“Fira bersumpah, bu! Demi Tuhan, Fira tidak pernah melakukan hubungan terlarang itu. Fira sendiri tidak tahu, kenapa Fira bisa hamil, bu. Sekarang, apa yang harus Fira lakukan? Fira tidak menginginkan anak ini, bu. Gara-gara anak ini, pernikahan Fira sama mas Adam hancur. Fira membencinya, bu! Fira sangat membenci anak ini!” ucap Safira seraya memukul-mukul perutnya dengan kedua tangannya.
Safira terus menangis di atas pusara kedua orang tuanya. Hingga akhirnya, Safira merasa lelah dan terkulai di samping pusara sang ibu. Tubuhnya mulai lemas. Tiba-tiba saja, perut Safira kembali bergejolak. Wanita bertubuh semampai itu pun segera berlari ke tepi bukit untuk memuntahkan isi perutnya.
"Hoeeek....hoeek....hoeeek"
Tak henti-hentinya Safira muntah. Namun, sebanyak apa pun yang dimuntahkannya, hanya cairan bening saja yang keluar dari mulut Safira. Setelah puas mengeluarkan isi perutnya, Safira kemudian bersandar di bawah sebuah pohon akasia yang cukup besar.
Kedua matanya menatap lurus anak sungai yang mengalir di bawah bukit. Pandangan Safira menyusuri anak sungai tersebut hingga bermuara pada sebuah sungai yang cukup lebar dan panjang. Arus sungai itu terlihat begitu deras.
Entah apa yang merasuki pikiran Safira. Hingga sedetik kemudian, Safira mulai beranjak dari tempat duduknya. Perlahan, Safira berjalan menuruni bukit yang cukup terjal. Tiba di bawah, dia mulai berlari kecil menuju sungai tersebut.
Pergerakan Safira semakin melemah. Dengan langkah terseok-seok karena merasakan lelah di tubuhnya, Safira akhirnya tiba di tepi sungai. Dia menatap riak air yang semakin lama semakin deras dan berbuih.
Sejenak Safira memejamkan kedua matanya. Jantungnya berdegup sangat kencang. Namun, pikirannya benar-benar gelap. Dia merasa sudah tidak memiliki jalan keluar lagi untuk persoalan yang sedang dihadapinya saat ini
“Ayah, ibu ... tunggu Fira,” gumam Safira seraya menjatuhkan tubuhnya di atas riak air yang semakin menggumpal.
“Eh, awas!"
Byur!
Teriakan seseorang tidak mampu mencegah tubuh Safira yang sudah terhanyut dan tergulung riak air sungai.
Sementara, sekitar seratus meter dari tempat Safira menjatuhkan tubuhnya ke sungai, seorang pria paruh baya berteriak keras untuk berusaha mencegah apa yang akan dilakukan Safira.
Namun, sayangnya pikiran Safira telah gelap. Telinganya seakan tuli hingga tak mampu mendengarkan apa pun lagi. Safira pun menceburkan dirinya ke dalam sungai.
"Hup!"
Dengan sigap, pria paruh baya itu berlari mengikuti arus sungai yang tengah membawa tubuh Safira menjauh. Setelah beberapa meter terseret arus, tiba-tiba tubuh Safira tersangkut di dahan pohon tumbang yang mengarah ke sungai.
Pria paruh baya itutu segera melompat dan berenang ke tengah untuk menarik tubuh Safira. Setengah jam berjuang melawan arus air sungai, akhirnya pria tua itu berhasil menarik tubuh Safira ke tepi sungai.
Perawakannya yang masih tegap, tentunya tidak merasa kesulitan untuk menggendong tubuh semampai Safira. Dengan sekali angkat, Pria itu pun memangku Safira ala bridal Style dan membawanya ke rumah.
Tiba di rumahnya, pria paruh baya itu merebahkan tubuh Safira di atas kasur kecil. Setelah itu, dia keluar untuk menemui tetangganya.
Tok-tok-tok!
"Iya, sebentar!"
Terdengar teriakan seorang wanita dari dalam rumah yang pintunya sedang diketuk oleh pria paruh baya tersebut. Tak lama kemudian, pintu rumah sederhana itu terbuka lebar.
"Bapak?" seru seorang wanita yang usianya sudah memasuki setengah abad. "Kenapa Bapak basah kuyup begitu?" tanyanya.
"Ceritanya panjang, Cum. Datanglah ke rumah dan bawalah salah satu pakaian terbaik kamu. Seseorang sedang membutuhkan bantuan kamu di rumahku!" titah pria paruh baya itu.
"Baik, Pak."
Sesaat setelah orang yang diperintahkan menyanggupi perintahnya, pria itu pun kembali ke rumah.
Di dalam kamar, Bik Cucum mengambil salah satu pakaian terbagus yang dia miliki. meskipun merasa heran dengan perintah majikannya tapi Bik Cucum tetap pergi ke rumah majikannya.
Tiba di rumah, Bik Cucum diperintahkan untuk memasuki kamar. Sejenak, dia terpaku melihat seorang gadis terbaring dengan pakaian yang basah kuyup. Sedetik kemudian, Bik Cucum pun mulai bisa mencerna apa yang diperintahkan majikannya tadi.
"Tolong ganti pakaiannya, Cum!"
🌷🌷🌷
Tengah malam, Safira mulai membuka matanya. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan yang tampak asing. Kedua matanya menangkap bayangan seorang pria yang tengah tertidur dengan posisi duduk di atas sofa kecil.
Safira pun mulai bergerak. Sayangnya, pergerakannya menimbulkan bunyi decitan ranjang yang baut-bautnya mulai longgar. Hingga pria paruh baya itu pun mengerjapkan matanya.
“Kau sudah sadar, Nak?” tanyanya penuh kelembutan.
“Si-siapa Anda?” tanya Safira, cemas. “Di-di mana aku? A-apa yang terjadi padaku?” imbuhnya.
“Namaku Rahadi, tapi kamu bisa memanggilku Pak Hadi. Saat ini, kamu sedang berada di rumahku. Tadi siang, aku menyelamatkan kamu dari tindakan bodoh yang ingin mengakhiri hidupmu,” jawab Pak Hadi.
“Kenapa kau menyelamatkan aku? Kau tidak berhak menyelamatkan hidupku! Aku mau mati! Akuu tidak ingin hidup lagi! Aku ingin bertemu dengan kedua orang tuaku. Biarkan aku mati!” teriak Safira, histeris. Dia mulai bangun dan beranjak dari atas ranjang.
"Cukup, Nak! Tenanglah!" kata Pak Hadi mencoba menekan kedua bahu Safira agar Safira kembali duduk di ranjangnya.
"Tidak! Aku tidak mau hidup lagi! aku ingin mati saja!" Kembali Safira berteriak sembari terus meronta.
"Apa kamu pikir, mati bisa menyelesaikan permasalah yang kamu hadapi, hah!" teriak Pak Hadi.
"Lepaskan aku! Biarkan aku mati! Biarkan aku menyusul kedua orang tuaku, setidaknya hidupku tidak akan menjadi gunjingan orang jika aku mati!"
Plak!
Karena tidak bisa menenangkan Safira, pria paruh baya itu pun menampar gadis muda yang tengah histeris.
“Dengar, Nak! Aku memang tidak pernah tahu apa yang menjadi masalahmu, tapi aku tanya satu hal padamu. Apa dengan kematianmu, kamu bisa menyelesaikan masalah? Apa Tuhan akan meridhoi orang yang bunuh diri, hah ?” tanya Pak Hadi penuh penekanan.
Safira menangis. Dia sudah tidak punya kekuatan untuk melawan dan memberontak. Mungkin memang benar apa yang telah dikatakan pria paruh baya itu. Mengakhiri hidup bukanlah jalan yang terbaik.
"Aaargh!"
Tiba-tiba Safira berteriak keras. Sedetik kemudian, dia mulai menangis meraung-raung. Pak Hadi yang menyadari jika gadis yang ditolongnya tengah menghadapi beban berat, seketika merangkul tubuh gadis itu. Jiwa mulai tergelitik untuk memberikan perlindungan terhadap gadis itu.
"Menangislah, Nak! Tumpahkan semua beban di dalam hatimu. Bapak percaya, selalu ada jalan untuk setiap kesulitan," ucap Pak Hadi, mencoba memberikan kekuatan untuk gadis yang tidak berdaya itu.
Safira terus menangis. Dia memang tidak mengenal pria paruh baya itu. Namun, entah kenapa pelukannya terasa begitu hangat. Seperti pelukan seorang ayah yang selalu ingin melindungi putrinya. Cukup lama Safira menangis, hingga kumandang azan magrib menguraikan pelukan mereka.
"Ingatlah, semuanya pasti akan baik-baik saja," tegas Pak Hadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Eemlaspanohan Ohan
cerita nya. bagus. ni
2024-05-06
1
Astrid Bakrie S
Suka banget ceritanya
2024-04-10
1
Yuliana Purnomo
Untung ketemu orang baik,,
2024-02-27
4