Di salah satu hotel berbintang yang terletak di Ibukota tepatnya di Rooftop gedung tersebut dimana terdapat sebuah landasan pesawat pribadi. Terlihat sebuah pesawat pribadi mendarat tepat di atas Rooftop tersebut. Dari pintu pesawat yang terbuka setelah melakukan pendaratan dengan mulus itu, nampak Erzhan tengah melangkahkan kakinya menuruni satu persatu anak tangga pesawat tersebut yang langsung di sambut oleh beberapa bawahannya di sana.
"Apa kau sudah melacak posisi keberadaan kedua anak Nelson?" tanya Erzhan sambil terus melangkahkan kakinya.
"Menurut informasi yang saya dapatkan putra dan putri Nelson saat ini tengah menuju ke suatu tempat yang cukup jauh dan juga pelosok. Apa anda ingin saya menugaskan seseorang untuk membawa mereka kemari tuan?" tanya Bram kemudian mulai menjelaskan segalanya sambil memberikan solusi yang mungkin akan lebih cepat jika Erzhan menyetujuinya.
Erzhan yang mendengar perkataan dari Bram barusan, lantas terdiam seketika seakan mencoba untuk memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil saat ini. Hingga kemudian Erzhan nampak menghentikan langkah kakinya kemudian berbalik badan dan menatap ke arah Bram sejenak dengan tatapan yang menelisik, membuat Bram yang mendapat tatapan tersebut lantas berganti menatap ke arah Erzhan dengan tatapan yang bertanya-tanya akan maksud dari tatapan Erzhan kepadanya.
"Tidak perlu, siapkan mobil saja biar kita yang pergi ke sana secara langsung!" ucap Erzhan kemudian yang lantas membuat Bram mengernyit dengan seketika begitu mendengar perintah tersebut keluar dari mulut Erzhan. Bukankah hal tersebut malah akan memperumit keadaan saja?
"Apa anda yakin tuan?" tanya Bram mencoba untuk menanyakan sekali lagi keputusan dari Erzhan barusan, entah mengapa Bram sedikit tidak yakin akan perintah tersebut.
"Apa kau kira aku sedang bercanda saat ini?" ucap Erzhan kemudian dengan nada yang kesal ketika mendengar perkataan Bram barusan yang malah mempertanyakan perintahnya kembali.
Mengetahui Erzhan yang kesal karena pertanyaannya, lantas membuat Bram langsung menunduk dengan seketika seakan merasa bersalah telah mempertanyakan kembali perintah dari Erzhan tadi.
"Saya minta maaf tuan, saya benar-benar tidak bermaksud." ucap Bram sambil menundukkan kepalanya ke arah Erzhan, membuat Erzhan yang melihat hal tersebut lantas langsung kembali melangkahkan kakinya pergi dari sana.
***
Di sebuah jalanan dengan beberapa tanjakan dan juga medan pasir yang terlihat disepanjang mata yang memandang. Felisa dan juga Farel nampak menghentikan laju mobilnya sebentar untuk mengisi perut mereka dan sekedar meminum teh ataupun kopi hangat di sana. Dari arah sebelah Felisa nampak melangkahkan kakinya menuju ke arah Farel sambil membawa dua cangkir minuman hangat dan beberapa makanan untuk mengganjal perut mereka berdua, dimana saat ini Farel terlihat tengah terduduk sambil menatap ke arah sekitaran. Felisa yang melihat hal tersebut lantas langsung mengambil duduk di sebelah Farel kemudian memberikan secangkir minuman hangat kepadanya.
"Apa perjalanan kita masih panjang kak?" tanya Farel sambil menengguk minuman hangat yang diberikan oleh Felisa barusan.
Mendapat pertanyaan tersebut membuat Felisa lantas mulai membuka ponsel miliknya dan melihat sebuah peta yang ia potret dari lukisan milik Ayahnya. Ya Felisa mendapatkan peta menuju ke pulau ini dari Ayahnya, sewaktu masa hidupnya Nelson pernah berpesan jika suatu hari ia telah tiada Nelson ingin abu miliknya di larutkan di pantai yang terletak di pulau ini. Memang terkesan aneh dan tentu saja menyulitkan, namun Felisa sebagai seorang putri yang ingin berbakti kepada orang tuanya Felisa memutuskan untuk mewujudkan impian terakhir Ayahnya. Lagi pula tidak ada salahnya juga bukan?
"Jika melihat dari peta ini sepertinya kita masih setengah jalan, ada apa memangnya Rel?" tanya Felisa kepada Farel yang terlihat begitu gelisah saat ini.
Farel yang mendengar jawaban dari Felisa barusan lantas menghela napasnya dengan panjang. Entah mengapa ia merasa akan ada begitu banyak bahaya yang sedang menanti keduanya. Namun sebisa mungkin Farel tepis dan mencoba untuk bisa berpikir positif sebisa mungkin. Felisa yang tak mendengar sesuatu apapun dari Farel lantas menatap ke arah Farel dengan tatapan yang bertanya, sampai kemudian terdengar sebuah suara yang berat berasal dari Farel.
"Entahlah kak, rasanya aku merasa akan ada begitu banyak bahaya yang menanti kita ke depannya. Semuanya terjadi begitu cepat dan terasa janggal namun aku sama sekali tidak tahu alasan akan setiap kejadian yang menimpa kita." ucap Farel dengan raut wajah yang sendu.
"Iya kamu benar, seharunya sedari awal kita tidak mengambil uang dukacita tersebut. Menurut mu jika kita tidak mengambilnya, akankah semuanya akan berbeda?" ucap Felisa kemudian sambil memegang cangkirnya dengan erat, entah mengapa Felisa merasa yang paling bersalah pada situasi saat ini.
Farel terdiam tak menanggapi perkataan Felisa barusan. Farel tidak terlalu yakin jika semua ini bermula dari tas berisi uang tersebut. Farel rasa ada sesuatu yang lebih besar dari hanya sekedar tas berisi uang tersebut. Namun sayangnya Farel sama sekali tidak mengetahui apa itu.
***
Sementara itu sesuai dengan perintah dari Erzhan pada akhirnya saat ini Bram dan juga Erzhan terlihat mengemudikan mobilnya menyusul keberadaan Felisa dan juga Farel saat ini. Suasana jalanan saat itu sedang hujan dengan deras, membuat suasana jalanan begitu sepi dan hanya di isi oleh mobil milik Erzhan saja. Erzhan yang mulai suntuk lantas terlihat menatap ke arah tetesan air hujan yang mengenai kaca mobilnya yang terletak di kursi pengemudi.
"Apapun yang terjadi aku harus mendapatkannya kembali!" ucap Erzhan dalam hati dengan nada yang yakin.
Helaan napas terdengar berhembus dari mulut Erzhan, diliriknya sekilas Bram yang saat ini tengah sibuk mengemudi dan fokus memperhatikan jalanan sekitar.
"Apa kau sudah menemukan jalan pintas untuk mengejar mereka berdua?" ucap Erzhan kemudian di tengah-tengah keheningan yang terjadi di dalam mobil tersebut.
"Saya sudah menemukan jalan tercepat untuk menuju ke sana. Anda tidak perlu khawatir tuan saya pastikan kita akan tiba sebelum tengah malam." ucap Bram yang yakin dan juga percaya diri bahwa jalan yang ia ambil merupakan jalan tercepat untuk menyusul keberadaan Felisa dan juga Farel saat ini.
Setelah percakapan singkat tersebut keheningan kembali terjadi diantara keduanya, namun setelah dua jaman lebih Bram mengemudi, mendadak dari arah belakang terlihat beberapa mobil sedang mengikuti laju mobil mereka. Bram yang melihat ada yang aneh dari mobil di belakangnya lantas terlihat menambah kecepatannya, membuat Erzhan yang tidak menyadari ada yang mengikuti mereka sedari tadi, lantas terkejut ketika Bram menambah kecepatannya secara mendadak.
"Tuan ada yang mengikuti kita!" ucap Bram kemudian yang lantas membuat Erzhan langsung menatap ke arah belakang untuk melihat apa yang dikatakan oleh Bram barusan.
"Sial!" ucap Erzhan dengan nada yang kesal.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments