Raka Hibatullah Dirgantara

Samudra terdiam menundukkan kepalanya, setelah beberapa kali Ibu Dara menanyakan kepadanya apakah yang terjadi pada dirinya.

Perlahan Samudra menarik napasnya, kemudian menceritakan secara perlahan bahwa istrinya saat ini sedang salah paham padanya.

Sampai akhirnya Ibu Dara mencoba menenangkan Samudra, lalu menyuruh menantunya untuk beristirahat di kamar tamu lebih dulu. Biar semua ini Ibu Dara yang mencoba menjelaskannya pada anak kesayangan yang sedikit nakal itu.

Seperginya Samudra, Ibu Dara perlahan mengetuk pintu lalu membukanya sambil memberikan salam menatap anaknya yang saat ini duduk di atas ranjang sambil menangis.

"Assalammualaikum, Sayang. Kenapa anak Ibu kok nangis, hem? Apa yang dirasa, sakit perutnya?" ucap Ibu Dara tersenyum, kemudian berjalan mendekati anaknya.

"I-ibu, Ma-mas Sam Bu, Mas Sam hiks .... Di-dia jahat banget sama Bulan. Selama ini Bulan sudah membayangkan betapa nikmatnya menjadi seorang Ibu dengan cara melahirkan secara normal."

"Namun, Mas Sam malah menghancurkan semua impian Bulan! Apa salah, Bu. Bulan menginginkan menjadi seorang Ibu, apa Bulan salah. Kalau bulan ingin melahirkan anak Bulan secara normal, cuman kenapa Bu!"

"Kenapa Mas Sam tega sama Bulan? Dia merenggut semua kebahagiaan itu, dengan menjadikan Bulan sebagai seorang Ibu yang tak sempurna hiks ...."

Bulan memeluk Ibunya yang sudah duduk di sampingnya sambil menangis sesegukan di dalam dekapannya.

Ibu Dara yang mendengar anaknya berbicara seperti itu, hanya bisa beristigfar di dalam hatinya sambil menggelengkan kepalanya.

Ibu Dara terdiam cukup lama memberikan waktu pada anaknya untuk mengutarakan apa yang ada di dalam hatinya. Dan benar saja, semua itu terjadi akibat Bulan salah dalam memahami makna seorang Ibu yang sebenarnya.

Hampir 10 menit, akhirnya Bulan terdiam dan hanya terdengar suara isak tangisnya di dalam pelukan Ibunya.

Perlahan Ibu Dara melepaskan pelukan anaknya dan memegang kedua tangan Bulan secara lembut sambil tersenyum.

"Anak Ibu yang cantik, dengarkan Ibu ya. Mau Bulan melahirkan anak dengan cara normal ataupun sesar itu tetap sama. Sama-sama menjadi seorang Ibu, hanya saja caranya yang berbeda."

"Semua wanita di dunia ini menginginkan ketika lahiran nanti mereka mau melakukannya secara normal, cuman apa daya jika takdir sudah berkehendak mengharuskan mereka melakukan lahiran secara sesar. Ya, kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi."

"Normal atau sesar itu sama Sayang. Normal di lakukan semua calon Ibu yang memiliki fisik dan mental yang kuat tanpa kendala apapun. Sementara sesar di lakukan semua calon Ibu yang memiliki kendala dalam kehamilannya. Entah karena si Ibu tidak bisa melakukannya dengan baik, atau si anak yang ada di dalam perut Ibunya yang mengalami bahaya."

"Jadi, kesimpulan lahiran secara normal atau sesar itu sama Sayang. Kalian itu sama-sama menjadi seorang Ibu yang sempurna, jika tidak sempurna bagaimana si anak bisa berada di dalam perutmu hem? Bahkan seorang wanita yang tidak memiliki anak sekalipun, bisa menjadi seorang Ibu yang sempurna ketika naluri ke Ibuannya hadir dengan memberikan kasih sayang serta cintanya kepada anak angkatnya."

"Ya, walaupun statusnya Ibu sambung, akan tetapi dia tetaplah menjadi seorang Ibu. Sampai sini Bulan paham? Jika seorang Ibu itu bukan di ukur dari cara dia melahirkan anaknya, melainkan seorang Ibu akan di ukur dari perjuangannya untuk bisa membahagiakan, melindungi dan juga emberikan cinta kasih yang sangat melimpah."

"Sekarang Ibu kasih contoh. Lebih baik mana seorang Ibu yang bisa melahirkan secara normal, tetapi dia tidak tahu bagaimana caranya menyayangi serta mencintai anaknya. Sehingga anaknya itu hanya mendapatkan status menjadi seorang anak, tanpa merasakan kasih sayang Ibunya sendiri."

"Sementara ada pula seorang Ibu yang melahirkan anaknya secara sesar akibat sebuah kendala pada kehamilannya, membuat anaknya harus di lahirkan tidak sesuai dengan prediksi. Akan tetapi, sang Ibu tidak akan menyerah. Meski dia melahirkan anaknya tidak secara normal, cinta kasih pada anaknya begitu luas bagaikan Samudra."

Ibu Dara tersenyum menasihati anaknya yang hanya terdiam menatap sorot mata Ibunya, sampai akhirnya Bulan mengucapkan kalimat yang membuat Ibunya hanya tersenyum.

"Ya sudah, Bu. Bulan mau istirahat perut Bulan sakit banget, nanti kalau Ibu bertemu sama Mas Sam bilang sama dia hari ini aku mau tdr di kamar sendiri." ucap Bulan, tersenyum kecil lalu merebahkan tubuhnya membelakangi Ibunya.

Dimana Bulan kembali menangis menatap lurus ke arah depan, sedangkan Ibunya mengusap kepala Bulan dan perlahan mulai bangkit meninggalkan kamarnya.

Baru saja keluar dari kamar, Ibu Dara di kejutkan dengan Samudra yang ternyata masih menunggunya di depan kamar.

"Bu, bagaimana?" ucap Sam, mengejutkan Ibu Dara yang hampir melompat.

"Astagfirullah'allazim, Nak Sam. Ya ampun kamu ini ngagetin Ibu aja!" pekiknya, sambil mengusap dada.

"Ma-maaf, Bu. Tadi bagaimana Bu, apakah Ibu sudah menjelaskan pada Bulan apa yang terjadi?" tanya Samudra.

"Ibu cuman menjelaskan tentang pengertian menjadi seorang Ibu. Selebihnya kamu yang menjelaskannya, bagaimana perjuangamu untuk menyalamatkan anak dan istrimu. Jika Ibu yang menjelaskan perjuanganmu, maka kamu tidak akan di anggap oleh Bulan. Apa lgi Bulan itu masih terbilang labil, jadi kamu harus bisa mengambil hatinya gimana pun caranya."

"Ohya tadi Bulan pesan sama Ibu kalau untuk malam ini dia mau tidur sendiri, mungkin itu karena hati dan pikirannya sedang lagi tidak baik-baik saja. Kamu mau 'kan berikan Bulan waktu sedikit saja, biar dia tenang dulu."

Samudra yang mendengarkan perkataan mertuanya itu hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Iya, Bu. Samudra paham kok, sekali lagi terima kasih ya Bu. Ibu sudah memberikan pengertian sama Bulan kalau dia itu tidak seharusnya berpikir sejauh itu. Ya sudah Bu, Sam mau izin pergi kerumah sakit dulu mau memberikan asi Bulan pada suster biar bisa di berikan sama Raka." ucap Sam.

"Ya sudah, hati-hati ya Nak. Ibu titip salam buat Baby Raka, nanti kalau kondisi Bulan sudah enakan Ibu akan kembali menjenguknya." jawab Ibu Dara tersenyum.

"Siap, Bu. Sam pamit, titip Bulan sebentar ya Bu. Assalammualaikum." ucap Samudra sambil salim, lalu pergi meninggalkan rumah dengan membawa kotak khusus menyimpan asi agar bisa diberikan kepada suster yang merawat anaknya.

Raka Hibatullah Dirgantara, adalah anak Samudra dan Bulan yang berusia kurang dari 1 bulan.

Kini, kondisi Raka sudah lumayan membaik. Akan tetapi, dia masih harus memperlukan perawatan selama 1 bulan untuk memastikan kondisinya supaya benar-benar stabil.

Berat badan Raka pun sudah mulai naik menjadi 3 kilo, sehingga keadaannya mulai membaik. Hanya tinggal pemulihan saja, jika semuanya sudah terpenuhi maka dokter bis memperbolehkan Raka pulang kembali bersama keluarganya.

...***Bersambung***...

Terpopuler

Comments

Desilia Chisfia Lina

Desilia Chisfia Lina

amin

2023-05-07

1

lihat semua
Episodes
1 Pangeran Tampan
2 Melamar Dan Mempersunting
3 Melakukan Hijrah
4 Kesempurnaan
5 Jatuh Pingsan
6 Kekhawatiran Samudra
7 Kedatangan Malaikat Kecil
8 Ngidam Mie Goreng Tektek
9 Menebus Kesalahan
10 Menggiurkan
11 Gulung Tikar
12 Bingung
13 Tidak Mau Hidup Susah
14 Roda Kehidupan
15 Kedilemaan Hati Samudra
16 Bayi Prematur
17 Ujian Untuk Samudra
18 Janji Adalah Hutang
19 Raka Hibatullah Dirgantara
20 Mulai Mengerti Situasi
21 Pindah Ke Rumah Baru
22 Raka Sudah Mulai Pintar
23 Mau Sampai Kapan Sabar?
24 Dewasa Sebelum Umurnya
25 Pelgi Ke Lumah Allah
26 Bangga Dengan Jagoan Kecil
27 Jangan Lupa Bersyukur
28 Impi Buyuk
29 Di Tutuk Jadi Batu
30 Membawakan Bekal Ke Sawah
31 Bukti Cinta Anak Laki-laki
32 Penduduk Desa Tidak Sopan
33 Makanan Favorit Raka
34 Maafkan Ayah
35 Penyakit DBD
36 Harga Diri
37 Misi Tersembunyi
38 Meminta Izin
39 Iseng-iseng Berhadiah
40 Dzaky Fayyadh Radhitya
41 Laka mau itut
42 Membantah Perkataan
43 Kedatangan Tamu Spesial
44 Pembicaraan Serius
45 Siapa Samudra Sebenarnya
46 Oma Mandiin Opa
47 Trauma Indomie
48 Kemarahan Dzaky
49 Harapan dan Doa
50 Memiliki Perasaan Lain
51 Mall Central Plaza
52 Raka Menabrak Sesuatu
53 Makan Ayam Enyak
54 Jomblo Akut
55 Perjaka Tong-tong
56 Damage Istri Orang
57 Menantu Idaman
58 Kondisi Ibu Dara.
59 Rapuhnya Bulan
60 Kabar Buruk
61 Di Alam Bawah Sadar
62 Nasihat Samudra
63 Hadiah Terakhir Buat Nenek
64 Raka Dititipkan Bi Edoh
65 Sekolah TK Ceria Bersamaku
66 Sindiran Serta Gosip
67 Merasa Di Permalukan Oleh Bulan
68 Rahasia Istri Idaman Dzaky
69 Ingin Menjodohkan Dzaky
70 Perubahan Bulan
71 Pergi Ke Pasar Malam
72 Mengabadikan Momen Indah
73 Pergi Sama Simpanan?
74 Penjelasan Bulan Tentang Dzaky
75 Madu Suamiku
76 Dua-duanya sama!
77 Pergi Ke Restoran
78 Notif Pesan Dari Orang Misterius
79 Perasaan Raka Yang Tidak Enak
80 Perumpamaan
81 Hadiah Menyebalkan
82 Sikap Dingin Dzaky
83 Perlakukan Pekerja Layaknya Manusia
84 Memberikan Kode Keras
85 Kejujuran Bulan
86 Kekhawatiran Raka
87 Bertemu Ponakan Jefri
88 Pacaran Itu Apa, Tante?
89 Bunda Itu Kelja Apa Pacalan?
90 Nenek Lampir
91 Perasaan Bulan Yang Sensitif
92 Sosis Yang Mengenyangkan
93 Menolak Undangan Spesial
94 Memakai Pakaian Pemberian
95 Kejadian Mengejutkan
96 Penyakit Jantung?
97 Kamu Jahat, Mas. Jahat!
98 Laka Benci Bunda!
99 Hancurnya Hati Bulan
100 Bulan & Raka Kembali Baikan
101 Keadaan Samudra
102 Ketakutan Raka Pada Orang Tuanya
103 Terkabulnya Doa Raka
104 Saran Dari Asisten Dzaky
105 Sayembara
106 Dodol Hati
107 Bunda Sudah Bangun?
108 Sebagai Obat Untuk Bulan
109 Panggil Raka, Kakak
110 PEMENANG GIVE A WAY
111 Harapan Bulan
112 Menemui Samudra
113 Kakak Mau Lihat Ayah!
114 Kondisi Tentang Keadaan Samudra
115 Keajaiban Luar Biasa
116 Tersadar
117 Kesehatan Samudra
118 Menyambut Keluarga Kecil Samudra
119 Dibalik Alasan Keluarga Samudra
120 Demi Uang
121 Penyesalan Sabrina
122 Mendatangi Pemakaman
123 Orang Di balik Pendonor Hati Samudra
124 Kebahagiaan Dzaky Di Sisa Hidupnya
125 Janji Samudra Pada Mendiang Dzaky
126 Menantikan Kelahiran Anak Ke-2
127 Kelahiran Baby Girl
128 TAMAT
129 NOVEL AUTHOR JUDUL : MBAK SAYUR KESAYANGAN PRESDIR
130 Buku Terbaru Kuda Poni
131 Novel Baru Gadis Tengil, Istri Ketiga Tuan Arogan
132 KERINDUAN AUTHOR
133 NOVEL BARU : GAIRAH CINTA PAK DUDA
Episodes

Updated 133 Episodes

1
Pangeran Tampan
2
Melamar Dan Mempersunting
3
Melakukan Hijrah
4
Kesempurnaan
5
Jatuh Pingsan
6
Kekhawatiran Samudra
7
Kedatangan Malaikat Kecil
8
Ngidam Mie Goreng Tektek
9
Menebus Kesalahan
10
Menggiurkan
11
Gulung Tikar
12
Bingung
13
Tidak Mau Hidup Susah
14
Roda Kehidupan
15
Kedilemaan Hati Samudra
16
Bayi Prematur
17
Ujian Untuk Samudra
18
Janji Adalah Hutang
19
Raka Hibatullah Dirgantara
20
Mulai Mengerti Situasi
21
Pindah Ke Rumah Baru
22
Raka Sudah Mulai Pintar
23
Mau Sampai Kapan Sabar?
24
Dewasa Sebelum Umurnya
25
Pelgi Ke Lumah Allah
26
Bangga Dengan Jagoan Kecil
27
Jangan Lupa Bersyukur
28
Impi Buyuk
29
Di Tutuk Jadi Batu
30
Membawakan Bekal Ke Sawah
31
Bukti Cinta Anak Laki-laki
32
Penduduk Desa Tidak Sopan
33
Makanan Favorit Raka
34
Maafkan Ayah
35
Penyakit DBD
36
Harga Diri
37
Misi Tersembunyi
38
Meminta Izin
39
Iseng-iseng Berhadiah
40
Dzaky Fayyadh Radhitya
41
Laka mau itut
42
Membantah Perkataan
43
Kedatangan Tamu Spesial
44
Pembicaraan Serius
45
Siapa Samudra Sebenarnya
46
Oma Mandiin Opa
47
Trauma Indomie
48
Kemarahan Dzaky
49
Harapan dan Doa
50
Memiliki Perasaan Lain
51
Mall Central Plaza
52
Raka Menabrak Sesuatu
53
Makan Ayam Enyak
54
Jomblo Akut
55
Perjaka Tong-tong
56
Damage Istri Orang
57
Menantu Idaman
58
Kondisi Ibu Dara.
59
Rapuhnya Bulan
60
Kabar Buruk
61
Di Alam Bawah Sadar
62
Nasihat Samudra
63
Hadiah Terakhir Buat Nenek
64
Raka Dititipkan Bi Edoh
65
Sekolah TK Ceria Bersamaku
66
Sindiran Serta Gosip
67
Merasa Di Permalukan Oleh Bulan
68
Rahasia Istri Idaman Dzaky
69
Ingin Menjodohkan Dzaky
70
Perubahan Bulan
71
Pergi Ke Pasar Malam
72
Mengabadikan Momen Indah
73
Pergi Sama Simpanan?
74
Penjelasan Bulan Tentang Dzaky
75
Madu Suamiku
76
Dua-duanya sama!
77
Pergi Ke Restoran
78
Notif Pesan Dari Orang Misterius
79
Perasaan Raka Yang Tidak Enak
80
Perumpamaan
81
Hadiah Menyebalkan
82
Sikap Dingin Dzaky
83
Perlakukan Pekerja Layaknya Manusia
84
Memberikan Kode Keras
85
Kejujuran Bulan
86
Kekhawatiran Raka
87
Bertemu Ponakan Jefri
88
Pacaran Itu Apa, Tante?
89
Bunda Itu Kelja Apa Pacalan?
90
Nenek Lampir
91
Perasaan Bulan Yang Sensitif
92
Sosis Yang Mengenyangkan
93
Menolak Undangan Spesial
94
Memakai Pakaian Pemberian
95
Kejadian Mengejutkan
96
Penyakit Jantung?
97
Kamu Jahat, Mas. Jahat!
98
Laka Benci Bunda!
99
Hancurnya Hati Bulan
100
Bulan & Raka Kembali Baikan
101
Keadaan Samudra
102
Ketakutan Raka Pada Orang Tuanya
103
Terkabulnya Doa Raka
104
Saran Dari Asisten Dzaky
105
Sayembara
106
Dodol Hati
107
Bunda Sudah Bangun?
108
Sebagai Obat Untuk Bulan
109
Panggil Raka, Kakak
110
PEMENANG GIVE A WAY
111
Harapan Bulan
112
Menemui Samudra
113
Kakak Mau Lihat Ayah!
114
Kondisi Tentang Keadaan Samudra
115
Keajaiban Luar Biasa
116
Tersadar
117
Kesehatan Samudra
118
Menyambut Keluarga Kecil Samudra
119
Dibalik Alasan Keluarga Samudra
120
Demi Uang
121
Penyesalan Sabrina
122
Mendatangi Pemakaman
123
Orang Di balik Pendonor Hati Samudra
124
Kebahagiaan Dzaky Di Sisa Hidupnya
125
Janji Samudra Pada Mendiang Dzaky
126
Menantikan Kelahiran Anak Ke-2
127
Kelahiran Baby Girl
128
TAMAT
129
NOVEL AUTHOR JUDUL : MBAK SAYUR KESAYANGAN PRESDIR
130
Buku Terbaru Kuda Poni
131
Novel Baru Gadis Tengil, Istri Ketiga Tuan Arogan
132
KERINDUAN AUTHOR
133
NOVEL BARU : GAIRAH CINTA PAK DUDA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!