"Dasar bodoh kalian semua!" ucap Raes dengan suara yang menggelegar.
Mendengar perkataan dari Raes yang penuh dengan amarah, lantas membuat semua orang yang ada di sana langsung terdiam dengan seketika. Raes yang merasa gagal sebelum berperang lantas mulai melangkahkan kakinya mendekat ke anak buahnya yang saat ini sudah kembali berdiri dengan tegap namun dalam posisi kepala yang menunduk karena takut kepada amukan Raes. Raes berdecak dengan kesal ketika mengetahui anak buahnya kehilangan dua orang bocah tersebut tepat dihadapannya sendiri.
Setelah mengetahui informasi bahwa putra dan putri Nelson berada di area hutan lindung ini, membuat Raes langsung membawa beberapa anak buahnya untuk mulai meluncur dan mencari keberadaan dua orang anak Nelson untuk menanyakan perihal harta yang menjadi misteri hingga saat ini. Namun sepertinya nasib baik sama sekali tidak berpihak kepadanya. Disaat mangsa sudah hampir masuk ke dalam perangkap sebuah umpan yang basi membuat dua ekor tikus urung memasuki perangkapnya.
Raes yang mengetahui bahwa dirinya telah gagal mendapatkan informasi dari dua orang putra dan putri Nelson tersebut, lantas langsung menendang dedaunan kering yang berada tepat dihadapannya dengan kesal. Membuat suasana kian menjadi hening dan hanya terdengar beberapa suara kicauan burung saja yang berterbangan disekitaran mereka. Membuat tidak ada siapapun di antara orang-orang tersebut yang berani membuka suara selain hanya diam di tempatnya.
"Temukan kedua anak Nelson itu, pastikan kalian bawa mereka dalam keadaan hidup-hidup sebelum Erzhan yang menemukannya terlebih dahulu!" ucap Raes dengan nada penuh penekanan.
"Baik tuan!" ucap mereka dengan serentak.
Setelah mengatakan hal tersebut semua anak buahnya lantas mulai bergerak untuk mencari keberadaan Felisa dan juga Farel. Di hutan yang masih asri tersebut kini tinggallah Raes dan juga asistennya yang masih berada di sana sambil menatap kepergian anak buahnya hingga mobil yang mereka tumpangi tidak lagi terlihat di pandangannya.
"Awasi cara kerja mereka, jika mereka gagal singkirkan mereka dan ganti yang baru!" ucap Raes dengan nada yang tegas.
"Baik tuan" ucap asistennya.
Baru setelah itu keduanya berlalu pergi dari tempat tersebut untuk kembali ke kota dan melanjutkan aktifitasnya sambil menunggu kabar dari para bawahannya yang saat ini sedang mengejar Felisa dan juga Farel.
***
Sementara itu Felisa dan juga Farel yang baru saja lolos dari kejaran pria aneh yang mereka sama sekali tidak kenal, baru bisa bernapas dengan lega. Diliriknya sekilas kaca spion untuk melihat apakah mobil mereka berhasil mengejar atau tidak. Entah apa yang diinginkan oleh para pria bertubuh tinggi tegap itu Felisa sendiri tidak mengerti, namun Felisa tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya bisa bertanya-tanya dalam benaknya tanpa ada seorang pun yang bisa memberikannya jawaban atas pertanyaannya. Felisa melirik sekilas ke arah raut wajah adiknya yang hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah kata apapun sedari tadi, membuat Felisa lantas menghela napasnya dengan panjang. Felisa jelas tahu bahwa saat ini Farel tengah terkejut akan apa yang baru saja menimpa mereka berdua.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Felisa kemudian mencoba untuk memecah keheningan yang terjadi diantara keduanya.
Sedangkan Farel yang mendapat pertanyaan dari Felisa hanya menoleh sekilas ke arah Felisa kemudian menghembuskan napasnya dengan kasar, tidak ada jawaban ataupun sanggahan apapun yang keluar dari mulut Farel. Membuat Felisa yang mengetahui hal itu lantas langsung menepikan mobilnya dan menghentikan laju mobilnya di bahu jalan. Ditatapnya raut wajah Farel dengan tatapan yang menelisik seakan mencoba untuk mencari tahu kegelisahan yang saat ini tengah memenuhi hati Farel setelah kejadian yang tidak mengenakan terjadi pada keduanya.
"Sini biar kakak lihat luka mu itu." ucap Felisa kemudian sambil mencoba meraih wajah Farel namun yang Farel lakukan malah bergerak seakan tidak menginginkan hal tersebut.
"Mereka menanyakan sebuah harta kak, apa yang mereka maksud adalah uang di tas tersebut?" ucap Farel kemudian mulai membuka suaranya.
Felisa yang mendengar perkataan dari Farel barusan tentu saja terkejut sekaligus bingung, sebuah harta yang sama sekali Felisa tidak mengerti akan maksud dari pembicaraan Farel saat ini. Jika hanya sebuah tas yang berisi uang di dalamnya, apakah itu juga disebut harta? Felisa rasa tentu saja tidak, jika mereka menyebut harta sudah pasti nominalnya lebih dari yang mereka temukan di dalam tas tersebut atau bahkan bisa jadi triliunan jika di kurs kan dalam mata uang rupiah.
"Jangan bercanda, uang yang kita temukan memang banyak tapi itu tidak bisa di sebut sebuah harta Rel, bukankah kamu juga mengetahui hal tersebut?" ucap Felisa mencoba untuk menyangkalnya meski sebenarnya Felisa juga mempertanyakan hal yang sama dengan pertanyaan Farel barusan.
"Lalu jika bukan uang itu, harta mana lagi yang mereka maksud? Kita bahkan hidup hanya pas-pasan, bagaimana mungkin kita memiliki uang sebanyak itu." ucap Farel kemudian sambil berpikir dengan keras.
Felisa yang mendengar perkataan dari Farel barusan tentu saja langsung terdiam dengan seketika. Felisa sendiri tidak tahu harta apa yang dimaksud oleh beberapa orang tersebut, Felisa menghela napasnya dengan perlahan sambil memijat pelipisnya yang terasa berdenyut saat ini. Mereka berdua bahkan sudah sampai setengah perjalanan, jika mereka tiba-tiba kembali untuk mengembalikan tas berisi uang itu, bukankah semuanya akan menjadi sia-sia saja. Lagipula sebagian dari uang tersebut sudah ia gunakan, bagaimana Felisa harus mengganti uang tersebut?
"Lalu kamu maunya bagaimana sekarang? Apa kamu mau kita kembali dan menyerahkan tas berisi uang tersebut ke kantor polisi?" tanya Felisa kemudian karena jujur saja ia juga sedang kebingungan saat ini.
Mendengar perkataan Felisa yang sama sekali tidak memberikan solusi dan tambah memperumit keadaan, lantas membuat Farel langsung menatap Felisa dengan tatapan yang mengernyit seakan tidak habis pikir akan pemikiran Felisa yang seperti itu.
"Kakak jangan bercanda, kalau seperti itu namanya bukan solusi tapi malah memperumit keadaan. Kakak pikir polisi akan diam saja dan menerima uang itu? Yang ada kita akan ditanyai macam-macam dan pada akhirnya kitalah yang akan menjadi tersangka utamanya." ucap Farel kemudian dengan nada yang kesal ketika mendengar ide yang berasal dari Felisa barusan.
"Lalu kita harus apa Rel? Kamu pikir kakak tidak stres memikirkan segalanya?" ucap Felisa ikut kesal dengan adiknya itu.
Farel terdiam sejenak mencoba mengambil jalan tengah akan permasalahan ini, hingga kemudian sebuah keputusan yang mungkin lebih baik bagi keduanya lantas membuat Farel langsung menatap ke arah Felisa dengan seketika.
"Kita lanjutkan saja perjalanan ini." ucap Farel kemudian yang lantas membuat Felisa menatapnya dengan tatapan yang mengernyit.
"Apa kamu yakin?" tanya Felisa kemudian sekali lagi yang langsung di balas Farel dengan anggukan kepala.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments