Di sebuah kastil yang terletak di pulau terpencil terlihat sebuah mobil tengah berhenti tepat di halaman kastil tersebut. Seorang Pria berjas hitam yang tadi menelpon nampak melangkahkan kakinya memasuki area pintu utama kastil tersebut.
Seorang kepala pelayan wanita kisaran umur 45 tahunan terlihat membukakan pintu untuk Pria itu kemudian mulai mengikuti langkah kakinya masuk ke dalam ruang utama.
"Apakah tuan William sedang beristirahat?" ucap Pria tersebut ketika melihat Kepala pelayan tersebut melangkahkan kakinya mendekat ke arahnya.
"Beliau sedang menunggu mu Frans, sebaiknya kamu segera masuk ke aula karena beliau ada di sana." ucap Kepala pelayan tersebut kemudian berlalu pergi meninggalkan Pria yang dipanggil Frans tersebut.
Sedangkan Frans yang mendengar kata aula lantas terlihat mengernyit sambil menghentikan langkah kakinya sebentar. Namun detik berikutnya kembali melangkahkan kakinya dan langsung menuju ke arah aula sesuai dengan perkataan dari Kepala pelayan tersebut atau yang sering di panggil Nani itu.
"Sepertinya tuan tengah bermain peta timbul pulau ini." ucap Frans dalam hati yang seakan tahu akan apa yang tengah di lakukan oleh William saat ini.
**
Aula
Ketika langkah kaki Frans sampai tepat di depan pintu aula. Tanpa membuang waktunya Frans kemudian mulai mengetuk pintu tersebut sebanyak beberapa kali setelah itu baru membukanya ketika sebuah suara yang berasal dari dalam mempersilahkan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan aula tersebut.
Cklek...
Dengan langkah kaki yang perlahan Frans terus membawa langkah kakinya masuk ke dalam ruangan tersebut dan mulai mendekat ke arah William berada. Dimana William saat ini tengah berdiri tepat di sebuah papan bilyard dengan ukuran yang besar namun di atasnya berjajar dengan rapi seperti sebuah peta timbul di suatu pulau yang sudah pasti adalah gambaran pulau ini.
Frans yang memang sudah tahu apa yang dilakukan oleh William saat ini, lantas langsung menghentikan langkah kakinya ketika melihat William tengah sibuk menatapi area pantai pada peta timbul atau peta relief miliknya.
"Apakah ketiganya kini sedang berada di sini saat ini?" tanya William sambil menunjuk satu ukiran pada peta tersebut yang menunjukkan area pesisir pantai.
"Saya minta maaf tuan, saya benar-benar tidak menyangka bahwa tujuan mereka adalah ke pulau ini. Tadinya saya kira mereka melintasi area hutan untuk menuju ke pulau seberang." ucap Frans meminta maaf terlebih dahulu sebelum William marah nantinya.
Mendengar permintaan maaf dari Frans barusan membuat William lantas tersenyum dengan tipis kemudian melempar sebuah anak panah kecil ke sasaran yang tertempel pada dinding tembok tak jauh dari tempatnya berada. Frans yang terkejut oleh anak panah mini yang di lempar secara tiba-tiba oleh William hampir saja menancap di kepalanya jika saja ia tidak sigap dan menghindar.
"Kau sudah tahu letak kesalahanmu rupanya?" ucap William dengan nada yang datar kemudian melangkahkan kakinya menuju ke arah sofa di ruangan aula tersebut.
Frans yang melihat Wiliam mulai bergerak menuju ke arah sofa lantas ikut melangkahkan kakinya pula dan berdiri tepat dihadapan William saat ini.
"Lalu berita apa lagi yang kau bawa? Bukankah seharusnya kau mengatakan sesuatu tentang seseorang lagi yang ikut bersama dengan mereka?" ucap William sambil memainkan gelas berisi wine di tangannya.
Mendengar perkataan William barusan membuat Frans kemudian mulai merogoh saku jasnya dan mengambil ponselnya di sana. Ditunjukkannya sebuah foto yang di ambil oleh Frans ketika ia memata-matai Felisa dan juga Farel di area pantai tadi.
William yang melihat sebuah foto pria muda di ponsel Frans lantas langsung mengernyit dengan seketika. Ditatapnya Frans dengan tatapan yang menelisik membuat Frans yang mendapat tatapan tersebut lantas langsung kebingungan akan maksud dari tatapan William kepadanya.
"Kau benar-benar tidak tahu dia atau memang pura-pura tidak tahu?" ucap William kemudian sambil menatap dengan raut wajah yang penasaran ke arah Frans.
"Memangnya dia siapa Tuan? Saya sungguh tidak mengetahuinya." ucap Frans dengan menatap penasaran ke arah William saat ini.
Mendapat pertanyaan tersebut lantas membuat William langsung tersenyum seketika, membuat Frans yang melihat hal tersebut semakin dibuat bingung akan ekspresi tersenyum yang baru saja ditunjukkan oleh William.
"Dia adalah putra Rayshiva, apa kamu sudah bisa mengetahui siapa dia sebenarnya?" ucap William kemudian seakan memberikan clue kepada Frans untuk menjawab dan melanjutkan perkataannya barusan.
"Apakah maksud anda salah satu putra dari mafia yang terkenal di dunia bawah dengan bisnis legal dan ilegalnya? Jika memang benar mengapa ia bisa sampai mengikuti mereka berdua?" ucap Frans dengan tatapan yang tidak mengerti.
William tersenyum mendengar perkataan dari Frans barusan kemudian meneguk wine yang ada di gelasnya dengan sekali tegukan.
"Kau kira untuk apa lagi jika bukan untuk harta itu? Harta yang tak ternilai namun telah disembunyikan oleh Nelson." ucap William dengan senyum yang mengembang seakan tidak terlalu terkejut akan berita yang baru saja ia dapat.
"Jika memang seperti itu, adakah perintah lain selanjutnya yang harus saya lakukan tuan?" ucap Frans kemudian yang mulai mengetahui alur dari permasalahan ini.
"Tidak perlu gegabah cukup ikuti saja alurnya, lagi pula aku sudah tua biarkan saja mereka para anak muda yang bekerja dan aku yang menikmati hasilnya, bukankah seharusnya begitu?" ucap William dengan nada yang santai sambil tersenyum dengan puas menatap ke arah Frans.
"Tentu saja tuan kenapa tidak..." balas Frans kemudian dengan yang ikut tersenyum menatap ke arah William.
***
Malam harinya
Di tengah gelapnya suasana pantai terlihat Erzhan nampak duduk dengan termenung menatap ke arah bintang-bintang di langit malam itu. Sambil menatap lurus ke arah depan Erzhan mengingat kembali tentang segala hal yang telah terjadi kepadanya selama ini. Helaan napas terdengar dengan jelas berhembus dari mulut Erzhan saat itu. Membuat Felisa yang tadinya hendak menyapa dan mengajaknya untuk makan malam lantas langsung terdiam seketika di tempatnya.
Felisa yang tahu bahwa Erzhan tengah tidak baik-baik saja lantas tanpa mengatakan apapun langsung mengambil duduk di sebelah Erzhan tanpa bertanya. Membuat Erzhan yang melihat hal tersebut lantas langsung mendongak dan menatap ke arah Felisa dengan tatapan yang bertanya.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" ucap Erzhan kemudian dengan tatapan yang bertanya-tanya menatap ke arah Felisa saat ini.
Mendengar pertanyaan tersebut membuat Felisa langsung tersenyum seketika, yang semakin membuat Erzhan tidak mengerti akan tingkah Felisa saat ini.
"Aku hanya ingin menikmati pemandangan malam ini, bukankah hal itu yang juga sedang kau lakukan saat ini?" ucap Felisa dengan tersenyum membuat Erzhan yang mendengar perkataan tersebut lantas menghela napasnya dengan panjang.
"Apa ada sesuatu yang menganggu mu? Kalau kau butuh teman cerita aku siap untuk mendengarkannya, tak perlu sungkan..." ucap Felisa kemudian.
"Aku..."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments