Setelah keduanya sepakat untuk membuka loker tersebut dan melihat isinya, betapa terkejutnya mereka berdua ketika pintu loker tersebut telah terbuka sepenuhnya. Sebuah tas dengan ukuran sedang terlihat di dalam loker tersebut dimana di bagian dalamnya berisi begitu banyak uang dengan pecahan dolar amerika yang lantas membuat keduanya terkejut dengan seketika.
"Ini tidak mungkin!" ucap Felisa yang terkejut akan isi dari tas di dalam loker tersebut.
Farel yang juga ikut melihat isi dari tas tersebut lantas langsung dengan spontan mengeluarkan lima lembar dolar amerika tersebut. Sambil mengangkatnya tinggi-tinggi Farel mencoba untuk mengecek keaslian uang kertas tersebut. Farel yang tahu bahwa uang itu asli kemudian dengan spontan melempar uang itu kembali ke dalam loker.
"Ini asli kak!" pekik Farel yang langsung membuat Felisa membekap mulut Farel karena terlalu berisik.
"Jangan berisik Rel! Apa kau ingin memberitahu semua orang bahwa ada begitu banyak uang disini?" ucap Felisa dengan nada yang berbisik, membuat Farel dengan perlahan menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
Felisa yang melihat Farel sedikit lebih tenang lantas mulai perlahan-lahan melepas tangannya dari mulut Farel. Felisa memijat pelipisnya dengan pelan seakan mencoba untuk memikirkan langkah apa yang akan mereka ambil di saat-saat seperti ini. Keheningan terjadi di antara keduanya, baik Farel maupun Felisa lantas terdiam seketika seakan sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing. Hingga sebuah suara yang berasal dari Farel lantas dengan spontan membuyarkan segala pemikiran Felisa.
"Bagaimana kalau kita ambil saja uangnya kak?" ucap Farel memberikan ide yang lantas membuat Felisa langsung mendongak dengan seketika begitu mendengar perkataan dari Farel barusan.
"Jangan gila kamu, kita saja tidak tahu uang ini dari mana asalnya." ucap Felisa dengan tatapan yang tajam menatap ke arah Farel saat ini.
"Ayolah kak, bukankah Pria tadi mengatakan agar kita membawa uang dukacitanya? Jadi apalagi yang membuat kakak ragu?" ucap Farel namun dengan nada yang berbisik ketika ada beberapa orang nampak melintasi tempat tersebut.
Mendengar perkataan Farel yang ada benarnya juga membuat Felisa lantas terdiam sejenak. Bayangan tentang bagaimana Pria tersebut mengatakan untuk membawa uang dukacita yang terletak di loket nomor 15, lantas membuat Felisa sedikit melega. Setidaknya apa yang dikatakan oleh Pria itu melebihi ekspetasinya, namun disaat hati Felisa mulai yakin bahwa tas berisi uang tersebut di tujukan untuknya, detik berikutnya ia kembali bimbang ketika perasaan bertanya-tanya tentang siapa yang meletakkan 100 lembar uang dengan pecahan dolar amerika, membuat Felisa langsung menghela napasnya dengan kasar.
"Kita ambil ya kak? Ayo kita ambil... Bukankah kita berencana untuk menjelajah dan berkeliling ke tempat-tempat yang cantik, lagi pula kita juga mau meleburkan abu Ayah bukan? Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk menolaknya." ucap Farel dengan senyum yang mengembang.
"Tapi Rel aku..." ucap Felisa hendak menolak namun ketika melihat senyuman di wajah Farel membuat hati Felisa yang semula kokoh menjadi melunak dengan seketika. Nyatanya sedewasa apapun seseorang jika sudah berhadapan dengan uang pasti akan menjadi gila juga. Dan hal itu terbukti kepada Felisa dan juga Farel.
***
Di sebuah jalanan Ibu kota terlihat Felisa dan juga Farel tengah mengendarai mobil Van impian mereka, sejak dulu mereka berdua ingin sekali berjalan-jalan keliling dunia dengan mengendarai mobil Van seperti ini. Meski mereka tidak bisa membelinya karena memang harganya yang mahal, namun setidaknya mereka berdua masih bisa menyewanya bukan? Lagi pula bulan ini kebetulan sekali adalah musim liburan sekolah, membuat keduanya semakin tidak ada hambatan apapun untuk mewujudkan impian mereka.
Sambil menyelam minum air peribahasa itulah yang saat ini sedang mereka lakukan, dimana keduanya memilih perjalanan panjang menuju ke suatu pulau untuk melarutkan abu Ayahnya di sana. Felisa menatap raut wajah Farel yang nampak begitu bahagia ketika bisa merasakan jalan-jalan yang sesungguhnya. Membuat hati Felisa yang melihat hal tersebut langsung menghangat dengan seketika.
"Ayah, bahkan ketika kepergian mu sekalipun kau masih tetap memikirkan kami berdua. Feli janji akan memberikan tempat terindah untuk peristirahatan terakhir mu Ayah, Feli janji..." ucap Felisa dalam hati sambil terus melakukan mobilnya membelah jalanan menuju ke suatu tempat yang ia janjikan kepada Ayahnya.
***
Sementara itu di sebuah tempat di negara P, terlihat seorang pemuda dengan raut wajah blasteran nampak melayangkan pukulannya dengan keras tepat ke arah kepala seseorang. Pemuda itu begitu kesal karena bawahannya tidak pernah becus dalam mengurus sesuatu hal. Sambil melangkahkan kakinya dengan perlahan menuju ke arah beberapa orang bawahannya yang kini nampak tergeletak di lantai, Erzhan Akhtar Rayshiva atau yang akrab dipanggil Erzhan terlihat menjambak rambut bawahannya dengan kasar. Membuat orang tersebut dengan spontan mendongak mengikuti arah jambakan dari tangan Erzhan.
"Katakan dimana kalian menyembunyikan harta tersebut, aku tahu kau bersekongkol dengan dia untuk menghilangkan jejaknya dari ku bukan?" ucap Erzhan dengan nada yang meninggi menatap tajam ke arah pria tersebut.
"Bu...bukan saya yang melakukan hal itu tuan sungguh..." ucap Pria itu yang wajahnya kini sudah terlihat babak belur akibat ulah Erzhan yang memukulinya dengan membabi buta.
Mendengar jawaban dari Pria itu sama sekali tidak membuat Erzhan puas, yang Erzhan lakukan malah kembali menampar wajah pria itu hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah. Melihat beberapa orang yang ia hajar sudah terkapar semua, membuat Erzhan lantas bangkit dari posisinya. Dari arah tak jauh dari posisinya berada Bram nampak melangkahkan kakinya mendekat ke arah Erzhan sambil memberikannya handuk kecil untuk mengusap noda darah di tangan Erzhan setelah memukuli beberapa orang barusan.
"Apa kau sudah menemukan lokasinya?" ucap Erzhan kemudian yang lantas membuat Bram langsung membuka ponsel miliknya untuk menunjukkan sesuatu kepada Erzhan.
"Saya tidak tahu lebih jelasnya tuan, hanya saja saya mendapat informasi pencairan dalam bentuk uang dolar di suatu negara Asia. Ada beberapa mata-mata kita yang mengatakan bahwa transaksi tersebut terjadi atas nama Black." ucap Bram memberikan informasi yang ia dapat kepada Erzhan sambil menunjukkan peta sebuah negara kepada Erzhan.
Melihat peta yang ditunjukkan oleh Bram barusan membuat Erzhan langsung mengernyit dengan seketika. Erzhan bahkan tidak menyangka bahwa dia akan lari darinya sampai sejauh itu. Seulas senyum lantas terlihat terbit dari wajah Erzhan ketika melihat lokasi yang ditunjukkan oleh Bram baru saja. Membuat Bram yang melihat hal tersebut lantas langsung menatap dengan tatapan yang bingung ke arah Erzhan saat ini.
"Siapkan pesawatnya, kita berangkat malam ini juga!" ucap Erzhan kemudian memberikan perintah. kepada Bram.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
DHIwa diaryNT
bagus ceritanya 🥰
2023-05-19
0