Suasana kamar Elea pun mendadak suram seperti penghuninya, membuat Luna serba salah menanggapinya.
"El, menginap di rumah kakek saja ya, Ma. El mau main dengan paman Aglen disana."
"Sayang, kamu bisa bermain dengan Mama di rumah. Paman Aglen juga sibuk kerja."
"Ada kakek Ellard dan juga paman tampan, Ma. Mereka pasti mau bermain dengan El. Kan sudah janji." Gadis kecil itu mengiba di hadapan ibunya.
Stefan! Lagi-lagi dia. Kenapa lelaki itu ada disini saat Adam dan dirinya sendiri benar-benar disibukkan oleh pekerjaan mereka.
"Tapi sayang...." Luna benar- benar kehabisan akal membujuk Elea. Dia sendiri disibukkan dengan pembangunan gedung barunya.
"Baiklah. Tapi satu malam saja, ya. Mama janji mulai sekarang, Mama akan menyempatkan waktu untuk menemani El bermain," janji Luna yang dijawab anggukan sang anak.
"Sekarang El mandi dulu. Lalu kita tunggu Daddy makan malam."
"El masih kenyang, Ma. Tadi sudah makan dengan paman tampan."
"Baiklah, kalau begitu mandilah kemudian bobo ya, Sayang. Nanti Mama kesini lagi dan kita baca cerita bersama."
"Asyikk ... Mama baca cerita lagi." El mengangkat tangannya dengan bersemangat.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Maaf, Sayang aku terlambat." Adam datang setengah jam lewat dari jam biasanya ia pulang.
Sambil berjalan, lelaki itu mengendurkan ikatan dasinya. Kemudian mengecup pipi kemerahan milik Luna.
"Mau mandi atau makan dulu?"
"Makan saja, aku lelah sekali. Nanti setelah mandi langsung istirahat, tidak apa-apa kan?"
"Tidak." Luna menggeleng seraya mengulas senyumnya. Melihat Adam yang nampak kelelahan, wanita itu mengurungkan niatnya untuk membahas tentang Elea. "Makanlah." Wanita itu telah selesai menyiapkan nasi dan lauknya di piring sang suami.
"Mana, El?"
"Dia sudah makan dengan kak Aglen. Biasa, diajak jalan- jalan sepulang sekolah tadi."
"Kesini lagi?" Adam terkejut, lelaki berambut pirang itu menoleh sambil mengunyah makanannya.
"Hemm...." Luna mengangguk.
"Kakakmu jadi sering kesini, ya. Apa ada proyek baru yang ia kerjakan disini?"
"Tidak ada. Aku juga tidak tahu kenapa. Kata Papa, kak Aglen hanya rindu dengan keponakannya."
"Aneh saja ia sering kesini," tanggapan Adam hari ini berbeda.
"Kakak menyayangi El, Sayang. Lagipula aku tidak pernah memintanya. Dia sendiri yang ingin kesini. Hiitung-hitung dia membantu menjaga anak kita," canda Luna.
"Seolah kita tidak bisa menjaganya dengan baik saja."
Luna menoleh, baru sekali ini ucapan Adam terasa janggal. Biasanya Adam memaklumi segala sesuatu, bahkan apapun yang dilakukan Luna lelaki itu mendukung. Namun kali ini...
Adam segera menyelesaikan makan malamnya. Kemudian lelaki itu segera keatas tanpa pamit seperti biasa.
Luna terdiam, apa ia salah bicara? Mungkin Adam sedang lelah dan Luna terlalu banyak bicara. Semoga saja.
Wanita itu segera menyusul sang suami keatas. Rupanya Adam masih berada di dalam kamar mandi menyelesaikan ritual bersih-bersihnya.
Klek!
"Sayang, maafkan aku. Aku berbicara sesuatu disaat yang tidak tepat." Luna menatap dalam mata Adam yang menunduk.
"Sudahlah. Aku juga minta maaf, mungkin aku sangat lelah hingga terlalu sensitif. Lupakan, ya." Lelaki itu menuju walk in closet untuk mengambil piyamanya selepas menghampiri sang istri dan memeluknya.
Luna bernapas lega. Adam memang lelaki yang pengertian sejauh ini.
Tiba- tiba ponsel Adam berbunyi. Luna hampir saja meraihnya namun Adam secepat kilat mendahuluinya.
"Tunggulah aku disana, Sayang. Kebiasaan mereka menghubungi di luar jam kerja," keluh Adam yang memilih keluar menuju balkon untuk menjawab ponselnya.
Dan setelah menunggu beberapa lama sang suami tidak segera kembali. Luna mengintip, Adam masih berbicara dengan seseorang melalui ponselnya. Akhirnya Luna memutuskan pergi ke kamar Elea, karena janjinya untuk membacakan cerita.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Mau keluar?"
"Tidak. Aku dirumah saja."
Jawaban Stefan membuat Aglen heran. Itu bukan sepupunya, sama sekali bukan. Apa lelaki playboy itu sudah insyaf?
"Apa kau yakin? Dulu kau yang selalu mengejekku jika aku menolak ajakanmu." Aglen yang sudah berpakaian kasual, mendatangi kamar yang ditempati Stefan. Yang mana pemiliknya sedang terdiam menatap ponselnya.
"Pergi sana! Kau menggangguku saja," usir Stefan.
"Ayolah, kita bersenang- senang. Siapa tahu kau bertemu jodohmu disini. Kata papa, gadis Kanada cantik-cantik dan ramah," goda Aglen pada sepupunya itu.
"Italia juga penuh dengan wanita cantik. Tapi aku tak menemukan apapun disana," celetuk Stefan yang sama sekali tak mengalihkan matanya dari layar ponsel, meskipun bibirnya terus menjawab.
"Itu karena kau yang menutup mata," sindir Aglen. "Apa kau serius tidak pernah berhubungan dengan gadis Italia?"
Stefan menggeleng. Dan dari matanya, Aglen membaca jika sepupunya itu tidak bohong.
Mengejutkan bukan? Apalagi Stefan tinggal di Italia dalam waktu yang cukup lama.
"Sialan! Kau pasti menipuku Stef. Aku tak percaya kau benar-benar insyaf. Kau pasti hanya sedang bosan saja," sungut Aglen yang langsung pergi begitu saja.
Stefan mengulas senyumnya. Dia tidak perduli apapun yang Aglen katakan tentang dirinya.
Ternyata sejak tadi, ia tengah melihat video yang dibuatnya saat bersama Elea di pusat permainan.
Beberapa kali Stefan mendengkus, menyalahkan dirinya sendiri atas lepasnya Luna ke Kanada dan ketidakmampuannya untuk mengikuti bahkan mencari berita tentang wanita yang ia sakiti sekaligus tinggal di hatinya itu.
Ia berpikir sang paman akan mengabarkan apapun yang terjadi pada Luna termasuk peristiwa besar yaitu pernikahannya. Namun ternyata tidak.
"Eleanor Ellard Walton. Bahkan kau mendapatkan nama keluarga dari lelaki yang sama sekali tidak berhubungan darah denganmu. Dua hari lagi, akan ku ketahui siapa sebenarnya dirimu. Dan aku sangat yakin kau darah dagingku, putri kecilku."
Jemari Stefan membelai gambar Elea yang tengah tersenyum saat ia ajak foto bersama tadi.
"Anakku...." Kata itu terdengar sangat manis dan istimewa ditelinga Stefan.
Sekian tahun ia terpisah dengan Luna dan tiba-tiba saja ada gadis kecil yang tumbuh dari hasil perbuatannya itu.
Inikah akhir petualangannya?
Mungkin.
Sepertinya, petualangan itu bahkan sudah berakhir tanpa ia sadari. Karena sejak kejadian malam itu, melihat sosok wanita lain secantik apapun terasa hambar baginya.
Dia menjadi tidak tertarik sama sekali dan mati rasa. Dalam hatinya hanya ada Luna dan Luna.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Pagi, Pa," sapa Luna pada sang ayah. Ia berangkat bersama Adam, dan sengaja turun untuk menyapa.
"Hai, Sayang." Ellard menyambut putri kesayangannya. Lelaki itu bangkit dari duduknya kemudian mengecup pipi anak perempuannya itu.
"Kebetulan sekali kau mampir. Hanya kau dan Stefan yang bisa memecahkan permasalahan ini."
Luna terkesiap. Ia pikir Stefan sudah pergi. Rupanya kehadiran lelaki itu ada hubungannya dengan perusahaan.
"Apa kita tidak bisa menyelesaikannya sendiri, Pa? Adam juga sudah banyak pengalaman selama ini." Luna sebisa mungkin mencegah kehadiran Stefan disana.
"Kita butuh Stefan, Sayang. Hanya dia yang mampu."
Dan Luna tidak bisa lagi membantah.
❤❤ love u
😍 Sayang- sayangku semua, Terima kasih masih setia.. 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 275 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
karena papa kamu belum tahu siapa yang dulu melecehkan kamu Lun,,,
2024-04-23
0
Alma Tiana
lanjutkan Thor, penasaran lanjutannya gmna
2023-05-05
1