imbalan atas semua tindakannya.

...FLASH BACK ON...

"Sini Lo!" ucap Dealova dengan mata melotot dari balik cadar.

"Sa-saya, ukhti?"

"Iya, kemari cepat!"

Dengan langkah penuh ketakutan, santriwan tersebut berjalan mendekati Aisyah palsu.

Setelah santriwan itu mendekat, Dealova langsung mengatakan keinginannya.

"Bisakah kau membantuku keluar dari ponpes ini nanti malam?"

"Untuk apa?"

"Diam, nggak usah nanya!"

Dari ucapan dan tindakan, terlihat jika Aisyah menjadi lebih brutal. Namun, santriwan itu tidak berani menegur. Setelah menjelaskan secara dua belah pihak, maka santriwan tersebut mulai mengerti.

"Hanya itu saja ukhti?"

"Iya, bawel amat jadi orang!" ucap Dealova dalam hati.

Dealova mengangguk patuh, lalu setelahnya mulailah acara sandiwara mereka tadi. Bahkan Arumi saja tidak mengetahui hal itu karena mereka bersikap seolah saling mengejar.

Padahal saat itu ia justru menutup lobang agar kebohongan yang ia ciptakan selalu aman. Bahkan Arumi dan santriwati lainnya percaya dengan perkataan Dealova.

...FLASH BACK OFF...

Sebelum keluar ia justru membuat tumpukan bantal dan guling menyerupai orang tidur di dalam selimut baru setelahnya ia pergi. Tidak membutuhkan waktu lama, kini Dealova telah berada di depan sebuah pohon yang menjalar ke luar tembok.

"Lagi pula kau ingin segera bertemu dengan bang Michael, bukan?"

Mendengar ucapan dari dalam hatinya, keinginan Dealova untuk keluar dari pondok semakin besar. Daripada ia dipaksa tinggal di pondok Pesantren putri, ia lebih memilih untuk memanjat pohon dan segera kabur.

Dealova langsung menyingsingkan lengan bajunya dan tidak lupa berhati-hati ketika memanjat pohon. Butuh waktu lima menit, akhirnya Dealova berhasil.

"Yes, sekarang gue free. Akan tetapi kenapa rasanya lemes?"

"Ah, pikir saja nanti sekarang kita pergi."

Dealova masih ingat betul cara ia bisa sampai di pondok pesantren itu. Sehingga kini ia pun beranjak pergi ke tempat semula.

Suasana nyaman dan sepi justru membuat langkah kaki Dealova semakin cepat berjalan. Seolah ia merasa nyaman ketika ia segera kembali ke rumah.

Di sisi lain, salah satu Geng Halilintar melihat sosok Dealova. Kini mereka pun berjalan dengan cepat untuk mengejarnya. Beruntung sikap Dealova yang sangat hati-hati mampu mengetahui jika dirinya sedang dibuntuti.

"Tuh, kan masih nggak aman. Untung aja gue tadi bawa baju ganti punya Aisyah," gumamnya senang.

Merasa ada yang semakin dekat, Dealova mengambil langkah seribu. Entah kebetulan atau tidak, Dealova kembali melewati gang sempit tempat dimana Aisyah meregang nyawa.

"Sial, tempat ini lagi?" gumamnya.

Tidak mau tertangkap, Dealova segera menyisipkan tubuhnya di sela-sela ruko. Beruntung hantu Aisyah kembali menutupi mata para penguntit, sehingga Dealova kembali lolos.

Setelah memastikan semuanya aman ia segera berganti baju dengan milik Aisyah. Hantu Aisyah terkikis geli melihat hal ituu maka dari itu, sesaat setelah Dealova aman, ia segera pergi.

Sebagai hantu, ia masih belum ikhlas ketika melihat Dealova belum mau tinggal di pondok pesantren. Seolah ada ketertarikan hati, Aisyah bisa muncul saat Dealova dalam masalah.

Mungkin ikatan batin mereka terjadi sejak dalam kandungan. Umi yang selalu mengelus keduanya secara bergantian di dalam perut, membuat mereka bisa merasakan kasih sayang yang sesungguhnya.

Andaikan ia tidak pingsan saat melahirkan mereka, mungkin keduanya tidak akan terpisah seperti ini. Kedengkian saudara sepupu Abah Muslih membuat ia sangat membenci kehadiran Umi. Saat mengetahui jika beliau melahirkan putri kembar, dengan tanpa perasaan ia mencuri salah satu bayi malang itu dan membuangnya di tepi desa. Hingga akhirnya Michael kecil menemukan Dealova.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***