Sontak Diana dan Sherly tiba-tiba mengangkat kepala secara bersamaan, bahkan Rian menjadi sedikit gelagapan karena Sherly tengah menatapnya dengan tatapan heran, walau sebenarnya Rian berhasil mengalihkan kesadaran Sherly dari ucapan Diana barusan.
"Cepat selesaikan makannya, agar nanti kamu sampai rumah tidak terlalu malam," ujar Rian.
"Iya mas ... eh, kakak ipar," koreksi Diana saat menyadari jika sekarang dia tengah bersama Sherly, bahkan Sherly yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Pa, Lia mau ikut mengantarkan aunty." Amelia menatap Rian penuh harap, bahkan dia juga menatap Sherly yang tentu saja diangguki oleh Sherly.
Melihat Sherly yang juga akan ikut, Diana tampaknya keberatan akan hal itu, terbukti dengan tatapan Diana ke arah Rian, seakan peka dengan raut wajah Diana, Rian menyarankan supaya Amelia belajar saja di rumah bersama Sherly.
"Bukannya kamu ada PR?" tanya Rian mencoba membujuk Amelia supaya dia tidak jadi ikut.
Awalnya Amelia tetap mau pergi, tetapi atas bujukan Sherly dan Diana, akhirnya Amelia mau untuk tetap berada di rumah.
Setelah selesai makan, Rian dan Diana melangkahkan kaki menuju mobil, bahkan Sherly tidak sempat untuk mengantarkan mereka karena Amelia masih makan, tentu saja ini kesempatan bagus untuk Diana, apalagi jika bukan untuk menggoda Rian.
"Mas." Tangan Diana menyentuh tangan Rian, tentu saja dengan raut wajah penuh harap, melihat tatapan Diana, Rian menggelengkan kepala.
"Jangan sekarang!" peringat Rian seraya menatap ke arah pintu dengan was-was, takut saja jika Sherly malah keluar dan melihat mereka berdua yang tengah seperti ini.
"Malam ini aja, kamu bisa alasan sama mbak jika ada meeting dadakan, aku udah enggak tahan," lanjut Diana membuat Rian sejenak terdiam walau akhirnya menganggukan kepala menyetujui ucapan Diana.
Melihat itu, Diana bersorak penuh gembira, mereka bahkan segera masuk ke dalam mobil dan segera pergi dari sana dengan kecepatan penuh.
Beberapa jam berlalu, Sherly yang tengah berada di ruang tamu hanya bisa mondar-mandir tidak jelas, dia terus menghubungi Rian yag sejak tadi hanya operator yang menjawabnya.
Harusnya jam segini Rian sudah sampai ke rumah, bukankah hanya mengantar Diana untuk pulang? Kenapa harus selama ini?
"Mas, angkat!" kesal Sherly karena untuk kesekian kalinya Rian tidak bisa dihubungi, tidak biasanya Rian seperti ini, apakah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti kecelakaan?
"Aku ini mikir apa sih?"
Karena lelah terus berdiri, Sherly menjatuhkan bokongnya di sofa, bahkan perempuan itu perlahan menutup matanya karena tidak sanggup lagi menahan kantuk.
Entah berapa lama Sherly tidur, wanita itu terbangun saat mendengar seseorang membuka pintu, saat lihat Rian yang datang, Sherly segera berdiri dan menghampiri pria itu.
"Kamu belum tidur?" tanya Rian dengan ekspresi cukup terkejut saat Sherly sudah berada di hadapannya, pasalnya jam menunjukkan angka dua.
"Aku nunggu kamu, kenapa pulangnya lama? Bukannya cuma mengantarkan Diana pulang? Atau terjadi apa-apa sama kamu?"
"Itu ... tadi setelah mengantar Diana pulang, aku ketemu teman SMA, jadi ngobrol deh sampai lupa waktu," alasan Rian membuat Sherly menatap Rian dengan tatapan tidak percaya.
"Kenapa? Kamu enggak percaya sama suami sendiri?"
"Percaya, cuma heran aja, biasanya kamu kalo ketemu orang pasti ngabarin dulu," ucap Sherly membuat Rian tidak tahu harus mengatakan apa.
Tentu saja Sherly sudah hapal akan tingkah laku Rian, mereka sudah menikah selama delapan tahun, tidak mungkin Sherly tidak hapal akan tingkah laku Rian.
"Tunggu apa lagi mas? Mau tidur di sana?"
Ucapan Sherly membuyarkan lamunan Rian, tentu saja pria itu segera tersenyum dan melangkahkan kaki menyusul Sherly yang sudah terlebih dahulu ke kamar.
Tentu saja ada perasaan bersalah dari Rian, dia sudah berani berbohong bahkan berselingkuh dengan adik iparnya sendiri, iya, Diana.
Sebenarnya Rian sadar hubungan itu seharusnya tidak ada, tetapi semuanya sudah terlanjur dan Rian tidak bisa terus-menerus menyembunyikan perasaannya ini.
Semuanya berawal dari Diana yang datang untuk menginap di rumah mereka, awalnya semua baik-baik saja, bahkan semua berjalan lancar sebelum akhirnya ....
"Kenapa di ponsel kamu ada fotoku?" tanya Rian saat mendapati di dalam galeri Diana tersimpan berpuluh foto Rian.
Tentu saja ini suatu hal yang janggal, apakah pantas bagi seorang adik ipar menyimpan foto kakak iparnya sendiri? Tentu saja itu bukan hal yang wajar.
"Itu ...."
"Jawab! Atau mau aku laporkan kepada Sherly!" ancam Rian karena kebetulan hanya ada mereka berdua di rumah, saat itu Sherly tengah menjemput Amelia dari sekolah.
Diana mengigit bawah bibirnya, dia tidak tahu harus mengatakan apa, tidak mungkin dia harus memberitahu Rian akan hal yang terjadi, tetapi dia juga tidak mau dilaporkan kepada Sherly, bisa-bisa wanita itu malah marah kepadanya.
"Iya-iya, aku mengaku. Sudah dari lama aku menyukai mas Rian, bahkan aku berharap yang menjadi posisi mbak Sherly itu aku."
Tentu saja itu sebuah pernyataan yang cukup mengejutkan bagi Rian, siapa yang akan menyangka jika adik iparnya telah menyukai dirinya.
"Kamu gila? Aku ini suami kakakmu! Cepat hapus fotoku dari ponselmu!" tekan Rian benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran Diana.
Apakah perempuan ini memang sudah gila? Harusny dia sadar jika hal itu tidak harusnya terjadi.
"Aku memang gila! Tetapi mas itu terlalu sempurna untuk mbak Sherly, harusnya mas bersamaku!"
Rian tidak terlalu mengubris ucapan Diana, bahkan pria itu berniat untuk pergi dari sana sebelum akhirnya Diana malah berdiri di hadapannya.
"Awas!" tekan Rian tetapi digelengi oleh Diana, bahkan tanpa basa-basi bahkan sebelum kesadaran Rian ada, bibir Diana telah menempel dengan bibir Rian membuat Rian melototkan matanya.
"Apa-apaan kamu ini!" maki Rian seraya mundur beberapa langkah ke belakang, dia bahkan tidak menyangka jika Diana akan seberani itu.
"Mas!" Tangan Sherly menepuk pundak Rian membuat pria itu seketika tersadar, dia bahkan mengerjapkan matanya menatap Sherly dengan tatapan bingung, tentu saja Sherly yamg melihat itu menatapnya dengan penuh keheranan.
"Kamu kenapa? Kok melamun? Ada masalah di kantor?"
Dengan cepat, Rian menggelengkan kepala, dia lalu tersenyum dan mengajak Sherly untuk tidur. Tentu saja Sherly hanya menurut dengan patuh.
Pikiran Rian kembali melayang, dia tidak ingin melanjutkan hubungan terlarangnya, dia tidak tega untuk mengkhianati Sherly, wanita sebaik dia harusnya tidak diperlakukan seperti itu.
"Maafkan aku," lirih Rian pelan membuat Sherly mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Rian, kenapa harus minta maaf? Apakah Rian melakukan kesalahan?
"Maaf untuk apa?"
"Maaf karena belum bisa menjadi suami yang baik untukmu," lanjut Rian tetapi hanya dibalas tertawaan oleh Sherly.
"Emang kamu melakukan kesalahan apa? Kamu itu udah baik buat aku," balas Sherly membuat Rian menjadi semakin bersalah.
"Apa yang harus aku lakukan," lirih Rian dengan wajah frustasi, tentu saja tidak didengar oleh Sherly.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
dita18
msh nyimak thorrr
2023-07-08
0