Bagaimana jika setelah ia menceritakan kepada ayahnya, ia akan diusir dari rumah ini? Bukan! Bukan karena ia takut miskin, atau hidup susah. Tapi disini, sang ayah meindunginya penuh dari semua kejahatan di luar rumah termasuk dari para musuh mama Keiko yang berulang kali ingin menculiknya dulu.
Di negara ini, tanpa pengaruh sang ayah, dia bukanlah apa-apa. Karena bisnis mama Keiko beresiko bersinggungan dengan dunia hitam. Sementara mama Keiko tidak memiliki siapapun kecuali dirinya. Maka dialah yang akan menjadi sasaran jika mereka berselisih paham dengan wanita paruh baya yang seksi itu.
Lalu, bagaimana jika dia tidak menceritakannya dan sang ayah sampai mengetahuinya dari orang lain? Tentu semua itu akan membuat Ellard semakin murka. Entah apa yang akan dilakukan lelaki itu kelak jika dia mengetahui identitas lelaki laknat yang telah menodainya yang ternyata adalah keponakannya sendiri.
"Nona. Ada teman anda di depan, mereka mengatakan jika mereka adalah teman kuliah anda," ucap seorang pelayan yang mendekati Luna yang sedang melamun di taman belakang rumahnya.
"Siapa, Bi?"
"Sepertinya kalau saya tidak salah mengenali, itu nona Pauline dan teman-teman anda yang lain."
Darah Luna mendidih mengetahuinya. Jika ia punya keberanian saat ini, ingin sekali ia mencaci maki gadis yang enam bulan terakhir mendekatinya itu.
Tangan Luna mengepal dibawah meja, wajahnya memerah karena marah. Namun ia tidak ingin melakukannya sekarang, karena hatinya masih berperang dengan dirinya sendiri.
"Suruh pergi saja, Bi! Katakan aku tidak ingin menemui siapapun."
"Juga ada telpon dari Tuan Bhara, apa Nona_"
"Sudah kukatakan aku tidak ingin menemui siapapun dan menerima telepon dari siapapun!"
"I-iya Nona." Pelayan itu segera pergi. Menyisakan keheranan akan sikap sang majikan yang berubah drastis. Luna tidak pernah semarah itu dengan siapapun.
Sang pelayan bergegas ke depan menghampiri para gadis yang merupakan teman snag majikan. Mereka berdiri di depan mobilnya dan masih diluar pagar.
"Maaf, Nona Luna sedang tidak ingin diganggu," ucap pelayan itu sambil mengangguk dan senyum yang dipaksakan.
"Hah? Tidak salah? Kami kesini bukan untuk mengganggu. Kami hanya ingin mengetahui keadaannya karena kemarin saat acara belum selesai dia mengeluh pusing. Dan hari ini, dia tidak masuk kuliah, iya kan?" ucap Pauline yang di iyakan kedua temannya yang lain.
"Maaf, lebih baik kembali lain kali saja." Sekali lagi pelayan itu mengangguk, agar para gadis didepannya itu memaklumi permintaan sang majikan.
"Sudah kita pergi saja, mungkin Luna memang sedang tidak ingin diganggu," ucap seorang gadis yang memakai kacamata dengan rambut pendeknya. Ia adalah teman yang paling pengertian, Luna memanggilnya Selly.
"Iya. Sepertinya begitu. Aku juga sudah mengirimkan pesan padanya tadi. Tapi sama sekali tidak dibalas." Temannya yang lainnya menimpali. Gadis berperawakan kurus ini bernama Alda.
"Ayo!" Pauline menjadi yang paling pertama beranjak dari tempatnya berdiri. Gadis yang paling modis diantara yang lain itu sempat melirik kedalam dan tersenyum menyeringai.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
"Bujangan apa kau ini, Stefan? Oh, aku lupa kalau kau sudah tidak bujangan," sindir Aglen tepat sasaran. "Kalau kau terus terlambat seperti ini, banyak orang yang akan kau rugikan," ucap Aglen kemudian.
Tepat jam 9, sepupunya itu baru memasuki ruangannya. Seingat Aglen, Stefan tidak pernah sampai terlambat seperti ini. Lelaki itu memang santai jika berhadapan dengannya.Namun Stefan sosok yang profesional baik saat bekerja maupun dalam kesehariannya.
"Kau banyak bicara, Ag. Aku baru sekali ini terlambat. Itupun karena partnerku adalah kamu." Stefan membuka kancing jasnya dan duduk disebelah Aglen.
"Oh, jadi kalau denganku kau bermalas-malasan. Apa kau masih suka tidur dengan para gadis tidak jelas itu? Kau sudah tua, kapan kau berubah Stef? tingkahmu itu bisa menghancurkan karirmu." Aglen menatap jengah sepupunya yang memiliki gelar playboy sedari SMA itu.
Sudah berulang kali Aglen menasehati nya, tapi bukan Stefan namanya jika mendengarkan nasihat Aglen. Ayah ibunya saja sudah bosan menasehati anak tunggalnya itu.
Stefan adalah putra satu-satunya kakak dari ayah Luna, William Efrain yang menikah dengan Christina yang berkebangsaan Yunani. William sama hebatnya dengan sang adik, Ellard. Kedua kakak beradik itu sosok yang tidak bisa dipandang sebelah mata di dunia bisnis properti di Negara itu.
Ya, Stefan adalah playboy terkeren idaman para gadis di Negara itu. Banyak para gadis yang rela melemparkan tubuhnya pada lelaki itu. Atau sekedar kencan buta karena tergila-gila padanya.
Namun lelaki smart itu tidak sembarangan bermain wanita. Dia memilihnya, dan tentu saja hanya one night stand, tidak lebih. Apalagi dia tidak pernah melupakan pengaman saat melakukannya. Baginya, benih unggul yang ia miliki hanya boleh tumbuh di rahim wanita yang diinginkannya.
Mengingat kejadian semalam membuat Stefan mendadak pening. Dia telah meniduri sepupunya sendiri. Dan tidak memakai apapun sebagai pengaman. Tubuh Luna membuatnya gila, hingga ia lupa memakai pengaman yang bahkan sudah ia simpan di saku celananya.
Apa Luna akan hamil? Tidak- tidak! Tuhan tidak akan sejahat ini padanya. Lagipula bukankah mereka baru sekali ini melakukannya? Dan ini tentu juga yang pertama kali untuk sepupunya itu. Stefan tahu itu, dan sialnya lelaki itu menggilainya.
Semua ini terjadi atas hasutan teman Luna. Bahkan gadis yang mengaku teman dekat Luna itu membantunya memuluskan rencana kotor itu.
Stefan tahu, Luna dibesarkan oleh seorang mucikari kelas kakap. Hal itu sudah menjadi rahasia keluarganya, dan tidak ada yang mempertanyakannya lebih lanjut. Namun lain dengan Stefan, lelaki yang sedari awal sama sekali tidak respect dengan Luna itu, meragukan kesucian sepupu barunya itu.
Dan tentu menjadi pertanyaan besar apakah Luna sama saja dengan wanita yang membesarkannya itu, atau masih perawan.
Padahal keduanya sama sekali tidak pernah berbicara kecuali ada sesuatu hal yang penting. Baik Luna ataupun Stefan tidak pernah ingin berinteraksi lebih jauh ataupun disengaja.
Namun sejak Pauline bercerita banyak hal tentang Luna, bahkan tentang masa lalu yang hanya abu-abu saja diketahui keluarga, Stefan menjadi tertarik.
Dan sungguh sial, dia menyukai gadis itu pada akhirnya. Mungkin berawal dari tubuhnya saat ini, dan Stefan ingin memiliki seutuhnya. Tapi apa kata pamannya nanti? Saat tahu Stefan telah memperkosa anak gadis satu-satunya itu.
"Kenapa? Jangan katakan kau mendadak sakit dan izin pulang. Masih banyak yang harus kita bahas hari ini. Papa juga memintamu menemuinya, setelah kau dari sini." Aglen segera beranjak untuk menghubungi sekretarisnya agar segera menyiapkan beberapa berkas yang harus dilihat Stefan.
"Paman Ellard?" Stefan kaget mendengarnya. Apa karena kejadian semalam? Secepat itu?
"Ada perlu apa paman Ellard ingin bertemu denganku?" tanya Stefan tanpa ekspresi.
Hatinya masih shock bukan main. Ia tahu kejamnya sang paman jika berhubungan dengan orang yang menyakiti keluarganya. Bisa ia rasakan, jantungnya yang memompa cepat tidak terkendali. Rasanya si jantung mau kabur saja.
"Ohhh ... Stefan! Kau menanyakan pertanyaan yang bodoh! Yang jelas ayahku bukan menemuimu untuk memintamu menjadi menantunya, karena itu tidak mungkin!" Ucapan Aglen tegas namun mengena.
Stefan mendengkus resah. Namun lelaki itu berusaha terlihat baik- baik saja."Ya, baiklah. Segera kita selesaikan pekerjaan kita saja dulu," ucap Stefan pelan.
💗💗Terima kasih readers tercinta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Sugiharti Rusli
oh ternyata benar si Stefan terhasut perkataan temannya Luna
2024-04-23
0
Nuhume
Sepupu appaaann kek gini😭😭😭
2023-05-20
1