Bab 7

Oz inn 7

Ozira naik ke tangga beranda dan tak melihat ke arah siapa pun. Dia berjalan lurus ke depan. Wajahnya yang tirus tertutup rambut ikalnya yang berwarna coklat kemerahan.

Bianca tampak berlari kecil menghampiri Ozira.

"Zizi, bukankah bibi bilang jangan pergi sendirian? Bagaimana jika mereka melukaimu?" tanya Bianca dengan wajah khawatirnya dan menarik Ozira ke dalam.

Grey yang ada di dekat pintu tentu saja mendengar hal itu. Pria itu melihat ke arah Ozira yang berjalan bersama Bianca ke belakang dan sepertinya ke arah dapur.

*

*

"Apa lagi yang harus kulakukan, Bi?" tanya Ozira yang kini duduk di dapur bersama Bianca.

"Penginapan kita cukup ramai dan kita pasti bisa membayar pengacara untuk mengatasi sengketa tanah ini," jawab Bianca.

Tanah penginapan milik kakek Ozira dijadikan permasalahan oleh anak dari adik kakeknya. Keluarga mereka meng-claim bahwa tanah itu milik keluarga dan harus dijual lalu hasilnya dibagi rata.

Sedangkan Ozira tak mau menjualnya karena itu adalah peninggalan kakeknya yang paling berharga. Lagi pula jika penginapan itu ditutup, maka ada lima orang pegawai yang akan menganggur dan Ozira tak mau hal itu terjadi.

"Mengapa mereka begitu jahat? Hanya karena aku tak bisa menemukan surat tanah kakek, lalu mereka dengan seenaknya meng-claim bahwa ini tanah mereka," sahut Ozira dengan suara lemas.

"Maka dari itu kita harus lebih bekerja keras lagi untuk bisa menyewa pengacara," ucap Bianca.

"Itu akan memakan biaya yang sangat besar, Bibi. Kita tetap tak akan bisa membayar sewa pengacara," jawab Ozira.

"Kita akan memikirkan ini lagi nanti. Ayo sekarang makanlah. Kau belum makan malam," ucap Bianca dan mengambil makan malam untuk Ozira.

"Hmm," sahut Ozira dan menggelung rambut panjangnya itu hingga membuat pipinya yang lebam terlihat oleh Bianca.

"Oh God ... Mereka memukulmu?" tanya Bianca memegang pipi Ozira.

"Nenek April dan Bibi Alena menamparku karena aku mengatai paman sebagai lintah pengangguran," jawab Ozira dan mulai memakan malamnya.

"Ck, mereka benar benar keterlaluan. Aku akan mendatangi mereka besok dan menampar kembali pipi nenek keriput dan wanita bermulut racun itu," kesal Bianca dan mengambil es untuk mengompres pipi Ozira.

"Lalu apakah ada luka yang lain?" tanya Bianca.

"Tidak, aku justru meninju pipi Paman Alfred," sahut Ozira sembari mengunyah.

"Bagus," jawab Bianca.

Ozira tertawa pelan dan kemudian melanjutkan makanannya sampai habis.

*

*

Menjelang tengah malam, Grey baru naik ke ke kamarnya setelah berbincang dengan para pendaki lain yang juga akan mendaki besok tapi dengan rute yang berbeda. Pendaki pendaki itu sudah sering ke gunung itu dan memberitahu track yang akan dilewati oleh Grey dan teman temannya.

CEKLEK

Ozira membuka pintu kamarnya ketika Grey baru saja akan masuk ke kamarnya sendiri. Karena kamar mereka bersebelahan, jadi Grey melihatnya.

Ozira hanya melihat Grey dan melewatinya.

"Kau jadi ikut besok?" tanya Grey.

"Tidak, aku sibuk," jawab Ozira dan menuju tangga.

"Hei," panggil Grey.

"Aku punya nama," sahut Ozira dan berbalik ke arah Grey.

"Bukankah kau mau mendengar ceritaku?" tanya Grey.

"Kau tak mengantuk?" tanya Ozira.

"Tidak, ini masih pukul sebelas," jawab Grey.

"Baiklah, ayo kita ke bar bawah. Aku ingin minum wine peninggalan kakekku. Kau mau?" sahut Ozira.

"Ide yang bagus," jawab Grey dan mengikuti langkah Ozira.

Terpopuler

Comments

Fifid Dwi Ariyani

Fifid Dwi Ariyani

trusberkarya

2024-01-18

1

putia salim

putia salim

sungguh zizi....gadis bar bar....tp aq suka

2023-08-21

1

Hany

Hany

dimana pun kalau yg namanya warisan pasti bikin pusing dan belibet

2023-07-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!