Di suatu tempat di tepi hutan, Felisa terlihat menghentikan laju mobilnya dan memutuskan untuk singgah di sana. Setelah memastikan bahwa tempat tersebut biasanya di gunakan untuk camping beberapa orang yang ingin singgah di hutan ini, Felisa kemudian memutuskan untuk membuat tenda kecil di sebelah mobilnya. Sambil mulai mengeluarkan alat masak dan lainnya Felisa mulai memasak mie instan dan juga kopi untuk menemani mereka di tengah dinginnya suasana di hutan tersebut.
"Wih aku tidak menyangka kalau kakak sempat menyiapkan hal ini." ucap Farel yang datang mendekat ketika mencium bau yang wangi dari masakan kakaknya itu.
"Tentu saja, bukankah jika begini baru bisa dikatakan camping yang sesungguhnya?" ucap Felisa sambil mengedipkan matanya sebelah membuat seulas senyum lantas terlihat terbit dari wajah Farel saat ini.
Mendengar perkataan Felisa barusan lantas membuat Farel tersenyum dengan seketika kemudian mengambil posisi duduk di sebelah Felisa. Dengan perlahan Farel mulai mengambil segelas kopi hangat buatan Felisa kemudian meminumnya sambil tersenyum sumringah. Farel yang semula terlihat tersenyum dnegan lebar ketika baru saja selesai minum lantas terlihat mengernyit ketika melirik ke arah Felisa yang nampak begitu sendu tersebut.
"Apa yang terjadi kak?" tanya Farel kemudian dengan raut wajah yang penasaran.
"Andai Ayah masih hidup pasti Ayah akan bahagia ketika kita mengajaknya kemari." ucap Felisa kemudian dengan menatap kosong ke arah depan.
Farel yang mendengar perkataan kakaknya itu lantas langsung bangkit dari posisinya kemudian menggeret kursinya mendekat ke arah Felisa dan langsung memeluknya dari arah samping. Membuat Felisa yang mendapat pelukan tersebut merasa sedikit menghangat. Adiknya itu benar-benar tahu apa yang tengah ia butuhkan saat ini dibanding hanya kata-kata penghibur saja.
"Tunggu sebentar kak..." ucap Farel kemudian sambil bangkit dari posisinya.
Felisa yang melihat Farel masuk ke dalam mobil lantas langsung membuat Felisa mengernyit dengan seketika seakan bertanya-tanya apa yang saat ini tengah dilakukan adiknya hingga membuatnya masuk ke dalam mobil. Sampai beberapa menit kemudian Farel yang terlihat keluar dari dalam mobil sambil membawa guci yang berisi abu Ayahnya, membuat Felisa lantas menatapnya dengan tatapan yang bertanya-tanya akan apa yang hendak dilakukan oleh adiknya itu. Farel meletakkan guci berisi abu Ayahnya di atas meja kemudian mengambil gelas kosong dan memberikan kode kepada Felisa untuk mulai menuangkan kopinya di sana.
"Ayo isi kak, bukannya kakak ingin Ayah ikut bergabung bersama dengan kita?" ucap Farel kemudian sambil tersenyum dengan lebar.
Felisa yang mendengar perkataan dari Farel barusan tentu saja langsung tersenyum seketika, sambil mengambil teko yang berisi kopi Felisa kemudian menuangnya ke dalam secangkir gelas dan mendekatkannya ke arah guci yang berisi abu Ayahnya.
"Ayah mari kita minum bersama cuaca disini benar-benar sangat dingin." ucap Felisa kemudian sambil menahan air matanya agar tidak turun dengan senyuman yang mengembang.
"Iya Yah... Mari kita minum dan lupakan masalah kita sejenak." ucap Farel menambahkan yang langsung membuat Felisa memeluknya dengan erat.
**
Keesokan paginya
Felisa yang mendengar suara ribut-ribu di luar lantas langsung mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali, ditatapnya area sekitar di mana Felisa sudah tidak lagi melihat adiknya Farel ada di dalam mobil. Felisa yang penasaran akan suara apa di luar mobilnya lantas mengintip sekilas melalui kaca jendela.
Di luar mobil terlihat beberapa pria berjas hitam nampak tengah mengerubungi Farel sambil beberapa kali nampak hendak melayangkan pukulan ke arah Farel, membuat Felisa yang tidak tahu apa-apa lantas langsung terkejut dengan seketika begitu melihat pemandangan di luar sana.
"Apa yang terjadi? Mengapa mereka memukuli Farel?" ucap Felisa dalam hati bertanya-tanya.
Felisa yang tidak bisa hanya melihat Farel dipukuli seperti itu, lantas membuat Felisa mulai memutar otaknya seakan berusaha untuk mencari jalan keluar dari permasalahan ini. Felisa yang tidak tahu harus melakukan hal apa disaat-saat seperti ini, lantas langsung menatap ke arah depan sambil terus berusaha mencari cara. Hingga kemudian pandangannya terhenti pada setir mobil yang lantas membuat Felisa tahu apa yang harus ia lakukan saat ini.
"Semoga saja aku bisa melakukannya." ucap Felisa memberanikan dirinya.
Dengan langkah kaki yang perlahan Felisa kemudian mulai melangkahkan kakinya maju ke arah kursi pengemudi dan bersiap untuk melajukan mobilnya tanpa sepengetahuan orang-orang tersebut.
Brum brum....
Suara mobil yang sengaja di gas oleh Felisa terdengar begitu keras membuat beberapa orang yang berkumpul di sana lantas dengan spontan menoleh ke arah sumber suara. Felisa yang yakin dengan langkah yang akan ia ambil sebentar lagi kemudian mulai meneguhkan keyakinan dan langsung melajukan mobilnya dengan kencang menuju ke arah beberapa kerumunan orang-orang tersebut.
Beberapa orang yang melihat kegilaan mobil tersebut lantas langsung melipir minggir ke samping kiri dan kanan masing-masing, sedangkan Farel yang melihat hal tersebut hanya terdiam di tempatnya tanpa bergerak sama sekali karena ia tahu kakaknya tidak mungkin menabraknya saat ini. Hingga ketika mobil yang dikendarai oleh Felisa melipir ke sebelah kiri Farel lantas langsung membuat Farel naik ke atas mobil begitu melihat kode dari Felisa barusan.
"Ayo Rel!" pekik Felisa yang lantas membuat Farel langsung membuka pintu mobil dan naik ke dalamnya dengan gerakan yang cepat.
Beberapa orang yang tadinya melipir ke arah kanan dan kiri, begitu melihat Farel masuk ke dalam mobil lantas berusaha untuk memegangi Farel dan menahan mobil tersebut. Felisa yang tahu Farel belum sempat menutup mobilnya lantas langsung membanting stir ke arah kiri dan melajukannya dengan kencang, membuat orang tersebut langsung terpental dengan seketika.
Tanpa ingin membuang waktu lagi Felisha yang melihat orang tersebut sudah terpental dan jatuh ke bawah, lantas langsung melajukan mobilnya meninggalkan area hutan tersebut dan kabur dari kejaran beberapa orang yang Felisa sendiri tidak tahu siapa mereka. Sedangkan Orang-orang tersebut yang melihat kepergian mobil Felisa langsung menatapnya dengan tatapan yang terkejut sekaligus kesal karena tidak menyangka bahwa ada orang di dalam mobil Van tersebut.
Seorang pria paruh baya yang juga melihat aksi dari kaburnya mobil Van tersebut lantas terlihat turun dari mobilnya. Semua orang pria berjas hitam tersebut yang melihat pria itu turun langsung dengan spontan menunduk ketika melihat kedatangannya.
"Tuan Raes saya..." ucap seorang pimpinan pria berjas hitam tersebut hendak menjelaskan kepadanya, namun siapa sangka pria yang dipanggil Raes tersebut malah langsung menamparnya dengan keras, membuat pemimpin gerombolan tersebut langsung tersungkur dengan seketika.
"Dasar bodoh kalian semua!" ucap Raes dengan suara yang menggelegar.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments