La Luna (Bias Asa)
"Aku dimana?" Luna mengerjap kaget saat merasakan angin dingin berhembus menerpa tubuhnya yang setengah polos.
Lebih kaget lagi mendapati dirinya berada di gulungan selimut yang ternyata tanpa sehelai benang pun membelit tubuhnya.
Luna menyadari tengah berada di tempat asing. Saat ia beringsut turun, ada sesuatu yang terasa nyeri dibawah sana. Mendadak matanya basah. Sesuatu yang benar- benar buruk tengah menimpanya saat ini.
Ia berada di kamar seseorang. Seorang lelaki lebih tepatnya. Nampak punggung kekar nan kokoh milik lelaki yang tengah tertidur di sampingnya.
Luna menghapus matanya yang basah. Hatinya hancur, ia hampir saja teriak untuk melampiaskan sakit hatinya. Namun akhirnya ia tahan, hingga ia hanya terisak dalam diam.
Dia tidak ingin membangunkan lelaki yang berada disampingnya itu. Sudah bisa dipastikan jika sosok lelaki itulah yang menidurinya semalam.
Luna merosot ke lantai, kemudian mengacak rambutnya hingga terasa sakit. Gadis itu tidak merasa menyakiti orang, namun mengapa kejadian yang sangat buruk ini menimpanya?
Saat ini, ia hanya ingin pergi dari sini. Melupakan kejadian yang menghancurkan hidupnya, yang bahkan tidak tahu seperti apa kejadian sebenarnya. Yang jelas ia merasa jijik pada dirinya sendiri.
Apa kata papanya nanti? Apa ia akan di buang karena sudah pasti ia akan dianggap sama seperti Mama Keiko, seorang germo yang membesarkannya selama ini.
Sungguh ia sudah hancur sekarang. Bahkan cita-cita yang ia idamkan seakan tak mampu ia bayangkan lagi. Karena yang terlintas hanya bayang-bayang kelam.
Beranjak dengan pelan Luna berpegangan pada ranjang king size di belakangnya. Ia pikir, ini adalah sebuah kamar. Namun ternyata ia berada di sebuah apartemen. Di lantai yang sangat tinggi. Hingga saat mengintip ke bawah, apapun yang ada disana nampak mini.
Gadis itu memunguti pakaiannya. Ketika mencoba mengenakannya kembali, ada beberapa bagian yang terkoyak. Seperti ditarik dengan paksa.
Mondar-mandir beberapa kali mencari sesuatu, akhirnya Luna menemukan sebuah jaket putih yang teronggok di atas sofa. Gadis itu bergegas mengenakannya, untuk menutupi beberapa bagian pakaiannya yang koyak.
Perlahan Luna mendekati pemilik tubuh kekar yang tidak ia kenali itu. Ia bersumpah pada dirinya sendiri, ia akan membenci lelaki itu seumur hidupnya. Atau bahkan jika perlu menghancurkan hidupnya, seperti yang tengah dilakukan lelaki itu saat ini.
Sayangnya wajah lelaki itu hanya nampak sedikit karena tertutup oleh bantal yang ia gunakan.
Luna hendak beranjak pergi saat menunggu beberapa lama tidak ada pergerakan sama sekali dari lelaki asing itu. Jika ia memaksakan diri membalik tubuh itu, sudah pasti pemiliknya akan bangun. Itulah mengapa ia tidak melakukannya.
Gadis itu melangkah pergi, namun ketika ia hampir mencapai pintu, lelaki itu membalik tubuhnya. Dengan menguatkan diri, Luna memutar tubuhnya untuk mengenali lelaki itu.
Dan ... tubuhnya mendadak menegang melihat siapa pemilik tubuh yang menggagahinya semalam. Ia tidak menyangka lelaki yang nampak tidak perduli padanya itu rupanya seorang monster. Dan yang lebih menyakitkan, Luna mengenalnya.
Semalam, terakhir yang ia ingat. Ia memang merasa pusing, kemudian pamit kepada teman-temannya. Tidak ada satupun dari mereka yang berniat mengantarnya pulang, karena acara yang mereka datangi adalah acara resmi yang diadakan kampusnya. Itulah yang menjadi salah satu alasan mereka, hingga membiarkan Luna pulang sendirian.
Namun diperjalanan keluar, ia bertemu lelaki itu. Karena ia mengenalnya, dan lelaki itu berniat mengantarnya pulang maka Luna menerimanya. Dan setelahnya, ia tidak mengingat apa-apa lagi.
Luna bahkan meyakini dirinya sendiri tidak minum minuman keras semalam. Ia hanya minum segelas sirup yang diberikan oleh Pauline. Ya, ia hanya minum itu. Apa Pauline memberikan sesuatu pada minuman yang diberikannya? Hingga membuat Luna tidak sadarkan diri dan mengalami hal seperti sekarang.
Berarti semua ini sudah direncanakan. Betapa busuknya hati mereka! Mungkin bagi mereka yang hidup di negara bebas seperti Amerika, hal seperti ini bukanlah masalah besar. Namun baginya yang bahkan sejak kecil ditanamkan nilai- ilai moral beragama, tentu menjadi suatu perbuatan yang buruk.
Ya, mama Keiko memang menjaganya dengan baik. Bahkan dulu wanita yang sudah hampir berusia lima puluh lima tahun itu menyembunyikannya di rumah dengan penjagaan ketat dari para pengawalnya.
Seburuk apapun pandangan dunia pada Keiko, Luna selalu melihatnya berbeda.
Sekarang yang tertinggal dalam dirinya adalah rasa sakit. Sakit yang tumbuh di hatinya juga sakit yang diderita tubuh hingga organ intimnya yang tentunya semalam diambil dengan paksa.
"Lelaki laknat!" teriaknya dalam hati. Meski air matanya terus membasahi wajahnya, namun suara isakan dari tangisnya terus saja ia tahan.
Luna buru-buru keluar dari apartemen itu. Membawa segala kepedihan yang harus ia tanggung sendiri karena ia tidak ingin keluarga barunya mengetahui kejadian kejam yang semalam terjadi.
Tujuannya sekarang adalah rumah ayahnya. Rumah baru yang ia tempati setahun terakhir ini. Rumah yang mengangkat derajatnya. Memberinya identitas baru sebagai putri seorang pengusaha kaya yang diperhitungkan di Amerika, Ellard Efrain dan memberinya nama belakang Efrain yang membuat teman-teman barunya layaknya perangko yang menempel erat pada sebuah surat.
\=\=\=\=\=\=\=\=≠≠\=\=
"Sayang? Kau menginap dimana? Kenapa tidak menghubungi papa semalam jika kau tidak pulang. Papa sangat khawatir." Ellard yang sedang membaca koran paginya menurunkan sedikit kacamata yang ia kenakan, saat melihat sekelebat bayangan Luna yang melewatinya.
"Papa!" jawab Luna yang kaget. Ia pikir sang ayah tidak melihat kedatangannya yang bahkan mengendap-endap dan membuka pintu dengan gerakan sangat pelan. "Maaf aku tidak melihatmu disana. Aku menginap di rumah Maria, dengan beberapa teman." Luna menunduk dalam. Sungguh ia tidak pernah diajarkan untuk berbohong oleh mama Keiko. Sesuram apapun kehidupan di rumah bordil itu.
Sebelum pindah ke rumah inipun, mama Keiko memberikan nasihat banyak hal padanya. Tentang caranya bersikap pada orang lain, karena ia harus pandai membawa diri jika ingin dihargai di lingkungan baru yang akan ia hadapi.
"Bersihkan dirimu! Papa tunggu untuk sarapan," ucap Ellard tersenyum melihat wajah bantal anak gadisnya.
Di dalam kamar, Luna segera masuk ke kamar mandinya. Dengan pakaian yang masih lengkap, ia menyalakan shower yang kemudian membasahi seluruh tubuhnya.
Luna menangis. Bukan lagi terisak tapi meraung. Bisakah ia memutar waktunya kembali? Hingga kemarin ia tidak akan datang ke pesta di Universitas barunya itu. Atau mungkin ia tidak usah ikut pindah. Bersama mama Keiko, semuanya lebih aman. Meski ia berada di sarang pelacuran.
Namun ia juga butuh perlindungan. Mama Keiko mengatakan hanya sang ayah lah yang bisa melindunginya, karena bagaimanapun mama Keiko hanya seorang wanita.
Apalagi wanita yang berumur setengah abad lebih itu mengais rupiah di lingkaran bisnis hitam yang sewaktu-waktu bisa saja meledak.
Puas berteriak dan meraung, ia menyudahi ritual mandinya. Entah berapa kali ia menggosok dan memberikan sabun pada tubuhnya. Ia jijik sangat jijik dengan dirinya saat ini.
Luna mengenakan sweater dengan kerah tinggi. Jejak- jejak yang ditinggalkan lelaki itu bahkan memenuhi tubuhnya saat ini. Semua itu tidak begitu ia perhatikan tadi, namun ketika mematut di depan cermin, Luna kaget hingga akhirnya menangis lagi.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Amici💕
Ini novel baru saya, diramaikan ya... Grazie mille😍
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
salam kenal dan mampir nih
2024-04-23
0