Sherly yang tiba-tiba terbangun dari tidurnya melirik ke arah samping, ke mana mas Rian? Tidak biasanya pria menghilang begitu saja. Apa dia tengah berada di kamar mandi? Atau berada di dapur?
Karena Rian tidak kunjung keluar dari kamar mandi, Sherly melangkah keluar, dia berniat menuju dapur sebelum akhirnya langkah kakinya terhenti saat melihat seorang pria tengah berbicara dengan seseorang, bahkan dari nada suaranya mereka tengah berdebat.
"Mas, kamu belum tidur?"
Rian langsung mematikan panggilan tersebut, dia mengalihkan pandangan ke arah Sherly yang melangkahkan kaki ke arahnya.
"Kamu kenapa bangun? Lapar?" tanya Rian berupaya bersikap normal, dia yakin Sherly tidak mendengar percakapannya barusan.
"Aku nyari kamu, kenapa? Ada masalah?"
Rian segera menggelengkan kepalanya, dia lalu menjelaskan jika ada temannya meminjam uang, tetapi Rian bisa memberikannya karena orang itu tidak bisa dipercaya.
"Ayo kita tidur lagi!" ajak Rian seraya merangkul Sherly yang diangguki oleh wanita itu.
Saat telah sampai ke kamar, Sherly menatap wajah pria yang telah menemaninya selama ini, pria yang telah membuatnya menjadi wanita berharga di kehidupan ini.
"Mas, jika suatu saat nanti ada wanita yang lebih baik dari aku, apa kamu akan memilih dia?" Sebuah pertanyaan keluar dari mulut Sherly, entah kenapa dia tiba-tiba menanyakan hal seperti itu.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Rian malah balik bertanya yang digelengi oleh Sherly.
Tidak ada percakapan di antara mereka lagi, Sherly tengah menunggu jawaban dari Rian, sedangkan pria itu malah memikirkan jawaban yang pas untuk Sherly.
Dia rasa pertanyaan Sherly barusan bukan hanya sekedar pertanyaan, tetapi ada maksud tersirat di sana yang tidak bisa Rian tebak apa itu.
"Mas!" Sherly menyentuh lengan Rian membuat Rian segera tersenyum kepada Sherly.
"Kamu sendiri tahu bagaimana perjuanganku mendapatkanmu, tidak akan mudah untukku menganti apalagi memilih wanita lain," jawab Rian dengan tatapan hangat dan suara yang lembut.
Sherly tersenyum saat mendengar jawaban itu, dia lalu mengucapkan terima kasih karena Rian sudah bertahan selama ini untuknya. Sedangkan Rian yang mendengar itu tidak bisa mengatakan apa-apa, dia rasa dia tidak pantas untuk disebut sebagai manusia, bagaimana mungkin dia rela berkhianat dari Sherly yang bahkan setiap hari selalu percaya kepadanya.
"Aku mencintaimu," lirih Rian dengan pelan seraya mengecup kening Sherly yang sudah kembali ke alam mimpi. Dia benar-benar dibuat dilema dengan perasaannya sendiri.
Pagi datang begitu cepat baru saja Rian membuka matanya, dia mendapatkan sebuah notifikasi membuat pria itu mau tidak mau segera bersiap, bahkan tanpa memikirkan Sherly, dia berlari keluar dari kamar.
"Mas, enggak sarapan ...."
"Aku berangkat dulu!"
Rian segera melajukan mobil, meninggalkan Sherly yang hanya menatapnya dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan, selalu dan selalu pria itu sibuk dengan urusannya, bahkan Sherly heran sebenarnya apa yang diurus oleh Rian sampai selalu tergesa-gesa seperti itu?
Sedangkan Rian yang baru sampai di tempat yang sudah dikatakan segera mencari keberadaan wanita yang sudah membuatnya bimbang, siapa lagi jika bukan Diana.
"Bukankah tadi malam sudah kita bahas?" Rian melangkah mendekati Diana yang tengah duduk di sebuah kursi, Diana sama sekali tidak peduli dengan ucapan Rian barusan, dia masih asik menatap lurus ke depan.
"Aku tidak bisa menuruti permintaan mas!" tekan Diana setelah Rian ada di dekatnya.
Rian mengacak rambutnya, dia benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi, Diana tidak bisa diajak bekerja sama, bahkan wanita itu terkesan egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri.
"Diana! Jangan egois! Ini untuk kebaikan kita!"
"Egois? Aku egois? Mas, apalagi keinginanmu yang tidak aku penuhi? Kamu minta aku menjauh, aku turuti, kamu minta aku untuk tidak menghubungimu? Oke aku lakukan, sekarang apa? Kamu minta apa lagi? Menyelesaikan hubungan ini? Mas, kamu udah janji jika aku menerima Fahri kamu akan meluangkan waktu untukku!"
Air mata Diana jatuh, dia benar-benar lelah dengan ini semua, tetapi dia mencintai pria yang ada di hadapannya ini, apa yang harus dia lakukan? Dia tidak bisa melepaskan Rian begitu saja.
Sedangkan Rian, pria itu mulai duduk di samping Diana, mereka berdua sama-sama dilanda kepusingan, jujur saja Rian sudah khawatir dengan hubungan mereka, ditambah atas peristiwa terakhir kali saat di Mall, dia yakin Sherly sudah curiga dengan mereka berdua.
"Pernikahan kamu dan Fahri sebentar lagi, apa kamu mau semua orang tahu tentang hubungan ini?"
"Soal Fahri aku yang urus, bukankah sudah aku bilang dari tadi malam? Mas tenang aja, semua akan baik-baik saja, buktinya sampai sekarang semua baik-baik aja." Diana mengalihkan pandangannya, menatap Rian dengan tatapan menyakinkan, dia ingin Rian kembali memikirkan hubungan ini.
"Mas, aku tahu kamu juga tidak bisa mengakhiri hubungan ini. Percaya mas, kita jalani lagi," pinta Diana membuat Rian sejenak terdiam.
Perlahan, Diana mengengam jemari Rian membuat pria itu menghela napas, lagi dan lagi dia tidak lepas dari Diana, dia juga sadar dirinya tidak bisa lepas dari Diana, tetapi ... apakah semuanya akan berjalan dengan baik?
"Pernikahanmu ...."
"Jangan dipikirkan mas, sekarang hanya ada kita berdua," ujar Diana sambil tersenyum.
Rian menganggukan kepala, Diana lalu mengajaknya untuk sarapan karena memang pria itu tadi terlalu terburu-buru sehingga tidak sempat sarapan.
Mereka berdua melaju meninggalkan tempat tadi, bahkan kedua tangan mereka masih saling mengengam, jujur saja Rian selalu merasa nyaman dengan Diana, seakan Diana bisa mengerti dirinya. Diana bisa membuatnya menjadi diri sendiri.
"Mas, i love you."
Rian menganggukan kepalanya, dia tidak pernah membalas ucapan itu walau dia nyaman bersama Diana, tetapi perasaan bersalah selalu mendatanginya.
Saat mereka telah sampai di sebuah kafe, suara ponsel Rian berdering, saat Rian akan mengangkatnya, tangan Diana lebih dahulu mengambil ponsel itu, dia bahkan menggelengkan kepala tidak memperbolehkan Rian menjawab panggilan itu.
"Diana, itu dari mbakmu!" peringat Rian tetapi Diana sama sekali tidak peduli.
"Mas, sekarang waktumu untukku, jadi aku minta kamu fokus denganku!" tekan Diana.
Rian tidak bisa mengatakan apa-apa lagi, saat Diana mengatakan sesuatu maka akan sulit untuk membantahnya, dia memang seperti itu, keras kepala tetapi juga manja.
Di saat mereka tengah asik berdua, Sherly tengah dibuat khawatir karena sudah beberapa kali dia menghubungi Rian tetapi tetap tidak diangkat. Dia tengah berada di perusahaan Rian mengantarkan sarapan, tetapi saat sampai beberapa karyawan mengatakan jika pria itu tidak ada di sana, jadi ke mana pria itu? Padahal tadi dia sangat tergesa-gesa untuk pergi.
"Mungkin pak Rian sedang menerima klien," ujar salah seorang karyawan kepada Sherly yang diangguki oleh Sherly.
"Tolong berikan ini kepada mas Rian jika telah sampai," pinta Sherly yang diangguki oleh karyawan tersebut.
Sherly lalu mengucapkan terima kasih dan melangkahkan kaki pergi dari sana, berupaya menyakinkan hatinya jika Rian memang tengah menerima klien.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Ririe Jambri Syukur
hmm KL SDH sekali berbohong akan ada kebohongan lain LG
2023-06-26
1