Bik Cucum mendekati kamar Lara. Sedetik kemudian, dia mengetuk pintu kamar salah satu anak asuhnya.
"Dek, apa kamu sudah siap?" tanya Bik Cucum. "Ini mommy-nya udah nungguin loh, dari tadi," imbuhnya.
"Iya, Bu. Bentar lagi selesai," sahut Lara.
Tak lama kemudian, pintu terbuka. Dengan langkah cerianya, Lara menghampiri Safira di ruang tunggu.
"Sudah siap, Nak?" tanya Safira begitu melihat anaknya sudah berdandan rapi.
"Siap, Mom!" sahut Lara.
Mereka pun keluar dari rumah besar milik Opa Hadi. Safira mengantar Lara ke sanggar lukis milik Uncle Jo. Tiba di sana, Uncle Jo memberi tahu Safira jika lukisan abstrak milik Lara akan diikutsertakan dalam sebuah pameran yang di adakan oleh seorang pengusaha asal negeri Paman Sam.
Lara sangat senang sekali mendengar hal itu. Begitu juga dengan Safira yang tidak pernah menyangka jika lukisan anaknya ternyata mendapatkan kesempatan untuk diperkenalkan di ajang pameran lukisan tingkat internasional.
"Baiklah, Jo. Saya setuju jika lukisan anak saya bisa mengikuti pameran itu. Kira-kira, kapan pamerannya diselenggarakan?" tanya Safira.
"Sekitar dua minggu lagi, Fir," jawab Uncle Jo.
Safira termenung sejenak. Masalahnya, dua minggu yang akan datang, dia harus mengunjungi salah satu cabang perusahaannya yang berada di luar kota. Dia kemudian mengalihkan pandangannya kepada Lara.
"Sayang, apa kamu keberatan jika nanti kamu hanya ditemani Opa saja?" tanya Safira.
"Apa Mommy tidak bisa hadir?" Lara malah balik bertanya.
"Maafkan Mommy, Sayang. Minggu depan, Mommy harus mengunjungi kantor cabang di luar kota," sesal Safira.
Gadis cilik itu tersenyum.
"Tidak apa-apa, Mommy. Lara nanti ditemani Opa sama Bu Cucum saja."
"Sorry! Kamu pasti kecewa ya, sama Mommy? Mommy tahu, Mommy bukan ibu yang baik buat kalian," ungkap Safira.
Lara memeluk Safira.
"Tidak Mommy, Lara tahu kalau Mommy bekerja untuk mencukupi kebutuhan Lara sama abang. Lara enggak akan pernah kecewa memiliki ibu seperti Mommy. Lara sangat sayang sama mommy," timpal Lara mengungkapkan apa yang dia rasakan terhadap ibunya.
Hati Safira terasa hangat mendengar dan mendapatkan pelukan dari gadis kecil itu. Untuk beberapa menit, mereka pun berpelukan saling mencurahkan kasih sayang.
🌷🌷🌷
Waktu pameran pun tiba. Diantar Opa Hadi dan Bu Cucum, Lara pergi ke lokasi pameran. Sedangkan Safira dan anak laki-lakinya, mereka npergi ke luar kota untuk mengecek anak cabang yang berada di sana.
"Opa, itu Uncle Jo. Kita ke sana, yuk!" ajak Lara menggandeng tangan Opa Hadi untuk menemui guru lukisnya.
"Assalamu'alaikum, Uncle Jo!" sapa Lara dengan wajah berseri.
Uncle Jo yang sedang berbincang dengan kawannya, seketika membalikkan badannya.
"Wa'alaikumsalam! Eh, Lara!" jawab Uncle Jo. "Opa, apa kabar?" Sapa Uncle Jo seraya menyalami Opa Hadi.
"Alhamdulillah, kabar Opa baik, Nak Jo," jawab Opa Hadi, menjabat tangan Uncle Jo.
"Assalamu'alaikum, Opa! Apa kabar?" sapa seorang pria yang sedang berbincang dengan Uncle Jo.
"Wa'alaikumsalam, Nak Willy. Alhamdulillah, kabar saya baik, Nak!" jawab Opa Hadi.
"Loh, Opa ternyata mengenal Tuab Willy, juga?" Tanya Uncle Jo, heran.
"Kebetulan anak saya, temannya Lara dan Rana juga di sekolah," jawab Tuan Willy.
"Ngomong-ngomong, acaranya cukup berkelas juga, ya!" lanjut Opa Hadi.
"Iya Opa, pameran ini di-sponsori oleh pengusaha muda yang berasal dari Amerika. Beliau memang sangat menyukai seni," jawab Uncle Jo.
Opa Hadi hanya manggut-manggut mendengar penjelasan dari Uncle Jo. Tanpa mereka sadari, Lara sudah menghilang dari kumpulan pria itu.
"Lihat, Bu! Ini adalah lukisan yang Lara buat!" Tunjuk Lara pada sebuah lukisan yang sedang di kagumi seseorang.
"Waah, hebat sekali lukisannya, Dek! Tapi kok, lukisannya seperti tak berbentuk, Dek. Hmm, ini lukisan apa ya?" cecar bik Cucum seraya mengetuk-ngetukan jarinya di ujung pelipisnya.
Gadis kecil itu tergelak melihat tingkah laku ibu asuhnya.
"Hahaha,....! Ini namanya lukisan abstrak, Bu. Salah satu jenis kesenian yang kontemporer. Lukisan ini tidak menampilkan objek dalam dunia asli. Salah satu cirinya adalah bentuk abstrak dalam lukisan itu, tidak berhubungan dengan apa pun yang pernah kita lihat. Namun, apabila diamati lebih lanjut, maka akan terlihat seperti sesuatu." Lara memberikan penjelasan.
Seseorang yang sedang menatap lukisan itu, berdecak kagum dengan pemaparan yang di sampaikan gadis cilik itu. Karena merasa penasaran, dia pun membalikkan badannya. Betapa terkejutnya pria itu saat menyadari wanita tua yang sedang berdiri di depannya.
"Nanny?" gumam lelaki itu yang tak lain adalah Kenzo.
Kenzo menatap lekat wanita tua yang selama bertahun-tahun dirindukannya. Wanita yang telah dianggapnya sebagai ibu kedua. Wanita yang selalu memanjakannya saat sang ibu sangat sibuk bekerja untuk memenuhi kehidupannya. Wanita yang selalu memeluknya dalam kehangatan ketika sang ibu tak bisa merawatnya di kala Kenzo kecil terbaring sakit.
"Nanny!" panggilnya lagi seraya tersenyum menatap Bik Cucum.
Bik Cucum menunjuk dirinya sendiri. "Tuan berbicara padaku?" tanya Bik Cucum.
"Nanny, are you forggiten me? It's me, Kenzo!" jawab Kenzo.
Bu cucum hanya bengong mendapati pria bermata biru itu.
"Maaf, Tuan! Mungkin Tuan salah mengenali orang," timpal Bik Cucum.
Kenzo segera merogoh dompetnya dari saku belakang celananya. Dia mengeluarkan selembar foto berukuran 4r dan memperlihatkannya kepada Bik Cucum.
Bik Cucum mengambil foto itu. Seketika dia menutup mulutnya saat melihat foto kecil Kenzo yang sedang berada di pangkuannya.
"Den ... Den Kenzo?" tukas Bik cucum seraya mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah tampan anak asuhnya.
"Ibu, siapa Uncle ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 314 Episodes
Comments
Didit Arval
/Proud/
2024-04-01
1
Muj Ran
beliau ayah mu nak 🤭
2024-03-24
0
Eka Novariani
Bu Cucum masak lupa sih dgn Kenzo....kan terakhir video call dgn Kenzo 5 thn yg lalu...wajah Kenzo masih tetap sama lah...🤔
2024-03-15
2