Malam datang begitu cepat, semenjak Diana istirahat di kamar, sampai acara selesai wanita itu bahkan tidak keluar membuat beberapa tamu menatap Fahri dengan keheranan karena pria itu hanya duduk sendirian di pelaminan.
Bunda sudah membujuk Fahri supaya membawa Diana kembali ke pelaminan karena tidak enak dengan para tamu, tetapi Fahri tetap bersikeras mengatakan jika Diana butuh istirahat.
Sedangkan Sherly yang memang sebagai kakaknya, langsung menuju ke arah kamar pengantin, dia juga sedikit khawatir dengan keadaan Diana.
"Boleh mbak masuk?" tanya Sherly setelah mengetuk pintu beberapa kali.
Karena tidak ada jawaban, Sherly melangkah masuk, matanya melihat Diana yang tengah tertidur di atas kasur, dia bahkan menatap Diana dengan tatapan heran, ada apa dengan adiknya ini?
"Diana, kamu baik-baik aja?" Sherly perlahan menyentuh bahu Diana, menatap wanita yang perlahan membuka matanya.
"Aku cuma kecapean aja," jawab Diana dengan pelan, jujur dia sedikit takut jika Sherly mengetahui alasan yang sebenarnya.
"Serius? Atau ayo ke rumah sakit!" ajak Sherly yang digelengi oleh Diana dengan cepat.
Jika mereka ke rumah sakit dan Sherly tahu yang sebenarnya terjadi ... dia tidak tahu akan melakukan apa, dia bisa saja berbohong jika dia tengah mengandung anak Fahri, tetapi bagaimana jika Fahri tahu?
Sebenarnya Diana tidak jadi mengugurkan kandungannya, dia tidak tega untuk membunuh sebuah nyawa yang tengah berkembang di rahimnya. Tentu saja salah satu alasannya supaya dia bisa bercerai dengan Fahri dan menikah dengan Rian, karena Diana rasa, dia tidak bisa hidup bersama Fahri yang dipenuhi dengan banyak kebohongan, dia akan tetap meminta Rian untuk bertanggung jawab atas anak yang tengah dia kandung.
"Kamu yakin enggak keluar? Semua tamu udah menunggu," ujar Sherly yang digelengi oleh Diana.
Baru saja Sherly akan membuka mulut, pintu tiba-tiba terbuka, menampilkan seorang wanita yang tidak lain adalah ibu kandung kedua wanita ini.
"Sudahlah Sher, biarkan Diana istirahat, Fahri juga tidak mempermasalahkan hal itu," ujar ibu yang diangguki oleh Sherly.
Setiap ibunya berbicara, Sherly tidak pernah berani membantah, dia selalu menuruti perkataan ibunya yang memang selalu berpihak kepada Diana.
"Kalo begitu aku keluar dulu," ujar Sherly seraya melangkah pergi dari sana, meninggalkan Diana dan ibu yang terlihat begitu mengkhawatirkan keadaan adiknya itu.
Resepsi terus berjalan tanpa kehadiran Diana membuat beberapa tamu mengunjing mereka, tentu saja bunda yang memang sudah berpikiran buruk dengan Diana semakin tidak bisa berpikiran positif, dia benar-benar heran kenapa Fahri bisa memilih Diana sebagai istrinya, jika bisa memilih, bunda lebih menginginkan Sherly yang sayangnya sudah menikah.
"Kamu enggak apa-apa?" tanya Fahri saat acara sudah selesai.
Diana perlahan membuka matanya, dia menganggukan kepala seraya menatap Fahri yang berniat untuk menyentuh kepalanya.
"Aku boleh meminta sesuatu?" tanya Diana yang diangguki oleh Fahri.
"Aku minta supaya kita jangan berhubungan badan dulu."
"Aku tidak akan pernah memaksamu," balas Fahri membuat Diana tersenyum dan segera mengucapkan terima kasih.
Pria itu tidak berpikiran negatif, dia hanya berpendapat jika Diana belum siap sehingga Fahri juga tidak mau memaksa, baginya asal Diana nyaman, dia juga tidak akan tergesa-gesa untuk hal itu.
Karena tidak ada hal yang perlu diperbincangkan lagi, Fahri melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, baru saja Diana akan memejamkan matanya, sebuah notifikasi masuk membuat wanita itu tersenyum cukup lebar.
Dia bahkan segera melangkah keluar, menemui seorang pria yang baru saja mengirimkannya pesan.
"Mas, aku kira kamu enggak akan datang," ujar Diana dengan tatapan penuh bahagia saat melihat Rian yang ada di hadapannya, sedangkan Rian yang melihat Diana membuatnya menatap wanita itu dengan tatapan tajam.
"Kamu tidak mengugurkan janin itu?"
Deg!!
Jantung Diana berpacu dengan cepat, dia tidak menyangka jika Rian akan menanyakan hal itu, dia kira Rian datang karena merindukannya juga.
"Mas ... aku ...."
"Kenapa belum kamu gugurkan?" maki Rian dengan tatapan kesal, dia kira Diana sudah melakukan seperti yang dia minta, tetapi apa?
Saat Sherly mengatakan jika Diana tengah istirahat dan sampai sekarang belum keluar, di situ Rian sudah yakin jika Diana masih mempertahankan janinnya itu.
"Gugurkan sekarang!" tekan Rian tetapi digelengi oleh Diana, bahkan wanita itu mundur beberapa langkah ke belakang.
"Kita akan menikah mas, dengan anak ini kita bisa bersama," ucap Diana.
Rian mengacak rambutnya, dia tidak akan menikah dengan Diana! Dia tidak akan kehilangan Sherly dan Amelia!
"Mas, aku mencintaimu, aku mohon," mohon Diana dengan nada yang memelas tetapi Rian tetap menggelengkan kepalanya.
"Jika kamu tidak mau mengugurkannya, aku yang akan melakukannya!" tekan Rian membuat Diana melangkahkan kakinya untuk mundur.
Sial bagi Rian, ponselnya tiba-tiba berdering, menampilkan nama istri tercinta membuat Rian segera melangkahkan kaki pergi dari sana, dia yakin Sherly tengah mencari keberadaan dirinya.
Diana bernapas lega setelah kepergian Rian, dia tahu semua orang akan kecewa akan dirinya, tetapi dia tidak bisa menghentikan obsesinya kepada Rian, dia hanya ingin bersama Rian dan hidup bahagia bersama Rian. Rian hanya pantas untuk dirinya seorang!
Saat akan melangkahkan kaki menuju ke arah kamar, wanita itu tidak sengaja berpapasan dengan ibu mertua, tentu saja jantung wanita itu berdetak kencang, takut jika wanita itu mendengar atau melihat apa yang terjadi barusan.
"Kamu sudah sehat?" sinis bunda Fahri membuat Diana menundukkan kepalanya, dia benar-benar takut melihat tatapannya.
"Sudah agak lumayan, aku permisi bu," ujar Diana sambil melangkahkan kaki meninggalkan bunda Fahri yang menatapnya dengan tatapan tajam, dia cukup heran kenapa Diana keluar dari kamarnya, saat acara berlangsung bahkan wanita itu tidak keluar sama sekali.
"Kamu darimana?" tanya Fahri saat Diana baru saja masuk.
Wanita itu mengatakan habis mengambil air di dapur, mendengar itu Fahri mendekati Diana, dia mengatakan jika ada sesuatu lebih baik katakan kepada dia. Karena Diana belum terlalu sehat.
Mendengar itu jantung Diana berdetak, Fahri memang baik, tetapi dia rasa dia tidak pantas untuk pria itu, dia hanya wanita yang sudah ternodai.
"Kamu istirahatlah," ujar Fahri yang diangguki oleh Diana.
Kadang dia juga merasa bersalah dengan Fahri dan kakaknya, tetapi apa boleh buat, rasa cinta dan sayangnya begitu besar kepada Rian sehingga Diana ingin memiliki Rian walaupun harus berbagi dengan Sherly.
"Maafkan aku," lirih Diana dengan pelan bahkan tidak akan terdengar oleh siapapun.
Sedangkan saat ini Sherly tengah bersama Rian menatap pria itu dengan tatapan serius.
"Mas, aku rasa Diana hamil deh, dia kelihatan lemah banget, badannya juga sedikit berbeda," ujar Sherly membuat Rian melototkan matanya.
"Enggak boleh berpikir begitu!" tekan Rian membuat Sherly menatap Rian dengan tatapan curiga.
"Memangnya kenapa?"
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments