Tak terasa sudah hampir seminggu Elza menginap di rumah orang tuanya. Dan saat ini wanita itu tengah sibuk mempersiapkan pakaiannya yang akan di masukkan ke dalam tas karna hari ini Ia akan kembali ke rumah Alvian. Ya, walaupun ada rasa keberatan dalam benaknya kembali ke mansion mewah yang selalu menggoreskan kesedihan dalam dadanya.
Helaan napas panjang terdengar dari Elza yang memasukkan pakaian terakhir ke dalam tas. Pandangannya menyapu ke setiap sudut kamar sederhananya, dan sepertinya Ia akan merindukan kamar kecil ini.
"Sudah siap semuanya, Elza?" tanya Sina yang baru saja masuk ke dalam kamar sang putri. Wanita paruh baya itu juga membawa dua toples kue kering untuk Elza, setidaknya menjadi teman minum teh.
"Sudah, Bu," jawab Elza dengan malas-malasan. Mendadak Ia jadi lesu.
"Ini, Ibu bawakan kue kesukaan mu. Jangan lupa dimakan ya. Ibu juga sudah menyiapkan kue kering untuk mertuamu. Nanti jangan lupa di kasih kuenya dan ibu juga titip salam untuk mertuamu," ucap Sina seraya mengusap lembut lengan Elza yang tersenyum tipis.
"Pasti aku akan sangat merindukan Ibu..." lirih Elza yang direspon senyuman oleh Sina.
"Kan bisa ke sini lagi. Jangan sedih begitu." Sina mengusap pipi putrinya penuh kasih sayang. Ia memeluk Elza yang langsung membalasnya begitu erat.
"Sopir suruhan Alvian sudah menunggu di depan rumah," ucap Sina seraya melepaskan pelukannya.
Elza mengangguk dan mulai mengemasi barang-barang yang akan Ia bawa pulang ke rumah suaminya dan dibantu oleh Sina. Alvian tidak bisa menjemput sang istri, sudah dua hari pria itu keluar kota untuk mengurus perusahaan cabangnya di sana. Dan terpaksa Elza harus pulang dengan sopir pribadi.
Sopir yang sudah beberapa menit menunggu di teras rumah langsung menyambut barang-barang milik nona mudanya. Sopir yang masih muda itu segera membawa barang-barang Elza keluar dari gang dan memasukkan ke dalam mobil yang terparkir di luar gang.
"Pak..." Elza memeluk Seno yang juga membalas pelukan sang putri. Ia mengusap lembut punggung Elza.
"Jaga dirimu baik-baik di sana ya, Nak. Jika terjadi sesuatu langsung hubungi kami," ucap Seno yang dibalas anggukkan oleh Elza. Sina mengantarkan Elza sampai keluar gang menuju ke mobil.
Dengan hati-hati wanita paruh baya itu membantu Elza masuk ke dalam mobil. Kini, mobil yang Elza tumpangi sudah mulai berjalan. Elza membuka jendela kaca mobil dan menatap sang ibu yang melambaikan tangannya. Mendadak hawa panas mulai menyelimuti matanya. Ia kembali menutup kaca mobil setelah siluet Sina sudah hilang dari pandangan matanya. Andai Ia bisa mengadu, Ia tak ingin kembali ke sana. Mengingat Riana masih menetap di mansion itu. Sepanjang perjalanan Ia hanya melamun menatap gedung-gedung dan rumah yang di lewati. Pulang ke mansion seolah menjadi hal terberat.
Tak terasa mobil yang Elza tumpangi sudah memasuki area mansion. Dan mendadak perasaannya tak enak. Baru saja membuka pintu mobil dan hendak turun, terlihat para pelayan mengeluarkan semua barang-barang miliknya yang ada di kamar dan tatapan matanya mengarah pada Riana yang bersedekap dada dengan wajah angkuhnya.
"Wah, tepat sekali kau datang. Cepat bawa semua barang-barangmu dari mansion ini. Aku tidak ingin menampung menantu cacat seperti mu!" sentak Riana penuh penghinaan. Wanita paruh baya itu menendang barang milik menantunya.
Sementara Elza menatap semua barang-barang miliknya sudah berhamburan di lantai teras seperti seonggok sampai yang bertimbunan.
"Kenapa Mama mengusirku? Aku menantu di rumah ini..." liriknya serak.
"Menantu? Aku tidak pernah sudi menganggapmu menantu kecuali hanya wanita cacat rendahan!" ketusnya.
"Sudah dari jauh-jauh hari aku ingin mengusirmu dan sekarang adalah waktu yang tepat. Bawa semua barang-barang rongsokan mu itu! Kalau bisa, pergi yang jauh di mana aku dan Alvian tidak melihatmu lagi!"
Buk!
Riana melempar gumpalan baju ke wajah Elza dengan penuh kepuasan. Ia melangkah mendekat pada menantunya dengan sorot tajamnya.
"Jangan pernah menampakkan dirimu di hadapanku dan Alvian! Anggap saja Alvian sudah menceraikanmu dan memutuskan hubungan!"
Riana mendorong tubuh kurus Elza yang hampir limbung. Wanita paruh baya itu kembali melangkah masuk ke dalam mansion. Sementara Elza masih terdiam di tempat. Air mata meluruh bersamaan rasa sakit hatinya pada Riana. Dengan hati yang teramat perih Elza memunguti barang-barangnya, sedangkan para pelayan sudah kembali masuk ke dalam mansion. Sebenarnya mereka merasa iba pada Elza, namun mereka tak memiliki daya untuk menolong.
"Mari saya bantu Nona," ucap sopir muda itu yang masih berada di sana. Baru saja hendak menyentuh barang Elza, Riana kembali keluar dari mansion.
"Jangan berani-beraninya kau menolongnya atau kau kupecat!" kecam Riana melotot tajam. Sopir bernama Ari itu langsung mundur menjauh dari Elza. Ia tak ingin di pecat apalagi saat ini sangat butuh uang.
"Cepat bereskan barang rongsokan mu itu! Aku tidak ingin barang penuh kuman itu masih berserakan di sini!" bentaknya bernada tinggi.
Elza mengangkat pandangan matanya, Ia menatap Riana yang sarat akan kebencian."Aku bersumpah tidak akan pernah melupakan penghinaan ini dan lihat saja, suatu saat kau akan bersimpuh di hadapanku untuk meminta maaf. Semoga hidupmu penuh penderitaan Nyonya Riana..." ucap Elza lirih penuh emosi dan amarah yang bergejolak dalam dada.
Sementara Riana terlihat tertawa terbahak-bahak seolah mengejek sumpah yang menantunya ucapkan." Bersumpah lah sebanyak mungkin, Tuhan pun tidak akan mengabulkannya!"
Setelah puas berkata seperti itu Riana kembali masuk dan menutup pintu mansion cukup kasar hingga menciptakan suara yang keras. Elza mengusap kasar air mata yang meluruh bersamaan dengan rasa sakit di hatinya. Dengan langkah terpincang-pincang Ia memunguti barang dan pakaiannya.
Rintik-rintik hujan yang perlahan menurunkan hujan yang cukup deras dan berkabut tak membuat langkah Elza yang terseok-seok menyeret dua tasnya yang cukup berat berhenti melangkah. Tubuh wanita itu mengigil kedinginan serta wajah yang tampak pucat. Di jalanan tidak ada satu mobil pun yang lewat, kalau pun lewat tidak akan menghiraukan lambaian tangannya yang meminta tolong.
"Dingin..." gumamnya di balik bibir yang pucat yang bergemetar.
Sekilas senyuman muncul di bibir Elza kala melihat halte tempat pemberhentian bus dan taxi biasanya. Dengan langkah yang sedikit cepat Ia melangkah ke sana, setidaknya halte itu menjadi tempat berteduhnya dari terjangan hujan sampai awan berhenti menurunkan butiran air tersebut.
Wanita itu meletakkan tasnya ke atas kursi besi yang ada di sana. Ia memeras air yang meresap ke dress yang Ia kenakan sekarang dan semoga saja Ia tidak demam. Elza mendudukkan dirinya di kursi besi yang terasa dingin itu, matanya menatap ke langit hitam pekat yang terus memuntahkan air hujan yang semakin lebat
_________
Hei girl! Terima kasih sudah mampir
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen. Dan jangan lupa follow akun saya.
See you di parta selanjutnya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
nonsk2711
kuatkan hatimu Elza n pergi jauh dr khdpn suami mu n bodohnya Alvian knp msh satu rmh dgn ibu nya yg jls" sgt membenci Elza??
2023-04-05
1
Toto Suharto
kamu harus kuat elza..pergi menjauh dari alvian demi kebahagiaan kamu..ga sabar kebenaran terungkap...pengin tahu penyesalan riana...
2023-04-04
1
Nasya Princs
alvian alvian bodoh di pelihara udah tau ibumu tak suka dng elza masih di tempatin satu rumaj
2023-04-04
1