"Arg.." rintih Erzhan dengan nada yang lirih.
Erzhan yang merasakan kepalanya berdenyut dengan tiba-tiba lantas terlihat merintih dengan kesakitan, sebuah bayangan yang tidak ingin sama sekali untuk Erzhan kenang atau bahkan berputar kembali di benaknya Lantas melintas begitu saja dibenak Erzhan tanpa bisa ia cegah kehadirannya. Sebuah kenangan buruk dari masa lalu yang membuat Erzhan sama sekali tidak menyukai sebuah hubungan darah dan persaudaraan.
Disaat rasa sakit di kepalanya begitu menyakitinya, Erzhan memegang dengan erat badan mobil mencoba untuk mencari keseimbangan lewat pegangan tersebut.
"Pergi kau.. Pergi jangan datang lagi..." ucapnya lirih dengan nada yang kesal.
**
Flashback
Disebuah mansion dengan halaman yang luas, Erzhan kecil yang berhasil membuat seekor burung dari kertas origami lantas terlihat berlarian menghampiri kakaknya yang saat ini tengah bermain di halaman sambil mengambil beberapa tangkai bunga di sana.
Seulas senyum terbit dari wajah Erzhan ketika melihat sisi feminim kakaknya yang begitu menyukai bunga-bunga tersebut. Melihat kakaknya begitu tenang Erzhan lantas melangkahkan kakinya dengan langkah kaki yang bergegas mendekat ke arah kakaknya berniat untuk memberikan origami burung hasil buatannya tersebut.
"Kak aku berhasil membuatnya, terima lah ini kak..." ucap Erzhan sambil menyodorkan origami tersebut dengan senyum yang merekah.
Mendengar suara yang tak asing di pendengarannya, lantas membuat Elena menoleh secara perlahan ke arah sumber suara namun dengan raut wajah yang berubah menjadi kaku dan sangat menakutkan, membuat Erzhan kecil yang melihat hal tersebut lantas langsung menelan salivanya dengan kasar.
Sambil melangkahkan kakinya mendekat ke arah di mana Erzhan berada, Elena terlihat melangkah dengan langkah kaki yang perlahan semakin dekat dan semakin dekat ke arah Erzhan. Membuat Erzhan yang melihat raut wajah Elena yang begitu tegang dan menakutkan, lantas langsung menurunkan tangannya yang berisi origami secara perlahan sambil menundukkan kepalanya.
Erzhan yang mengira bahwa Elena akan bahagia ketika mendapatkan origami tersebut, lantas tanpa di duga malah sebaliknya. Ketika langkah kaki Elena berhenti tepat di hadapan Erzhan yang Elena lakukan malah mendorong tubuh kecil itu hingga terjatuh dalam posisi yang terduduk. Elena mengambil origami buatan Erzhan yang sudah tergeletak di tanah kemudian meremasnya begitu saja lalu membuangnya, membuat Erzhan yang melihat hal tersebut hampir saja menangis dan terlihat berkaca-kaca.
"Kau itu laki-laki kelak akan jadi seorang pemimpin, belajarlah untuk menjadi tegas dan tidak lembek seperti ini. Apa kau mengerti?" bentak Elena dengan nada penuh penekanan membuat Erzhan kecil yang tidak tahu apa-apa lantas menjadi ketakutan ketika mendengarnya
**
Sementara itu Felisa dan Farel yang baru saja berhenti begitu mendengar suara Erzhan yang kesakitan, lantas langsung saling pandang antara satu sama lain seakan bertanya apa yang sedang terjadi kepada Erzhan saat ini. Sampai kemudian detik berikutnya keduanya lantas terlihat melangkahkan kakinya bergegas mendekat ke arah dimana Erzhan berada saat ini.
"Apa kau baik-baik saja?" ucap Felisa dengan raut wajah yang khawatir ketika ia berhenti tepat dihadapan Erzhan.
Felisa yang tidak mendengar jawaban apapun dari Erzhan lantas mulai melangkahkan kakinya semakin dekat ke arah dimana Erzhan berada kemudian menyentuh pundak Erzhan bermaksud hendak membantunya. Namun siapa sangka ketika tangannya tepat berada di pundak Erzhan yang dilakukan olehnya bukan menerima bantuan dari Felisa malah menepis tangan Felisa dengan kasar, membuat Farel yang melihat hal tersebut lantas langsung menatap tajam ke arah Erzhan saat ini.
"Sudah lah Rel mungkin dia tak sengaja barusan, jangan memperbesar masalah." ucap Felisa kemudian yang tahu Farel tidak menyukai tingkah Erzhan barusan.
Farel yang mendengar perkataan dari Felisa barusan pada akhirnya hanya bisa menghela napasnya dengan panjang dan tetap diam di tempatnya sesuai dengan permintaan kakaknya itu.
Melihat hal tersebut membuat Felisa kemudian kembali fokus menatap ke arah Erzhan dan mencari tahu apa yang tengah terjadi kepadanya.
Sampai kemudian ketika kepala Erzhan tidak terlalu terasa berdenyut, Erzhan lantas mulai menegakkan dirinya dan bersikap seolah semuanya kembali normal dan baik-baik saja. Membuat Felisa dan juga Farel yang melihat hal tersebut lantas langsung menatapnya dengan tatapan yang mengernyit seakan bertanya-tanya akan perubahan ekspresi yang diberikan oleh Erzhan barusan.
"Aku tak apa-apa, kalian berdua silahkan lanjutkan pekerjaan kalian saat ini aku butuh waktu untuk sendiri!" ucap Erzhan kemudian yang lantas membuat Felisa dan juga Farel hanya menatapnya dengan tatapan yang bingung.
Setelah mengatakan hal tersebut Erzhan kemudian lantas melangkahkan kakinya melipir ke arah belakang tanpa kembali menjelaskan apa yang baru saja terjadi kepadanya.
"Tunggu sebentar Er? Apa kuau yakin tidak ingin ku temani?" ucap Felisa kemudian.
Mendengar hal tersebut Erzhan bukannya berbalik badan dan mengatakan sesuatu, yang ia lakukan malah mengangkat tangannya ke arah samping, membuat Felisa yang mengerti akan kode tersebut langsung terdiam dengan seketika di tempatnya.
"Lihatlah kak... Dia bahkan tidak menoleh kepada kakak, dasar tuan angkuh yang menyebalkan!" ucap Farel dengan nada yang kesal sambil masih menatapi punggung Erzhan yang terlihat semakin melangkahkan kakinya menjauh dari dirinya dan juga Felisa.
Mendengar perkataan Farel barusan Felisa lantas menatap ke arah Farel dengan tetapan yang tajam, perkataan adiknya itu benar-benar sudah keterlaluan. Lagi pula bukankah Erzhan juga mempunyai privasi yang mungkin tidak bisa untuk Felisa sentuh? Felisa bahkan sama sekali tidak marah akan tingkah Erzhan barusan karena ia yakin Erzhan pasti memiliki alasan dibalik hal itu.
"Sudahlah, sebaiknya kita bersiap untuk menabur abu Ayah ke pantai." ucap Felisa kemudian memberikan perintah kepada Farel untuk mulai bergerak sekarang juga.
"Iya ya ya" jawab Farel kemudian dengan kesal namun masih tetap melangkahkan kakinya dan menuju ke arah mobil mereka yang terparkir di dekat keduanya.
***
Sementara itu tanpa ketiganya sadari dari balik semak-semak terlihat pria berjas hitam tengah mengintip ke arah mereka sedari tadi. Pria berjas hitam tersebut menatap ke arah ketiganya dengan tatapan menelisik, kemudian setelah beberapa saat berdiri di sana barulah ia melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu menuju ke suatu tempat yang juga masih berada di pulau tersebut.
Pria berjas hitam itu nampak mengeluarkan ponselnya dari dari dalam saku jasnya kemudian mendial suatu nomor di sana dan langsung meletakkan ponsel miliknya di telinga.
"Halo" ucap sebuah suara di seberang sana yang lantas membuat langkah kaki pria tersebut langsung terhenti seketika.
"Tuan Saya ingin melaporkan bahwa ketiga anak tersebut saat ini tengah berada di Pulau terpencil.
"Apa? Mengapa bisa jadi tiga? Bukankah putra dan putri Nelson hanya ada dua orang?" ucap sebuah suara di seberang sana yang nampak terlihat terkejut ketika mendengar jumlah orang yang datang ke pulau tersebut.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments