Di sisi lain, lebih tepatnya kediaman Abah Muslih dan Umi Najwa. Kini mereka sedang menjamu calon menantu dan calon besannya yaitu Noe dan Tuan Zayd beserta istrinya.
Suasana menjadi hening seketika dan kaku ketika kedua insan berbeda usia itu duduk berhadapan. Sesekali Dealova melirik ke arah Noe, begitu pula sebaliknya. Namun, Noe masih bisa menjaga hatinya tidak seperti Dealova yang sering kedapatan mencuri pandang ke arahnya.
"Astaghfirullah, gadis ini tidak menjaga pandangannya? Bukankah dia anak Kyai?" gumam Noe dengan gelisah.
"Tampan banget, Tuhan. Boleh nggak sih lelaki di depanku ini dikarungin!" ucap Dealova gemas di dalam hati.
Sayangnya, aksi yang dilakukan oleh Dealova ketahuan Abah. Beliau bisa melihat jika putri semata wayangnya itu lebih agresif dibandingkan biasanya.
"Tidak biasanya Aisyah tidak menjaga pandangannya, semoga saja kali ini mereka berjodoh, Aamiin."
"Jika benar, bukankah itu artinya Aisyah setuju dengan calon pilihan Abah, Alhamdulillah."
Meskipun saat ini ia sedang memakai cadar, Abah bisa melihat binar cinta di dalam matanya. Baru pertama kali ini Abah melihat Aisyah seperti itu, tetapi apapun itu Abah merasa bahagia.
Di lain sisi, terlihat jika Noe bersikap dingin, tetapi itu bukan sikap aslinya. Sesungguhnya Noe adalah seorang lelaki yang lemah lembut dan sangat menghormati wanita.
"Hhh, jika bukan karena keinginan Umi, sudah pasti aku lebih memilih untuk berkutat dengan file kerja aja."
Merasa suasana menjadi lebih dingin, maka Abah pun mulai membahas beberapa topik. Tampak sekali jika Zayd bisa mengimbangi obrolan mereka.
Tidak terasa obrolan demi obrolan yang dilakukan oleh para orang tua rupanya membuat Arumi dan Noe bosan. Sehingga Arumi meminta kakaknya untuk menemaninya berkeliling pondok pesantren.
"Maaf, Abah, Umi bolehkah Arumi berkeliling melihat pondok pesantren di sini?"
Aletta dan Zayd saling berpandangan dan sesat kemudian mengangguk.
"Boleh, kenapa tidak?"
"Tapi Arumi maunya sama Abang."
"Bagaimana kalau Aisyah yang mengantarkan Arumi?" usul Umi Najwa.
Sontak saja Dealova yang sedang menenggak minuman menjadi tersedak karena mendengar hal tersebut.
"Minum dulu, Sayang," seru Aletta sambil menyodorkan segelas air putih pada Aisyah.
"Terima kasih."
Dengan sudah payah, Dealova menenggak habis segelas air putih dari balik cadarnya. Sambil menyimak apa yang sedang mereka bicarakan.
"Asem, gue kan nggak tau denah ponpes sini! Bengek dong kalau gue sampai tersesat!" rutuk Dealova dalam hati.
Sebagai Aisyah palsu, Dealova belum mengetahui dengan seluk beluk atau denah pondok pesantren tersebut, sehingga wajar jika ia takut mengantar Arumi. Justru jika dia nekad mengantar Arumi, hal itu bisa menjadi bumerang kepadanya di kemudian hari.
"Kalau gue sampai ketahuan gara-gara nganterin bocah ini keliling, bisa berabe, deh! Gimana kalau ngajak santriwati lain?"
Umi melihat Aisyah kebingungan. Ia pun menjadi khawatir karena hal itu lalu segera bertanya pada putrinya.
"Umi melihat kamu begitu aneh hari ini, ada apa?" bisik Umi terlihat mengkhawatirkan Aisyah.
Otak Dealova dipaksa untuk bisa berpikiran cepat. Agar tidak terlalu terlihat kebohongannya, maka Aisyah mencari alasan yang masuk akal. Tangannya terulur untuk memegang tangan Umi hingga membuatnya menoleh padanya.
"Bolehkah meminta salah satu santriwati untuk menemani kami? Takutnya kelamaan berkeliling jadi lupa jalan pulang," ucap Aisyah setengah berbisik pada Umi.
"Boleh, lakukan sesuai dengan kenyamanan kamu."
"Terima kasih, Umi."
Akhirnya Aisyah berhasil meminta salah satu murid santriwati untuk menemaninya berjalan-jalan keliling. Agar nantinya mereka bisa kembali lagi dengan selamat dan pastinya tidak tersesat.
Umi tidak ambil pusing dengan alasan yang dikemukakan oleh Aisyah. Ia pun menyetujui jika Aisyah yang mengantarkan Arumi berkeliling pondok dengan meski didampingi salah satu santri.
"Hati-hati ya, Nak."
"InsyaAllah Umi, Abi."
Sepeninggal kedua remaja putri tadi, kini Aletta, Umi, dan Abah berada di sebuah ruangan yang lebih santai dibandingkan ruang makan tersebut. Mereka kembali berbincang-bincang dan menanyakan kesibukan apa yang sedang dijalani oleh Noe saat ini.
"Pantes saja, usaha Tuan Zayd semakin berkembang. Itu artinya kepemimpinan Anda patut diacungi jempol Tuan."
"Ah, Abah bisa saja. Semua berkat dukungan dan doa istri saya."
Aletta tersenyum dan menerima tautan tangan dari suaminya tersebut. Tampak sekali jika binar cinta di dalam mata Zayd untuk Aletta masih sangat besar meskipun mereka sudah mempunyai dua anak, Noe dan Arumi.
Awalnya Dealova dan Arumi berkeliling dengan santai. Hingga sampailah mereka di tempat yang sedang terjadi sebuah keributan.
Rupanya salah seorang santriwan berhasil menyusup ke pondok pesantren putri hanya untuk menyatakan cintanya. Kejadian itu bisa diketahui oleh Aisyah yang kebetulan lewat dan melihat santriwan tersebut.
Aisyah palsu yang notabene adalah Dealova seringkali berkejar-kejaran dengan penjahat terpaksa jaga image kali ini. Dealova harus menahan dirinya agar tidak mengejar santriwan yang berani menyusup ke pondok pesantren tersebut.
Padahal, sejujurnya jika tidak ada Arumi di situ atau mungkin jika dia berada di luar pesantren sudah pasti Dealova akan menghajar sendiri siapa yang membuat onar dengan kedua tangannya. Dealova sangat tidak suka dengan seseorang yang melanggar peraturan.
Sayangnya, kini Dealova terjebak agar menjadi orang lain, yaitu menjadi Aisyah palsu di pondok pesantren Al Hikmah.
"Jika waktu bisa diputar, sudah pasti gue pengen balik ke tempat dimana gue bertemu Aisyah."
Dealova mendengkus kesal, ia begitu lelah hari ini. Akan tetapi, Arumi yang sangat tertarik dengan pondok pesantren tersebut, bahkan terus mengajaknya berkeliling.
"Nih anak kayak robot, kagak ada baterai off-nya!" rutuk Dealova dalam hatinya.
Di tempat Noe berada, ia sudah menghawatirkan adiknya yang tidak kunjung kembali. Sehingga Noe meminta Abah agar menunjukkan tempat dimana Aisyah berada.
"Maaf, Umi Abah, kira-kira kapan mereka sampai?"
"Maksud Nak Noe?"
"Arumi dan Aisyah, Abah?"
"Bener juga, ya? Kenapa Abah tidak kesampaian memikirkan mereka?"
"Maaf, mungkin sebentar lagi mereka sampai."
Di tempat Dealova.
"Kakak nggak kenapa-napa, 'kan?"
"Alhamdulillah enggak," jawab Dealova sambil membersihkan gamisnya yang kotor karena terjatuh.
Niatnya ingin mengejar santriwan yang masuk ke pondok pesantren putri, tetapi gamisnya membuat langkah Dealova kesulitan hingga akhirnya ia pun jatuh terjerembab.
"Sepertinya kita harus segera kembali, aku takut Bang Noe akan mencariku," ucap Arumi membantu Dealova membersihkan gamisnya.
"Udah, biar aku aja. Ya sudah kita kembali."
"Ayo."
Ketiga remaja itu segera kembali ke kediaman Abi. Ada banyak hal yang harus Arumi katakan jika nanti ketemu kakaknya Noe. Entah mengapa Arumi merasa jika Aisyah sangat cocok dengan abangnya yang pendiam itu.
"Pokoknya Kak Aisyah harus jadi istri Bang Noe," ucap Arumi penuh semangat.
Sementara itu Dealova merasa jika adiknya Noe bisa diatasi dengan mudah. Kini tinggal menaklukan kakaknya saja.
"Kalau adiknya seperti ini, maka semoga saja kakaknya akan lebih mudah lagi, Aamiin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Selon
Yeay, nikah
2023-05-22
0
🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸
wkwk pasti kebingungan sih, org dia juga gk tau area² di pesantren
2023-04-15
0
Wong kam fung
sudah? kirain seduh wk
2023-04-15
0