Di sebuah mansion yang terletak di Ibu kota
Di dalam ruangan kerja milik Raes, terlihat Raes tengah menghajar habis-habisan ajudannya yang kehilangan jejak keberadaan Felisa dan juga Farel ketika mereka dalam pengejaran. Raes benar-benar geram ketika mendengar kabar bahwa anak buahnya tidak berhasil melacak keberadaan keduanya setelah tadi pagi kehilangan mereka berdua karena kecerobohan para ajudannya yang bodoh itu. Sambil mengayunkan sabuknya ke arah punggung pria berbadan tegap tersebut, Raes terlihat menendang tubuh pria itu hingga ia jatuh tersungkur ke lantai namun ia tidak berani bangkit karena takut jika nanti ia bangkit Raes akan semakin membabi buta menyiksanya.
Pria itu nampak merayap secara perlahan di atas lantai dan mendekat ke arah kaki Raes kemudian memegang kaki Raes dengan erat. Melihat apa yang dilakukan olehnya membuat Raes lantas tersenyum sinis kemudian melirik sekilas ke arahnya.
"Am...ampuni saya tuan..." ucap Pria tersebut dengan nada yang bergetar.
"Cuih... Aku bahkan sudah memperingatkan mu untuk tidak membawa kegagalan tapi kau... Malah dengan seenaknya mengatakan telah kehilangan jejak mereka, apa kau sudah gila ha?" teriak Raes dengan nada yang meninggi karena kesal segala sesuatunya tak sesuai dengan apa yang ia harapkan.
Mendengar nada suara Raes yang sudah meninggi seperti itu, membuat Pria itu tangannya mulai terlihat bergetar dengan seketika. Pria itu jelas tahu resiko bergabung dengan komplotan yang di ketuai oleh Raes apalagi jika sebuah kesalahan terjadi ketika bekerja hukumannya pasti adalah sebuah kematian, tidak bisa ditawar ataupun juga di runding karena itu bersifat pasti dan semua orang tahu akan hal itu.
Raes yang sudah mulai muak terhadap orang-orang yang tidak bisa becus dalam bekerja, lantas terlihat memberi isyarat kepada asistennya untuk mendekat dan memberinya sesuatu. Wili yang sudah tahu dengan jelas apa yang diinginkan tuannya saat ini, lantas langsung melangkahkan kakinya mendekat ke arah Raes begitu melihat kode tersebut ditujukan kepadanya.
Wili melangkahkan kakinya mendekat ke arah dimana Raes berada kemudian memberikannya sebuah pistol, membuat Pria itu yang masih memegang kaki Raes dengan erat mulai merasakan ketakutan akan kematian yang jelas-jelas sudah berada tepat di hadapannya tanpa bisa ia cegah sama sekali.
"Aku benci sebuah kegagalan dan kau harus menerima konsekuensi dari hal itu!" ucap Raes sambil menodongkan pistol di tangannya ke arah Pria itu, membuat Pria itu langsung menelan salivanya dengan kasar begitu mendengar nada bicara Raes barusan.
"Tuan.... Ampuni saya.. Berikan saya kesempatan kedua saya..." ucap Pria itu namun terpotong tepat ketika sebuah peluru timah nampak meluncur dan menembus kepalanya tanpa aba-aba.
Dor dor...
Tepat setelah bunyi tersebut terdengar menggema di ruangan kerjanya disertai dengan darah segar yang bermuncratan, detik itu pula Pria itu tewas di tempat. Raes yang mengetahui bahwa Pria itu telah tiada lantas langsung menendang tubuh Pria itu agar segera menyingkir dari hadapannya. Sedangkan Wili yang melihat tuannya baru selesai menghabisi nyawa bawahannya kembali, lantas langsung mendekat ke arah Raes dan menerima pistol pemberian dari Raes yang baru saja ia gunakan tanpa merasa bersalah sama sekali atau bahkan menyesali perbuatannya.
Sambil melangkahkan kakinya mendekat ke arah dimana kursi kebesarannya berada. Raes kemudian mulai mendudukkan pantatnya dengan santai kemudian menatap ke arah Wili dengan tatapan yang tak biasa. Membuat Wili yang mengetahui hal tersebut hanya bisa terdiam sambil menunggu perintah dari tuannya.
"Cepat cari penggantinya dengan segera temukan kedua bocah tersebut. Aku benar-benar tidak mau sampai Erzhan mendahului langkah ku!" ucap Raes kemudian dengan nada yang memerintah kepada Wili.
Membuat Wili yang mendengar perintah tersebut lantas langsung menunduk kemudian melangkahkan kakinya berlalu pergi dari sana untuk melaksanakan perintah dari Raes barusan. Sedangkan Raes yang melihat kepergian Wili dari ruangannya, lantas terlihat memutar kursinya kemudian menatap lurus ke arah depan.
"Apapun yang terjadi aku harus lebih dulu mendapatkannya!" ucap Raes pada diri sendiri dengan nada yang penuh penekanan.
***
Malam harinya
Setelah melakukan perjalanan yang panjang pada akhirnya Felisa memilih untuk bermalam di salah satu padang rumput yang luas. Sambil mulai mengusung tenda kecilnya keluar dari dalam mobil, Felisa kemudian mulai terlihat menyusun satu persatu peralatan campingnya untuknya bermalam sekaligus memasak makanan untuk ketiganya malam ini.
Erzhan yang memang pada dasarnya tidak pernah namanya melakukan pekerjaan angkat mengangkat, ketika Felisa dan juga Farel sibuk menurunkan barang-barang, yang dilakukan oleh Erzhan hanya menatap keduanya saja tanpa membantu sama sekali. Membuat Farel yang melihat Erzhan hanya terdiam di tempatnya tanpa melakukan apapun kemudian lantas menghentikan langkah kakinya dengan spontan.
"Apakah tuan tanah ini tidak bisa meringankan tangannya sedikit saja?" ucap Farel dengan nada yang menyindir namun malah membuat Erzhan menatapnya dengan tatapan yang mengernyit ketika mendengarnya.
"Apa maksud ucapan mu sebenarnya?" ucap Erzhan dengan nada yang polos menatap ke arah Farel dengan raut wajah yang penasaran.
Mendengar dan melihat sikap dari Erzhan yang kelihatannya sudah mendarah daging, lantas membuat Farel kemudian menghela napasnya dengan panjang. Dilihat dari sudut pandang manapun Erzhan benar-benar tidak memiliki ketrampilan apapun, membuat Farel menjadi berpikir sekaligus bertanya-tanya akan asal-usulnya, apakah Erzhan berasal dari keluarga terpandang atau sejenisnya.
"Apa jangan-jangan dia dari keluarga yang kaya raya? Jika memang benar, bukankah lumayan untuk mengerjainya hitung-hitung agar dia tidak terlalu manja seperti ini." ucap Farel dalam hati sambil tersenyum dengan jahat, membuat Erzhan yang melihat senyuman itu lantas menatap Erzhan dengan tatapan yang aneh.
Farel yang mendadak mendapatkan sebuah ide kemudian, lantas melangkahkan kakinya mendekat ke arah dimana Erzhan berada dan langsung memberikannya beberapa selimut dan juga peralatan lainnya kepada Erzhan tanpa aba-aba sama sekali hingga membuat Erzhan langsung terhuyung ketika menerimanya dengan tiba-tiba.
"Apa-apaan kau!" pekik Erzhan dengan nada yang kesal karena tingkah Farel yang semena-mena seperti ini.
"Tuan muda yang mulia dari pada anda hanya diam disini tanpa melakukan apapun, sebaiknya anda segera bergegas dan membawa ini ke sana." ucap Farel dengan nada yang mengejek sambil menunjuk ke arah Felisa yang terlihat sibuk mempersiapkan segalanya.
Mendapat perintah tersebut tentu saja membuat Erzhan, lantas menatapnya dengan tatapan yang tajam seakan hendak melayangkan protes atau bahkan memukul Farel saat ini. Hanya saja untuk membuat semuanya berjalan dengan lancar pada akhirnya Erzhan hanya bisa menahan amarahnya dan mulai melangkahkan kakinya dengan kesal berlalu pergi meninggalkan Farel di sana.
"Benar-benar kecoa, awas saja kalau aku sudah berhasil mengetahui keberadaan harta itu. Kau yang akan lebih dulu aku musnahkan!" gerutu Erzhan namun sambil melangkahkan kakinya menuju ke arah dimana Felisa berada.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments