Alvian mengeraskan rahangnya ketika mendengar penjelasan Riana. Tangan kanannya semakin erat memegang paper bag yang ia pegang sekarang. Tatapan mata Alvian bergulir, napasnya menggebu-gebu penuh amarah yang melanda dalam dadanya saat ini.
"Sudah berapa kali Mama katakan, Elza wanita yang tidak tahu diri. Setelah dijadikan istri dan diberikan segalanya dia memilih kabur dari tempat ini dan membawa kabur barang berharga dalam mansion ini. Kalau tidak percaya, tanyakan pada para pelayan," ucap Riana seraya melirik tajam pada pelayan yang diam membeku di tempat.
Alvian menatap para pelayan yang sudah berdiri di hadapannya. Tidak ada satu patah katapun keluar dari mulut Alvian kecuali hanya kebisuan. Namun, dari raut wajahnya sudah menggambarkan semuanya. Riana tersenyum penuh seringai. Sepertinya rencana ini berhasil.
"Alvian kau mau ke mana?!" Riana berteriak cukup keras ketika Alvian beranjak dari hadapan sang mommy dan membuang asal paper bag yang ia pegang.
Pria itu melangkah lebar dan cepat menuju ke pintu utama. Pandangannya lurus menyorot tajam. Ia menyambar kunci mobil yang tergeletak di atas meja. Riana berlari kecil mengejar putranya, jangan sampai Alvian mencari keberadaan Elza, bathin Riana.
Belum sempat wanita paruh baya itu hendak menahan putranya, Alvian sudah melesat dengan mobil hitamnya meninggalkan mansion.
"Semoga saja wanita cacat itu sudah pergi dari kota ini," gumam Riana penuh harap. Sekilas raut cemas bercampur rasa takut muncul dari wajah Riana.
Melihat keterdiam Alvian sudah membuat rasa cemas dalam benaknya semakin menjadi-jadi. Ia takut Alvian tidak percaya dengan ucapannya. Dan harapannya hanya satu, semoga Elza sudah pergi jauh dari tempat ini.
Riana berbalik badan, kembali masuk ke dalam mansion. Tatapan matanya menyorot tajam ke arah para pelayan yang masih setia berdiri di tempat tadi.
"Seharusnya kalian menyakinkan Alvian jika Elza benar-benar kabur dari sini, bukan memasang wajah tegang kalian!" sarkas Riana dengan suara yang meninggi.
"Maaf Nyonya, tapi kami takut kebohongan yang kami ucapkan akan ketahuan tuan Alvian."
Ucap salah satu pelayan yang memberanikan diri mengangkat suaranya dan langsung mendapat tatapan tajam Riana. Wanita paruh baya itu melangkah mendekat pada pelayan tersebut.
"Aku yang memegang kendali di mansion ini termasuk Alvian dibawah kendaliku! Apapun yang aku perintahkan kalian harus menurutinya!" Ucapan Riana yang tak ingin dibantah hanya di balas anggukan oleh pelayan.
Setelah mengucapkan itu, Riana beranjak dari ruangan itu dengan wajah angkuh dan arogannya yang terpasang tebal pada wajah yang mulai keriput dan masih tersisa kecantikan di masa mudanya.
Mobil hitam yang Alvian kendarai meleset begitu cepat membelah jalanan yang sepi dan menebus kegelapan malam yang berkabut karna awan hitam pekat semakin banyak meluruhkan air hujan. Emosi dan amarah menyatu dalam benak Alvian saat ini. Ia tidak akan membiarkan wanita itu kabur darinya, sesuatu yang sudah menjadi miliknya tidak boleh pergi kecuali ia sendiri yang menginginkannya. Tapi kali ini, mendadak rasa perih dan sesak mencekik rongga dadanya atas kepergian Elza.
Mobil yang Alvian kendarai berhenti di depan gang kecil. Ya, tempat pertama yang akan ia sambangi mencari Elza di rumah mertuanya, karna ia yakin wanita itu tidak akan jauh-jauh pergi. Mengingat Elza tidak pernah bepergian keluar kota ataupun ke tempat yang cukup jauh. Alvian keluar dari mobilnya dan tak menghiraukan tetesan air hujan yang cukup deras membasahi pakaiannya.
"Alvian?"
Sina tampak terkejut ketika membuka pintu dan mendapati menantunya sudah berdiri di depan pintu.
"Elza mana, Bu?" Pertanyaan yang dilontarkan Alvian membuat kening Sina mengernyit.
"Tadi pagi sudah pulang di jemput sopir. Memangnya Elza tidak ada di tempatmu?" tanya Sina yang mulai timbul rasa khawatir.
Sementara Alvian langsung mengantupkan bibirnya rapat. Jantungnya semakin berdegup tak karuan. Mendadak rasa takut kehilangan Elza semakin besar. Apalagi wanita itu tengah hamil, membuat rasa cemas dan khawatir dalam benaknya.
"Aku kira Ari belum menjemput Elza. Aku baru saja pulang dari luar kota dan berinisiatif menjemputnya," bohong Alvian. Ia tak ingin membuat mertuanya khawatir ataupun menaruh kekecewaan dengan kepergian Elza dari mansionnya.
Sina manggut-manggut mendengarnya."Ibu kira Elza belum pulang ke rumahmu. Kalau begitu masuk dulu ke dalam, tunggu hujan reda dulu baru kau pulang," ucap Sina.
Alvian menggeleng cepat."Sebelumnya terima kasih, Bu. Tapi aku harus pulang," balas Alvian, menolak lembut tawaran Sina.
"Ya sudah tidak apa-apa. Tapi, tolong beritahu Elza untuk segera menelpon Ibu ya, Al."
"Iya, Bu."
•
•
"Kau yakin ingin pergi ke sana?" tanya Aluna kala Elza duduk termenung di dekat jendela.
"Aku ingin menjauh dari Alvian dan jika bisa aku tidak ingin bertemu dia lagi," balas Elza menoleh menatap Aluna dengan tatapan sendunya.
Ucapan yang Riana lontarkan benar-benar membuat hatinya sangat sakit. Dan sekarang memilih pergi sejauh-jauhnya dari Alvian adalah keputusan yang tepat. Bukan karna ia menuruti ucapan Riana untuk pergi menjauh dari Alvian, tapi ia sendiri yang ingin pergi dari pria itu.
"Tapi bagaimana jika dia berhasil menemukanmu? Kau tahu, selama seseorang memiliki uang dan kekuasaan sangat mudah bagi dia mendapatkan apapun yang dia inginkan," ucap Aluna seolah mengingatkan posisi Alvian.
"Lalu aku harus bagaimana? Kau tidak akan tahu apa yang aku rasakan. Aku lelah dan tertekan jika harus tinggal bersama mereka, Lun. Aku ingin bebas dan ingin diperlakukan dengan baik bukan di hina dan direndahkan karna kekurangan ini hiks..."
Kini, tangisan wanita itu pecah. Air mata yang berusaha ia tahan kini meluruh begitu deras bersamaan dengan rasa pedih dalam dadanya. Apalagi semenjak menikah Alvian hanya menjadikan ia pelampiasan n*fsu. Pria itu tidak mencintainya, jadi buat apa ia bertahan.
Aluna menggeser badannya dan langsung memberikan pelukan pada Elza."Apapun keputusanmu, aku akan selalu mendukung. Besok aku akan mengantarkanmu ke terminal," ucap Aluna seraya mengusap punggung Elza lembut.
Elza melepaskan pelukan Aluna, mengusap kasar air mata di wajahnya."Tolong, jangan beritahu Alvian jika aku pergi ke kota itu, Lun. Aku benar-benar ingin memutuskan hubungan ini dengan cara pergi sejauh mungkin," ucap Elza menatap memohon pada Aluna.
"I-iya, aku akan merahasiakan ini," balas Aluna. Walaupun ia tak yakin akan benar-benar menjaga dan merahasiakan ini semua. Tapi demi kebaikan Elza ia akan mengusahakan nya.
___________
Hei semuanya! Terima kasih sudah mampir
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen.
See you di part selanjutnya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
nonsk2711
byk di jumpai akhir" ini novel yg ku bc...mertua jahat sm menantu smntr sang suami tdk bs berkutik krn hdp nya di bwh ketiak mm nya,tdk bs jd pelindung sang istri,mending pergi jauh" dh El cr bahagiamu sendiri drpd hdp dgn Alvian klg toxic
2023-04-10
1
eL
Pergilah elza kamu berhak untuk bahagiaa
2023-04-09
1