Dering ponsel membuat lamunan Noe buyar. Ia pun permisi untuk mengangkat telepon. Setelah beberapa saat, ia pun kembali bergabung dengan kedua orang tuanya.
"Kenapa Arumi belum kembali?" ucapnya cemas.
Pikiran cemas menghantui Noe. Ia sangat paham dengan sikap adiknya yang sangat jeli dan suka sekali dengan dunia barunya. Sehingga sudah pasti akan lama ketika berkeliling pondok.
Merasa jika adiknya tidak kunjung kembali dan ia sudah mendapatkan banyak panggilan tidak terjawab membuat Noe terpaksa meminta ijin untuk menyusul Arumi.
"Umi, Abi, sepertinya aku juga harus menyusul Arumi. Dua jam lagi ada meeting penting."
Aletta tersenyum lalu mengusap tangan putranya. "Tunggu sebentar lagi. Arumi pasti akan segera kembali."
Benar saja saat Noe hendak berdiri rupanya Aisyah dan Arumi sudah kembali. Seketika senyum Noe terbit ketika melihat adiknya kembali.
"Alhamdulillah itu mereka sudah terlihat," seru Umi Najwa dengan sumringah.
Sama halnya dengan Aletta yang tersenyum karena putrinya sudah kembali. Itu artinya Noe tidak akan marah-marah lagi karena mereka akan segera pulang. Aletta sangat paham dengan sikap Noe yang gila kerja sama seperti suaminya. Akan tetapi Noe mempunyai sisi kelembutan sama seperti dirinya.
"Assalamu'alaikum ...." sapa Arumi yang lebih dulu sampai.
"Wa'alaikumsalam, Sayang. Kenapa lama sekali?"
"Maaf, tadi ada sedikit kejadian. Akan tetapi sudah selesai, kok," ucapnya sambil melirik kakak laki-lakinya.
"Aisyah, kamu kenapa lama sekali, apa Arumi menyusahkan kamu?"
Sontak Aisyah menggeleng, "Justru saya yang harus mengucap terima kasih pada Tante yang sudah memberikan ijin pada saya untuk menemani Arumi."
"Sama-sama."
"Aisyah, bisa kamu jelaskan kenapa lama sekali?" tanya Noe dengan nada sedikit tegas.
Pandangan Aisyah seketika menatap lelaki yang sudah menggetarkan hatinya.
"Mohon maaf semuanya, karena tadi ada sedikit masalah di pesantren putri. Sehingga mau tidak mau Aisyah harus menyelesaikan hal itu."
Saat Noe hendak berbicara lagi, tangan Aletta menyentuh bahu putranya. Sorot matanya mengisyaratkan jika lebih baik saat ini Noe diam.
"Tidak apa-apa, Nak, yang terpenting semua sudah di sini saat ini," ucap Aletta menengahi.
Tidak terasa semuanya sudah berkumpul, maka dari itu Noe pun meminta agar pertemuan hari itu segera selesai.
"Ya sudah, karena semuanya sudah lengkap dan cukup lama kami berada di sini, sepertinya kami harus segera pamit. Ada beberapa hal yang harus diselesaikan oleh Noe dengan rekan bisnisnya," pamit Zayd pada Abah.
"Iya, tidak apa-apa. Masih ada banyak waktu untuk bisa datang kemari. Bukankah begitu, Nak Noe?"
"Hm, iya kalau tidak sibuk."
"Asyik, nanti kalau datang kemari lagi, ajak Arumi ya."
"InsyaAllah."
Mengingat ada meeting sebentar lagi, maka Aletta dan Zayd akhirnya berpamitan. Noe akhirnya bisa bernafas lega ketika mobilnya sudah keluar dari Pondok Pesantren Al Hikmah. Baginya pertemuan tadi tidak berarti apapun.
"Akhirnya acara membosankan itu selesai, kalau tidak sudah pasti semua akan menyuruhku untuk segera menikah."
Konflik batin di dalam pikiran Noe pun berkecamuk hebat.
"Memang benar, lalu apa salahnya? Bukankah sudah waktunya kamu menikah?" tanya malaikat berpakaian hitam.
Sementara itu malaikat berwarna putih berbicara, "Sabar, semua akan indah pada waktunya."
Di kursi belakang, Aletta menyenggol lengan suaminya, Zayd.
"Sepertinya Noe kurang suka dengan Aisyah, apakah kita tidak terlalu memaksanya Abi?" bisiknya pada Zayd.
Aletta yang sangat peka terhadap perasaan putranya merasa kasihan. Akan tetapi entah mengapa, Zayd tetap kukuh pada pendiriannya.
"InsyaAllah semuanya akan baik-baik saja, Sayang."
"Semoga saja."
Noe yang bisa mendengar hal itu hanya bisa memaklumi keinginan kedua orang tuanya, tetapi ia juga mempunyai pemikiran sendiri. Sementara itu Arumi justru sedang memikirkan cara agar bisa dekat dengan Aisyah. Menurutnya Aisyah sedang menyembunyikan jati dirinya.
"Kenapa perasaanku mengatakan jika Kak Aisyah sedang menyembunyikan sesuatu? Hm, menarik sama seperti sikap kakak," gumamnya sambil melihat pemandangan luar.
Tidak ingin membuang waktu, Noe langsung melajukan mobilnya menuju hotel tempat berlangsungnya rapat hari ini. Seperti biasanya, jika Noe ada rapat mendadak sudah pasti ia akan memesan dua tempat. Satu untuk meeting dan satunya tempat untuk keluarganya menunggu.
Di sisi lain Michael sangat marah mengetahui jika Dealova hilang. Berbagai benda di depannya bahkan sudah hancur berserakan.
"Hanya mengejar gadis ingusan itu saja kalian tidak mampu!" pekiknya kesal.
"Ma-maaf Bos. Geng Halilintar sudah lebih dulu menembak Nona. Beruntung bukannya Nona yang tertembak tetapi hanya warga sekitar saja."
"Apa! Bahkan hal sebesar ini saja kalian terlambat memberikan kabar padaku!"
Michael melempar belati di sampingnya dan hampir mengenai telinga salah satu anak buahnya.
"Cepat cari tahu keberadaan Dealova, kalau tidak ketemu jangan harap kalian bisa berkumpul dengan keluarga kalian!"
"Ba-baik, Boss!"
Baginya Dealova adalah prioritasnya. Meskipun bukan saudara kandung tetapi Michael sudah menganggapnya sebagai adik.
Tangannya mengepal lalu diurainya sambil melihat sebuah kalung berliontin berbentuk setengah hati. "Hanya ini yang aku miliki, entahlah apa yang sebenarnya terjadi dengan keluarga kamu, karena hanya ini peninggalan mereka."
FLASH BACK
Di malam yang sangat dingin terdengar suara tangis bayi yang menyayat hati. Dengan langkah tertatih, Michael mencari sumber suara. Ditemani sepi dan angin yang berhembus kencang akhirnya lelaki kecil itu berhasil menemukan seorang bayi di dekat gerbang.
Tubuhnya hanya berselimut kain dan tidak ada barang apapun di sana. Hatinya tersentuh ketika mendengar tangisnya. Meskipun ia orang susah dan masih kecil tetapi Michael mempunyai hati nurani.
Dipungutnya bayi itu meski perutnya lapar dan kurang bertenaga. Sampai akhirnya keduanya diketemukan warga pingsan. Keduanya dirawat oleh salah satu preman. Karena masih kecil akhirnya keduanya diserahkan pada Boss mereka.
Sebanyak apapun dosa manusia masih ada hati yang bersih ketika melihat anak kecil ditelantarkan oleh kedua orang tuanya. Meksipun ia berprofesi sebagai kepala preman tetapi untuk menjamin kesehatan keduanya ia rela memberikan makanan yang layak untuknya.
FLASH BACK OFF
"Ada banyak hal yang terjadi selama kita hidup bersama. Kini hanya karena perseteruan kecil, kau sampai hilang!" ucap Michael penuh sesal.
Michael mengingat masa kecil keduanya tumbuh bersama sebagai preman kecil. Tidak ada hal yang menakutkan jika dihadapi berdua. Meksipun dihadapkan oleh kematian sekalipun.
Di sisi lain, Dealova justru tumbuh cantik meskipun ia dibesarkan oleh kepala preman. Meskipun tidak pernah mengenal dunia pendidikan, tetapi Dealova bisa baca dan tulis.
Ia juga ahli dalam ilmu bela diri, karate dan mempertahankan diri. Sangat disiplin dan bertanggung jawab. Kehilangan Dealova sama saja dengan kehilangan tangan kanannya.
Michael mengusap gusar wajahnya, "Semoga saja kamu segera ketemu ya, Dek."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Yotsuki
sama dong kaya aku yang betah jalan
2023-05-22
0
Selon
nyusul calon istri
2023-05-22
0
🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸
Aisyah di asuh sama orang paham agama, dealova diasuh sama gangster, ya makanya sifat mereka berbeda
2023-04-15
1