Bab 2. SERUPA TAPI BERBEDA

Dealova yang selama ini jarang sekali memakai pakaian syar'i begitu kesulitan saat berjalan mengimbangi langkah Umi. Entah mengapa rasanya ia ingin segera kabur dari tempat tersebut.

"Kenapa ibu ini jalannya cepat banget sih, apa nggak nyadar ya jika aku kesulitan buat jalan!" rutuk Dealova dalam hati.

Begitu pula dengan Umi yang heran kenapa putrinya sedari tadi diam. Biasanya Aisyah akan lebih banyak protes ketika diajak dalam acara perjodohan.

"Kenapa tangan Aisyah terasa lain? Masa karena aku sudah menyuruhnya ke pasar trus jadi seperti ini?"

Umi menoleh ke arah putrinya, "Aisyah kenapa sedari tadi kamu diam? Apakah sakit gigi?"

Dealova hanya menggeleng, baginya kalau ia sampai berbicara sudah pasti akan berbeda secara nada dan intonasi. Sehingga ia lebih memilih untuk diam.

"Tutur kata Aisyah lembut dan gue slengekan, lah kan kagak nyambung ini, mah!"

"Sementara waktu biar aku seperti ini dulu, karena kalau dipaksa tidak mungkin. Nanti resikonya sangat tinggi."

Perang batin berkecamuk. Sikap manusianya mulai mendominasi lagi. Bayangan wajah Aisyah selalu menghantui. Akan tetapi kalau ingat bagaimana kehidupan kerasnya selama ini, Dealova tetap bertahan pada egonya.

Akhirnya perjalanan mereka telah sampai di sebuah rumah bernuansa joglo. Dengan halaman penuh bunga dan berbagai tanaman hias cantik membuat siapapun betah tinggal di sana.

"Assalamu'alaikum, Abah ini aku sudah bawa Aisyah."

Umi langsung menyalami suaminya, begitu pula dengan Dealova yang terpaksa ikut menyalami tangan Abah.

"Alhamdulillah, beruntung kalian tidak terlambat. Sebentar lagi keluarga Tuan Zayd Abdullah akan sampai ke sini," ucapnya sambil mengusap pucuk kepala putrinya tersebut.

"Iya, alhamdulilah," seru Umi ikut berbahagia.

Umi dan Abah begitu bahagia karena akhirnya putrinya akan ta'aruf dengan putra pertama dari keluarga Tuan Zayd. Sudah lama beliau menantikan hal ini. Di tambah lagi sosok Noe sangat terkenal di kalangan pebisnis yang sholeh dan tampan. Sungguh pasangan yang serasi, bukan?

"Jangan bilang kalau ini adalah acara perjodohan?" ucapnya di dalam hati.

"Atau Aisyah sengaja lari dari perjodohan dan menukarkan hidupnya denganku? Astaga, bodo amat gue nggak tau kalau akan seperti ini?"

Dealova mulai gelisah dengan tempat duduknya. Rasanya ia sudah tidak sabar menunggu malam.

"Pokoknya nanti malam, gue akan melompat keluar dari pondok pesantren dan kabor. Masa bodoh sama pesan Lu, yang penting barang belanjaan kamu dah sampai di sini."

Sesaat kemudian terdengar suara mesin mobil yang berhenti tepat di halaman pondok pesantren. Lalu Umi segera menarik tangan Aisyah untuk ikut bersamanya. Tidak lupa cadar yang sudah dipersiapkan Umi segera dipakaikan pada Dealova. Abah hanya geleng-geleng melihat sikap istrinya yang unik itu.

Mungkin saja, sikap Dealova yang grusah-grusuh menurun dari Umi, sementara sikap Aisyah yang lemah lembut menurun dari Abah. Sayang, keduanya tidak bisa hidup berdampingan lagi.

"Ha-ah, dipakaikan apa lagi sih, nih?"

"Pengap, ya Tuhan?"

Dari dalam cadar, mulut Dealova sudah buka tutup seperti ikan yang sedang bernafas dalam air. Pengab, tentu saja. Apalagi ini pertama kalinya dia berpakaian seperti itu. Mau kabur nyatanya sudah terlambat karena Umi sudah menganggap dirinya sebagai Aisyah.

"Bagaimana ini? Kenapa aku harus terjebak di tempat ini? Harusnya aku tidak perlu mengantarkan barang belanja milik Aisyah tadi," ucapnya penuh sesal di dalam hati.

Saat Noe turun dari mobil, Dealova memandang karya Tuhan yang luar biasa itu dengan tanpa berkedip. Sosok laki-laki yang sangat tampan, berkulit putih bersih dengan jambang sangat tipis, bermata hitam lengkap dengan senyuman menawan ternyata mampu menggetarkan hati si kepala preman, Dealova.

Tanpa diduga sorot mata kedua insan manusia berbeda usia itu saling terkunci dalam beberapa saat. Menyadari ada yang salah, Noe segera melihat ke arah lain dan merutuki sikapnya.

Aletta menepuk bahu putranya sambil tersenyum. Ia sadar dengan apa yang terjadi barusan tetapi tidak mungkin menegurnya saat itu juga.

Di belakang mereka terdapat seorang gadis muslimah yang sangat cantik. Arumi nama adik kandung Noe, kebetulan hari ini dia libur sekolah sehingga ia pun ikut serta. Di sisi lainnya ada Zayd yang kemudian berjalan beriringan dengan istrinya Aletta.

"Abang, pondok pesantrennya ramai banget," seru Arumi yang sangat ceria.

"Iya, sudah-sudah sebaiknya kita segera masuk!"

Menyadari jika ada hal yang lain, maka Noe lebih membuang muka ketika Dealova justru semakin mengamatinya.

"Kenapa dia seolah menatapku terus. Apakah Abahnya tidak menegurnya?" gumam Neo sambil terus berjalan mengikuti kedua orang tuanya.

Aletta dan Zayd begitu bahagia karena sebentar lagi putranya akan mengenal cinta dan bisa menjadi lebih dewasa. Setidaknya tidak hanya berkutat dengan map dan file kerja saja.

Usia yang sudah matang seharusnya ada sosok wanita di sampingnya yang bisa mendukungnya setiap saat. Maka dari itu Aletta dan Zayd menempuh jalan ta'aruf.

"Assalamu'alaikum ...." seru Zayd mengucap salam.

"Wa'alaikumsalam, selamat datang Tuan Zayd dan Nyonya Aletta."

"Terima kasih sambutannya."

Noe segera bersalaman kepada Umi dan Abah Aisyah, begitu pula dengan Arumi. Sementara itu Dealova masih terpaku pada sosok Noe hingga Umi menyenggol lengannya.

"Cepat salim sama tamu!" bisik Umi pada Dealova.

Meskipun sangat risih dengan penampilannya, Dealova mencoba berakting senatural mungkin agar orang-orang tidak curiga. Ia pun tidak bersalaman dengan Noe karena bukan muhrimnya.

Meskipun hanya Islam KTP tetapi sedikit banyak tahu tentang kisah wanita pondok yang dijodohkan seperti di film-film. Sehingga ia pun seolah berakting sama.

"Ayo masuk, keburu dingin nanti makanannya!" ajak Umi pada semua.

Saat berjalan masuk, rupanya kaki Dealova selip sehingga ia pun hampir terjatuh. Beruntung ada Noe yang sigap menangkap tubuhnya.

"Astaghfirullah, maaf aunty," cicit Noe setelah sadar karena menyentuh pinggang Dealova.

Dealova hanya menggeleng dan menangkupkan kedua tangannya. Dua pasang orang tua tadi hanya tersenyum karena hal itu dan berharap jika keduanya berjodoh.

"Ehem, kayaknya jodoh nih," celetuk Arumi yang sangat jujur.

Tentu saja kedua insan tadi jadi salah tingkah. Meskipun begitu sejujurnya Noe tidak terlalu suka dengan acara seperti ini. Baginya time is money, sehingga acara seperti ini sudah pasti hanya menyita waktunya.

Bagaimana pun Noe sangat susah jatuh cinta. Baginya cinta pertama Noe hanya untuk sang ibu yang sudah banyak berkorban untuknya. Apa yang menjadi keinginan Aletta selalu diusahakan oleh Noe. Sama seperti kali ini, meski hatinya menolak tetapi demi menghormati dan cinta kasihnya pada Aletta ia mau menghadiri acara tersebut.

Sementara itu konflik batin kembali terjadi pada Dealova. Sejenak ia bimbang dengan rencananya nanti malam.

"Ganteng banget jodoh gue, nggak rela deh kalau gue kabur!"

......................

Gimana? Seru 'kan? Kalau bingung dengan Aletta dan Zayd boleh mampir di cerita ayah ibunya Noe di Istriku, Penutup Aibku ya. Makasih.

Terpopuler

Comments

Yotsuki

Yotsuki

dah tau ganteng jadi betah kan ya

2023-05-22

0

Selon

Selon

sabar neng

2023-05-22

0

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸

sabar dealova, entar juga terbiasa

2023-04-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!