Meski disusui dengan menggunakan susu formula, si kembar ternyata bukanlah anak yang rewel. Dengan cepat, tubuhnya dapat menerima asupan susu formula. Entah karena mereka merasa lapar, atau karena mereka memahami keadaan ibunya. Namun, yang pasti perawat yang mengurusnya tidak merasa direpotkan oleh bayi-bayi menggemaskan itu. Tiga hari kemudian, Safira dan bayi kembarnya diizinkan pulang oleh bidan setempat.
🌷🌷🌷
“Pak Hadi, ayah si kembar ke mana? Semenjak Safira hamil, kok suaminya tidak pernah kelihatan, ya?” tanya Bu Meri, salah satu tetangga Pak Hadi yang gemar bergosip.
Pak Hadi hanya mampu tersenyum tipis mendengar pertanyaan tetangganya.
“Aduh, Nyonya Meri ini, kayak yang nggak tahu aja. Suami Neng Fira, 'kan orang sibuk. Dia itu orang yang sangat penting di luar negeri, jadi dia belum punya waktu untuk mengunjungi istri dan anaknya. Benar, 'kan, Pak ?” tukas Bik Cucum, wanita berusia sekitar 50 tahunan yang suka diminta Pak Hadi untuk menemani Safira jika beliau sedang ada pekerjaan di luar kota.
“Ah, masak sih, Cum!” sanggah Bu Meri merasa ragu. “Sesibuk-sibuknya suami, kalau mendengar istrinya melahirkan, ya dia harus bisa menyempatkan untuk datang dong!” Kembali Bu Meri memberikan pendapatnya.
“Ya, kalau kesibukannya melebihi tingkat dewa, mau gimana lagi, Bu, yang penting beliau tidak pernah lupa untuk berkabar dengan istrinya," balas Cucum. "Sekarang mah zaman canggih, Nyonya. Tidak bisa bertemu pun, 'kan bisa video call-an!” lanjut Cucum yang merasa jengah karena Bu Meri selalu menyudutkan Safira sedari Safira mengandung.
“Kamu itu Cum, memang suaminya Safira itu presiden?” ketus Bu Meri.
“Ya dia emang presiden. Apa Nyonya tahu, kalau ayahnya si kembar itu seorang CEO perusahaan properti di luar negeri?” celoteh Bik Cucum.
Hmm…, gosip mulai melebar. Pak Hadi dan Safira hanya bisa saling pandang melihat tingkah orang yang selalu membantu mengurusi rumahnya itu.
“CEO? Apa itu CEO?” tanya Bu Meri seraya mengernyitkan keningnya. Baru kali ini Bu Meri mendengar kata CEO.
“CEO itu Chief Executive Officer, jabatan tertinggi dalam sebuah perusahaan. Dia itu orang yang memiliki perusahaan juga memimpin perusahaan itu,” papar Bik Cucum memberikan penjelasan dengan bangganya.
“Sok tahu kamu, Cum!” tukas Bu Meri.
“Ish, Cucum tahu lah ... apa Nyonya lupa, kalau Cucum pernah bekerja di luar negeri,” sahut Bik Cucum mulai menyombongkan dirinya.
“Ish, sudahlah! Kamu emang nggak pernah mau kalah kalau ngomong, Cum. Memangnya kamu kenal suaminya Safira? Jangan-jangan, Safira emang enggak pernah nikah, karena itu suaminya nggak pernah datang," tuding Bu Mari, menyeringai.
“Eh, siapa bilang! Neng Safira punya suami, kok. Nih, kalau nggak percaya, Cucum telepon ya, suaminya Neng Fira!” sewot Bik Cucum.
Deg-deg-deg!
Jantung Safira berdegup kencang saat Bik Cucum mengatakan jika dia mengenal suaminya. Wajah Safira langsung pucat ketika melihat Bik Cucum mengeluarkan ponselnya.
“Ti-tidak usah, Bik Cucum,”cegah Safira, lirih.
Namun, karena wanita itu telah diselimuti emosi, dia tidak menghiraukan perkataan Safira. Berulang kali Bik Cucum men-dial nomor seseorang, tapi tak diangkatnya.
“Mana? Huh, dasar besar mulut kamu, Cum!” cibir Bu Meri seraya mencebikan bibirnya.
Bik Cucum tak kehilangan akal, dia kemudian mengirimkan pesan kepada orang yang memiliki nomor tadi.
Tuan, tolong angkat teleponnya. Nanny butuh bantuan Tuan!
Tulis Bik Cucum pada pesan singkatnya.
🌷🌷🌷
Sementara itu, di negeri Paman Sam. Seorang pria berwajah tampan dan bermata biru, tampak begitu serius mengikuti meeting dengan rekan bisnisnya. Meskipun waktu tengah menunjukkan jam makan siang. Namun, pria itu tidak berniat untuk menjeda pertemuannya.
“Permisi, Tuan. Apa tidak sebaiknya kita istirahat dulu untuk sejenak?” tanya Tomi sang asisten.
“Lanjutkan!” Hanya satu kata yang keluar dari bibirnya yang berwarna pink, mengalahkan warna bibir seorang wanita.
Asisten Tomi pun kembali memimpin rapat tersebut. Satu jam kemudian, rapat berakhir dengan sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
Kenzo kembali ke ruangannya. Dia merebahkan dirinya di atas sofa. Seketika, dia ingat jika sedari tadi, ponselnya bergetar. Kenzo mengambil ponsel dari saku jasnya.
“Nanny!” gumam Kenzo seraya mengernyitkan dahinya. Baru saja dia hendak menelepon balik, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Kenzo tersenyum melihat panggilan orang yang selalu dirindukannya.
“Yes Nanny!” jawab Kenzo begitu dia mengangkat teleponnya.
“Mohon maaf menggangu waktunya, Tuan. Nanny cuma ingin memberi tahu jika istri Tuan sudah melahirkan sepasang bayi kembar,” ujar Nanny di seberang telponnya.
Istri? bayi kembar? Ish, apa maksud Nanny? Kenzo bertanya pada dirinya sendiri. Atau ... mungkin ini yang dimaksud Nanny meminta tolong, imbuhnya.
Kenzo pun merubah panggilannya menjadi panggilan video call. Sejurus kemudian tampak wajah orang yang dipanggilnya Nanny.
“Yes Nanny!” sahut Kenzo.
“Ah Tuan Ken, lihatlah kedua putra Anda! Menggemaskan sekali, bukan? Tuan tenang saja, Nanny akan selalu menjaga istri dan baby twins. Semangat bekerjanya ya, Tuan. Agar suatu hari nanti, Tuan bisa datang dan membawa keluarga Tuan untuk tinggal bersama," tutur Nanny.
Kenzo semakin mengernyitkan dahi. Namun, tidak bisa dipungkiri, ada getaran yang sangat dahsyat ketika Kenzo melihat baby twins yang tengah terlelap dengan nyamannya.
“Syukurlah!” Hanya itu yang diucapkan Kenzo.
“Oh iya Tuan, apa Tuan tidak keberatan jika Nanny memperlihatkan wajah Tuan kepada ibu-ibu tukang gosip di sini? Hmmm, mereka sangat penasaran sekali ingin melihat suaminya Nyonya Safira,” imbuh Nanny seraya mencebikan bibirnya kepada tetangga yang usil sedari tadi.
Kenzo hanya mengulum senyumnya. Dia semakin mengerti atas apa yang dimaksud Nanny tentang meminta bantuan.
Terlihat jika wanita yang dipanggilnya Nanny itu sepertinya mulai menggerakkan ponsel, sehingga Kenzo bisa melihat ada beberapa orang ibu-ibu yang tengah berkumpul. Terlihat juga seorang perempuan yang tengah menyandar di tepi ranjangnya bersama baby twins di sampingnya. Sayangnya, wajah perempuan itu terhalang oleh sebagian rambutnya, karena dia sedang menundukkan kepala.
Apa dia ibu dari baby twins itu? Hmm, sayang sekali aku tidak bisa melihat wajahnya, gumam Kenzo dalam hati.
Merasa tertarik dengan permainan Nanny-nya, akhirnya Kenzo berkata, “Tolong jaga istri dan anak kembar saya ya, Nan. Setelah semua urusan di sini selesai, saya pasti akan menjemput mereka."
Kenzo bisa melihat wajah puas terpampang di raut wajah Nanny. Kenzo sadar, jika Nanny tengah memberikan pelajaran bagi ibu-ibu tukang gosip itu. Entah apa yang terjadi di sana, tapi Kenzo tahu jika Nanny sedang ingin membungkam mulut para wanita itu.
“Oh iya, Nan, boleh dekatkan wajah bayi kembar milikku?” pinta Kenzo.
Layar ponsel pun bergerak. Beberapa detik kemudian tampak wajah mungil yang masih terlihat kemerahan menghiasi layar ponsel Kenzo.
Gelanyar aneh tiba-tiba menyeruak di hati Kenzo. Sejurus kemudian, salah satu bayi itu membuka matanya perlahan. Bola mata yang berwarna kebiruan itu begitu jernih. Tanpa sadar, air mata menggenang di kedua sudut mata Kenzo.
"Cantik sekali," gumam Kenzo yang masih bisa di dengar oleh ibu sang bayi.
Saat si ibu sang bayi menyibakkan rambutnya, saat itu pula layar ponsel kembali bergerak dan menampakkan wajah wanita yang selalu dirindukan Kenzo.
“Terima kasih, Tuan!” ungkap wanita paruh baya itu.
“You’re welcome," jawab Kenzo. “Please comeback, Nan! I really miss you,” untapnya yang hanya dijawab oleh senyuman yang selalu meneduhkan hati Kenzo.
Sedetik kemudian, wanita yang dipanggilnya Nanny, memutuskan sambungan telponnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Ayu
mungkin kenzo ayah biologisnya twin.mgkn safina yg menjebak nya karena diam2 safina cinta sm adam. btl gk ya
2024-06-19
2
Ranny
apakah Kenzo adalah ayah biologisnya si kembar ya... kayaknya sih
2024-03-24
4
Oi Min
kek nya Kenzo daddy baby twins y??
2024-03-20
1