Suara langkah kaki menuruni tangga membuat perhatian semua orang yang tengah menikmati sarapan paginya langsung teralihkan. Elza dengan hati-hati menuruni tangga dengan tangan yang berpegangan pada sisi tangga. Mengingat kondisi kakinya tidak bisa berjalan dengan normal. Ia benar-benar kesusahan bila terus naik turun tangga untuk menuju ke kamarnya. Seolah Alvian sengaja memintanya untuk tidur di kamar lantai dua sedangkan di lantai bawah masih ada beberapa kamar yang kosong.
"Kakak ipar...!" pekikan suara Syilla memanggil Elza membuat semua orang yang ada di meja makan menatap gadis berusia 20 tahunan itu.
"Kemari Kak, ayo kita sarapan bersama!" ajak Syilla dengan senyuman cerahnya.
"Tidak usah!" Suara tegas Riana membuat senyuman di bibir Syilla langsung luntur dan tergantikan dengan kening berkerut.
"Memangnya kenapa, Ma? Kak Elza pasti belum sarapan pagi, biarkan dia bergabung di sini," balas Syilla kekeh ingin mengajak Elza sarapan bersama.
"Kakak tidak lapar, Syilla," sahut Elza, setelahnya meninggalkan tempat itu.
Ia harus sadar diri, karna mertuanya tidak pernah menginginkannya menjadi penantu dari keluarga Pramana. Mungkin karna kecacatan ini, mertuanya tidak menyukai dirinya dan itu memang wajar. Tidak ada orang tua manapun menginginkan anaknya berjodoh dengan wanita cacat sepertinya.
Dengan langkah terpincang-pincang dengan kaki di seret Elza meninggalkan tempat itu. Sedangkan Alvian menatap kepergian sang istri dengan pandangan yang sulit diartikan. Pria itu diam saja ketika sang mama bersikap buruk pada istrinya.
Mobil pengangkut tanaman bunga sudah sampai, Elza sibuk menyusun-nyusun tanaman bunga itu di belakang halaman toko. Meski Ia tidak bisa berjalan dengan normal, itu tidak menjadi penghalang baginya untuk melakukan aktivasi seperti ini. Ia sangat suka dengan bunga apalagi saat merangkainya menjadi sebuah buket.
Elza kembali melangkah masuk ke dalam toko. Kakinya belum melangkah masuk ke dalam toko, namun rasa pusing yang berdenyut menyerang kepalanya. Pandangannya mulai memburam dan berkunang-kunang.
Brak!
Elza jatuh terkapar di tanah dengan wajah yang begitu pucat.
"Elza...!!" pekik Aluna kala mendapati wanita itu sudah terkapar di tanah.
•
•
"Eugh..."
Suara lenguhan keluar dari bibir Elza yang perlahan membuka matanya hingga terbuka sempurna. Aroma obat-obatan langsung menyapa indra penciuman Elza yang menatap mengedar ke sekeliling ruangan yang tampak asing baginya.
"Akhirnya kau sadar," ucap Aluna yang setia duduk di samping brankar menunggu Elza siuman.
Elza menoleh pada Aluna di sampingnya."Aku kenapa?"
"Tadi kau pingsan, dan aku buru-buru membawamu ke klinik yang tidak jauh dari toko kita. Dan aku ucapkan selamat untukmu."
Kening Elza semakin berkerut bingung mendapat ucapan selamat dari Aluna.
"Maksudnya selamat apa?"
"Dokter mengatakan kalau kau sedang hamil dan usia kandunganmu sudah memasuki tiga minggu."
Badan Elza langsung menegang kaku. Shock dan bahagia bercampur jadi satu, namun kehamilan ini menjadi ketakutan tersendiri bagi Elza. Bagaimana Alvian tidak menerima kehamilannya dan malah meminta menggugurkannya?
"Elza! Kau kenapa?" sentak Aluna, membuat Elza sadar dari lamunannya.
Wanita itu menggeleng lemah."Aku tidak apa-apa."
"Kalau begitu aku akan mengantarkan mu pulang. Dokter mengatakan kau harus beristirahat jangan beraktivitas lebih dahulu apalagi kau baru saja pingsan, tubuhmu masih lemah," ucap Aluna penuh perhatian.
Elza tersenyum simpul." Terima kasih perhatiannya, Lun."
"Tidak usah berterima kasih, kita sahabat jadi harus saling membantu," balas Aluna seraya mengenggam tangan kanan Elza yang berkeringat dingin.
•
•
Elza menghela napas berat ketika sudah sampai di kediaman suaminya. Kakinya sangat berat bila harus masuk ke dalam. Sedangkan Aluna langsung pulang setelah mengantarkannya sampai gerbang mansion.
Wanita itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion, seperti biasa pelayan mondar-mandir mengerjakan tugas mereka masing-masing.
"Tidak biasanya kau pulang secepat ini?" Suara Riana membuat Elza langsung menatap ke arah mertuanya yang tengah duduk di sofa.
"Ak-aku tidak enak badan, jadi izin pulang, Ma," balas Elza dengan napas tercekat. Ia benar-benar kaku dan kikuk bila berhadapan dengan mertuanya apalagi setelah tahu Riana tidak menyukai kehadirannya sebagai menantu di rumah ini.
Lalu, apakah Riana juga tidak akan menerima anak yang Elza kandung sekarang?
Melihat sang mertua tidak merespon ucapannya lagi, Elza melangkah menuju tangga. Ia semakin hati-hati setiap menginjakkan kakinya ke anak tangga, mengingat kondisikan sekarang tengah hamil muda.
_________
Hei girl! Terima kasih sudah mampir
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Toto Suharto
semangat lanjut up nya kak...aku tungguin lho...
2023-03-17
1
nonsk2711
benar" ya Alvian ga punya perasaan,udh jln nya g normal ms kmr jg di atas hrs melewati tangga di tambah lg hamidun Elza nya,suatu saat jg Alvian bkln bucin sm Elza,knp ga minta pisah aja sih El hubungan toxic bgtu yg ada sakit hati trs yg di dpt.
2023-03-16
1
Nasya Princs
semngat elza.punya mertua kek gitu kasih makan cabe rawit ja biar makin pedes omongannya
2023-03-15
1