"Bu, Sam pamit ke kamar dulu ya. Badan Sam capek banget, sebelumnya Sam minta maaf enggak bisa nemenin Ibu ngobrol." ucap Samudra menatap mertuanya.
"Iya, enggak apa-apa, Nak. Lebih baik Kamu istirahat aja, mungkin tubuhmu terlalu lelah di pakai kerja terus setiap hari hampir 24 jam. Nanti Ibu buatkan ramuan jamu biar badanmu lebih enakan." jawab Ibu Dara.
"Kamu kenapa, Mas? Sakitkah?" tanya Bulan, khawatir.
"Aku tidak apa-apa, Dek. Cuman sedikit lelah aja, mungkin karena banyak bergadang. Ya sudah kamu temani Ibu saja, aku ke kamar dulu ya. Assalammualikum!"
Samudra pun tersenyum berdiri sambil berpamitan pada mereka berdua, kemudian melangkahkan kedua kakinya menuju kamar.
Selepas perginya Samudra, Bulan menatap tubuh suaminya yang sudah mulai menjauh menaiki anakan tangga dalam keadaan sedikit lesu.
Bulan langsung menatap Ibunya. "Bu, ada apa dengan Mas Samudra? Kenapa wajahnya terlihat seperti menyimpan banyak beban? Apakah dia ada masalah?"
Ibu Dara menatap anaknya lalu berkata. "Itu tugasmu sebagai seorang istri. Lebih baik sekarang kamu pergi, temui dan temani suamimu. Tanyakan sama dia ada apa, kenapa dan bagaimana. Jadikan pundakmu sebagai sandaran untuk suamimu, agar dia bisa sedikit terbuka padamu apa yang saat ini dia rasakan."
"Ibarat kata kamu ini sebagai rumah ternyaman baginya untuk mengungkapkan keluhh kesahnya. Jangan sampai kamu membiarkan suamimu menghadapi semuanya sendiri, karena Ibu tahu saat ini suamimu sangat-sangat membutuhkanmu di sampingnya."
Bulan terdiam mendengarkan semua nasihat dari Ibunya, yang mana dia sendiri pun merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada suaminya.
Tidak seperti biasanya, Samudra pulang secepat itu dan juga pulang dalam wajah yang semurung ini. Meski Samudra tidak mengatakan apapun, tetapi mertua dan istrinya pun mulai curiga jika dia sedang menghadapi masalah yang cukup berat.
"Ya sudah, Bu. Bulan ke kamar dulu ya nemenin Mas Samudra, kasihan dia siapa tahu butuh sesuatu." ucap Bulan, perlahan mulai berdiri sambil menahan perutnya yang sudah membuncit.
Ibu Dara menganggukkan kepalanya menatap Bulan, kemudian Bulan berbalik dan mau melangkahkan kakinya pergi ke arah kamarnya. Seketika dia berbalik menatap Ibunya, di saat Ibunya kembali berbicara.
"Jangan lupa, Nak. Tanyakan ke suamimu apakah dia sudah makan atau belum. Kalau belum, nanti Ibu masakan soup ayam kesukaannya." ujar Ibu Dara, langsung menatap anaknya yang sudah berdiri.
"Siap, Bu. Ya sudah Bulan ke atas dulu ya, Ibu kalau bosen istirahat aja di kamar. Jangan capek-capek, dan jangan banyak pikiran, nanti bisa-bisa darah tinggi Ibu kumat lagi loh. Dan aku enggak mau itu terjadi, ingat!"
Bulan menasihati Ibunya karena dia tidak ingin melihat Ibunya sakit, akibat darah tingginya kembali kumat. Sedangkan Ibunya hanya bisa tersenyum kecil, lalu menganggukan kepalanya dan tersenyum.
Setelah itu Bulan pergi meninggalkan Ibunya yang ada di ruang keluarga, menuju kamarnya. Tak lupa Ibu Dara mengingatkan Bulan agar berhati-hati untuk menaiki tangga.
Senua itu demi keselamatan mereka, karena usia kandungannya sudah cukup besar buat jalan pun Bulan sedikit berjegang. Terlihat bagaikan seorang raksasa yang sedang menginjakkan kaki di Bumi.
...*...
...*...
...Di dalam kamar, Samudra dan Bulan....
Samudra yang baru saja selesai dari membersihkan badannya, langsung keluar dari kamar mandi bersamaan dengan masuknya Bulan.
"Assalammuaikum ...." ucap salam, Bulan sambil menutup pintu.
"Walaikumsalam, loh kamu kenapa kesini, Dek? Terus Ibu dimana?" tanya Samudra sambil duduk di pinggir ranjang.
Bulan pun berjalan mendekati suaminya, lalu duduk di sampingnya sambil menatapnya. "Mas udah makan?"
Samudra tersenyum sambil mengelus pipi istrinya dan menjawab pertanyaan Bulan dengan nada yang lembut. "Belum, tadi di kantor lagi sibuk. Jadi, aku tidak sempat makan. Kenapa, hem?"
"Ya sudah, Mas makan dulu ya. Ibu mau masakin soup ayam, mau?" tawar Bulan, tersenyum.
"Tidak usah, Sayang. Mas cuman mau makan indomie rebus yang pedes banget, terus pakai telur boleh?" ucap Samudra, menyandar di bahu istrinya sambil memeluknya dari arah samping.
"Boleh, tapi nanti harus di habisin ya. Ini badan Mas udah mulai anget loh, aku engga mau sampai Mas sakit ya. Ingat, sebentar lagi kita akan bertemu sama anak kita, dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Jadi, aku mohon Mas sehat-sehat terus, okay?"
Samudra hanya bisa mengangguk dan tersenyum, sesekali menatap istrinya. Beberapa detik matanya mengeluarkan air, segera mungkin Samudra hapus agar tidak diketahui oleh istrinya sambil mengusap perut istrinya yang semakin membesar.
"Mas dengar aku, 'kan?" ucap Bulan, mengulanginya kembali.
Samudra melepaskan pelukannya, sambil menatap istrinya yang sedikit kesal. "I-iya, Sayang. Aku pasti ingat semua nasihat kamu kok."
"Ya udah, aku bikinin kamu makan dulu ya." ucap Bulan, yang langsung diangguki oleh Samudra sambil tersenyum.
"Makasih, Sayang. Ingat, hati-hati ya. Kasihan anak kita nanti kalau kenapa-kenapa."
"Iya, Mas. Tenang aja." sahutnya, sambil berdiri. Kemudian, Bulan berjalan pergi meninggalkan suaminya.
Sesampainya di pertengahan tangga, Ibu Dara yang baru saja bangkit dari sofa lalu mau pergi ke kamarnya tak sengaja melihat anaknya.
"Loh, kok turun lagi, Nak. Ada apa?" tanyanya.
"Ini, Bu. Mas Samudra mau dibuatkan indomie kuah yang pedes katanya, mungkin dia butuh yang seger-seger kali Bu,"
"Soalnya aku perhatikan wajahnya agak kusut, tapi aku belum nanya ada apanya. Takut waktunya belum pas juga, biar Mas Sam makan dulu aja baru nanti aku coba perlahan nanya ada apa dengan wajahnya yang murung itu."
Bulan menjelaskan kepada Ibunya sambil menuruni anakan tangga, sementara Ibunya hanya tersenyum dan mengangguk sambil mengusap tubuh anaknya.
"Enggak mau Ibu buatkan soup ayam aja?" tanyanya, membuat Bulan menggelengkan kepalanya.
"Sabar, ya Sayang. Pelan-pelan, jangan buat suamimu tidak nyaman. Bikin dia senyaman dulu baru tanyakan sedikit demi sedikit, pokonya kamu harus bisa membuat suamimu mengatakan apa yang dia rasakan tanpa merasa tertekan. Paham 'kan maksud, Ibu?"
Bulan mengangguk kecil, mencoba untuk mendengarkan nasihat dari Ibunya. Kemudian mereka pergi saling berlawanan, dimana Ibu Dara ke arah kamarnya dan Bulan ke arah dapur untuk membuatkan makanan yang lezat.
...***Bersambung***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments