Sementara itu, di jam yang sama, di tempat yang berbeda. Tampak seorang pria tampan bertubuh atletis terkagum-kagum memperhatikan miniatur sebuah villa milik sahabatnya.
“Apa ini hasil karya terbarumu, Wil?” tanya pria itu yang tak lain adalah Kenzo.
“Ah bukan. Itu hasil karya orang lain. Sengaja aku beli untuk mewujudkan villa impian istriku,” jawab Willy.
Kenzo dan Willy adalah sahabat semasa mereka kuliah di Harvard University. Persahabatan mereka berlangsung hingga saat ini, meskipun harus terpisah benua.
"Oh, kupikir karyamu. Aku sanggup membayar karyamu ini untuk proyekku selanjutnya," rayu Kenzo.
Tidak bisa dipungkiri jika Kenzo benar-benar tertarik dengan miniatur villa tersebut.
"Hahaha, ... Aku percaya kamu mampu membeli karya itu melebihi dari kemampuanku," jawab Willy tergelak.
Willy sangat mengenal sahabatnya dengan baik. Seorang Kenzo Alfarizi tidak akan pernah berhenti jika dia belum bisa mendapatkan keinginannya.
"Memangnya berapa harga miniatur villa itu?" tanya Kenzo lagi.
"300 juta," jawab Willy, santai.
“Apa?! Kamu berani mengeluarkan uang ratusan juta untuk karya ini?” pekik Kenzo.
“Memangnya kenapa? Bukankah itu harga yang pantas untuk sebuah karya yang sarat akan seni ini. Apalagi jika sudah direalisasikan. Aku yakin jika villaku nanti, akan menjadi sebuah villa yang termegah, termewah dan juga terunik di negara ini," tutur Willy dengan bangganya.
"Baiklah, 500 juta! Deal!” tegas Kenzo seraya mengulurkan tangannya.
“Sudahlah Ken, percuma! Kali ini usaha kamu akan sia-sia, Sob. Aku tidak akan mungkin menggadaikan kebahagiaan istriku demi uang. Dia adalah segalanya bagiku. Uang bisa aku cari, tapi kebahagiaan? Itu hanya bisa aku ciptakan, bukan aku cari!" jawab Willy, tegas.
Kenzo hanya mampu menggaruk tengkuknya yang tak gatal, menyadari bucinnya Willy terhadap istrinya.
“Tidak usah bersedih. Nanti akan aku minta temannya Anna untuk membuat desain satu lagi untukmu. Tentunya harus berbeda dengan punyaku," lanjut Willy.
"Anna? Anna putrimu?" tanya Kenzo heran.
Willy mengangguk.
“Ish apa hubungannya karya ini dengan anak kamu, Wil?” tanya Kenzo semakin tidak mengerti.
“Yang membuat miniatur villa ini, dia adalah teman sekolahnya Anna," jawab Willy seraya menepuk bahu sahabatnya.
Kenzo mengernyitkan dahinya.
“Hahaha,... jelek sekali muka kamu itu, Sob!” gurau Willy.
“Sudahlah! Jelaskan saja, agar wajah tampanku terhindar dari kerutan, huh!" dengus Kenzo merasa kesal.
"Jadi, yang membuat miniatur villa itu teman sekolahnya Anna. Usianya tidak jauh beda dengan Anna," jawab Willy mencoba memberikan penjelasan kepada sahabatnya.
"What?! Bocah cilik!" pekik Kenzo, terkejut.
"Ya, usianya baru 5 tahun, Ken," sahut Willy.
Kenzo hanya ternganga mendengar ucapan Willy tentang si pemilik ide dan si pembuat karya yang benar-benar menakjubkan itu.
🌷🌷🌷
Di restoran Chinese, pembahasan tentang kontrak masih saja terus terjadi. Masing-masing pihak saling mempertahankan argumennya tentang harga yang pantas. Harga yang tidak akan merugikan salah satu pihak.
Menjelang asar, kesepakatan pun tercapai. Akhirnya, Tuan Yosef dan Safira kemudian menandatangi kontrak.
“Permisi, Tuan. Apa Tuan tidak keberatan jika saya meminta waktu sekretaris Tuan sebentar?" tanya Safira, selesai menandatangani draft kontrak.
Pertanyaan yang berhasil membuat jantung Adelia berdegup lebih kencang.
Ya Tuhan, apa yang akan dia lakukan padaku? Apa dia tahu perbuatanku padanya dulu? batin Adelia.
Meskipun merasa heran, tapi Tuan Yosef tidak ingin mencampuri terlalu jauh urusan mereka. Apalagi, apa yang akan mereka bicarakan bersifat pribadi dan di luar jalur kerja sama.
"Baiklah, kebetulan hari sudah sore dan saya berniat untuk langsung pulang. Dan kamu, Del ... setelah urusan kamu selesai, kamu tidak perlu kembali lagi ke kantor. Aku izinkan kamu untuk pulang lebih awal," tutur Tuan Yosef.
"Te-terima kasih, Tuan,” jawab Adelia, gugup.
Setelah berpamitan, Tuan Yosef beranjak dari kursinya. Dia meninggalkan sekretarisnya bersama rekan kerjanya.
Sementara itu, Safira memerintahkan Sarah untuk memesan makanan yang akan dibawanya pulang. Dia juga meminta Sarah untuk menunggu di luar, sampai urusannya dengan Adelia selesai.
“Baiklah, Del. Sekarang hanya tinggal kita berdua,” ujar Safira membuka pembicaraan.
“I-iya!" Adelia masih terbata menyahuti perkataan safira.
Safira menyandarkan punggungnya. Sejenak dia memejamkan kedua matanya seraya menengadahkan wajah, mencoba mencari serpihan memori tentang kejadian ulang tahun itu. Sedetik kemudian, dia menatap tajam ke arah Adelia.
“Bisakah kamu katakan padaku, apa yang terjadi di malam pesta ulang tahunnya Vino?” tanya Safira, datar.
Deg-deg-deg!
Jantung Adelia berpacu semakin cepat. Wajahnya terlihat pucat mendengar pertanyaan Safira.
Sudah kuduga, batin Adelia. Sejenak Adelia menundukkan kepalanya.
“Aku bertanya dengan baik-baik, Del. Tolong jangan membuat aku kehilangan kesabaran. Aku bukan Safira yang dulu, yang akan selalu mengalah demi temannya. Safira yang sedang berada di hadapanmu sekarang, adalah Safira yang mampu membuat musuhnya membusuk di penjara!” tegas Safira mencoba mendeskripsikan dirinya yang sekarang.
Syerr!
Darah Adelia berdesir hebat. Dia merinding mendengar perkataan tegas Safira. Seketika bulu kuduknya berdiri seolah sedang menonton film horor dengan part hantu yang tiba-tiba muncul.
"Jawab!" bentak Safira.
Brak!
Safira menggebrak meja di hadapannya, ketika melihat Adelia hanya bungkam saja.
“A-aku ... aku ... ma-maafkan aku, Fira. A-aku ha-hanya me-mengikuti pe-perintah se-seorang sa-ja. A-aku ... hiks-hiks ...."
Karena merasa ketakutan, Adelia mulai menjawabnya dengan terbata. Dia pun mulai terisak karena rasa bersalah.
“Ceritakan dari awal hingga akhir, Del. Jangan sampai ada yang terlewat satu pun!" titah Safira.
"Waktu itu, seseorang menyuruh aku untuk memberikan segelas orange juice padamu. Dan saat kamu mulai meracau, atas permintaan orang itu juga aku membawamu ke sebuah kamar. Se-setelah itu, aku tidak tahu apa yang terjadi. Tugasku hanya untuk membawa kamu ke dalam kamar saja," tutur Adelia.
Safira terkejut mendengar semua penuturan Adelia. Dia benar-benar tidak menyangka jika Adelia tega melakukan semua itu hanya karena perintah seseorang.
"La-lu, di kamar itu, a-aku dilecehkan oleh seseorang?” tanya Safira terbata. Dadanya terasa sesak membayangkan dirinya digerayangi oleh seorang pria.
Adelia semakin menundukkan wajahnya.
Tubuh safira seketika lemas melihat sikap Adelia.
"Jadi benar, seseorang telah memperkosa aku saat aku tak sadarkan diri?" tanya lirih Safira.
Adelia menganggukkan kepalanya.
"Lantas, siapa pria yang telah memperlakukan aku sekeji itu?" tanya Safira, geram.
"Se-seharusnya Vi-vino, tapi …” Adelia menggantungkan kalimatnya.
Tapi ...."
"Vi-vino bilang, saat dia berniat untuk mencium kamu, tiba-tiba seseorang memukul tengkuknya hingga tak sadarkan diri. Dan orang itu mengunci Vino di kamar mandi," papar Adelia.
"Lalu bagaiman kamu bisa membawaku pulang?” Safira kembali bertanya.
"Aku ... aku merasa cemas. Lalu aku kembali ke kamar itu. Dan aku benar-benar terkejut saat mendapati kamu sudah terbaring tanpa busana. Aku pun segera memakaikan pakaianmu dan mengantarkan kamu pulang."
Hening. Untuk beberapa menit, hanya keheningan yang terjadi di antara mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Ranny
itu yg nyuruh pasti si Fina sepupu mu sendiri
2024-03-24
1
Ranny
itu hasil tangannya anakmu 🤭
2024-03-24
0
Eka Novariani
Jangan2 Kenzo Alfarizi anaknya opa Hadi.... sedangkan si kembar nama belakangnya Alfarizi.... apakah Kenzo dan si kembar ada hubungannya?
2024-03-15
1