Dimilikku!

Elza menarik tangannya dari genggaman Haris dan menundukkan kepalanya. Raut keterkejutan masih tersisa di wajah cantiknya.

"Tapi sekarang beda, Ris. Aku sudah menikah."

Haris tersenyum getir sambil menggenggam erat kotak kecil merah itu tanpa mengalihkan tatapannya dari Elza.

"Andai kau datang lebih cepat, mungkin ada kemungkinan besar aku menerima lamaranmu tapi sekarang..." Elza menjeda ucapannya, seolah Haris paham dari sambungan kalimat yang akan Ia ucap.

"Aku paham, El. Tapi apakah kau mencintai suamimu?"

Elza mengangkat pandangannya dan menoleh ke arah pria yang ada di sampingnya."Untuk masalah itu aku tidak bisa memberitahu. Karna menurutku itu privasi."

Haris manggut-manggut, mengukir senyum tipis menutupi perasaan pedih yang tiba-tiba merambat dalam rongga dadanya.

"Semoga saja kau selalu bahagia dengan pernikahanmu, El. Beruntung dia mendapatkan wanita seperti mu," ucap Haris menyelipkan pujian untuk wanita yang beberapa tahun ini sudah menetap dalam hatinya tapi sayang sudah dimiliki oleh orang lain. Sepertinya Ia akan menjalani masa-masa yang sulit karna harus melupakan dan mengubur dalam-dalam perasaannya.

Ternyata benar, wanita lebih cepat menerima lamaran pria yang langsung membuktikannya bukan hanya sekedar janji yang entah kapan akan tertepati. Karna menunggu itu tidak semudah dibayangkan.

"Aku harap sikapmu tidak berubah setelah tahu aku sudah menikah. Aku tidak ingin hubungan kita merenggang karna sebuah perasaan," ucap Elza mewanti-wanti.

Haris terdiam sejenak, matanya masih betah menatap wajah Elza."Kau tak usah khawatir. Kita akan tetap berteman baik. Setidaknya aku sudah mengetahui semuanya dan itu sedikit meringankan beban dalam hati itu selama ini." Ia tersenyum lebar yang langsung di sambut senyuman lembut oleh Elza.

"Ini, nomor telepon dan alamat rumahku di Bandung. Jika ada waktu atau kau berlibur ke kota itu jangan lupa mampir ke rumahku. Dan sepertinya aku akan menetap di sana dan tidak akan kembali lagi ke sini."

Raut wajah Elza langsung berubah. Ia menunduk ketika Haris menarik tangannya dan meletakkan selembar kertas di telapak tangannya.

"Boleh aku memelukmu, terakhir," pinta Haris dengan wajah memohon. Elza mengangguk.

Keduanya bangkit dari tempat duduk dan dengan ragu-ragu Elza memeluk Haris yang langsung menyambutnya dengan dekapan hangat. Rasa yang sangat nyaman dan tenang Haris rasakan kala memeluk sang pujaan hati. Dan akan lebih membahagiakan jika Elza menjadi miliknya. Baru beberapa menit mereka berdua berpelukan dan tidak ada tanda-tanda Haris melepaskan pelukan itu, tiba-tiba seseorang menarik kasar lengan Elza yang memekik kesakitan dan pukulan yang sangat kuat langsung menghantam ke rahang Haris dan membuat pria itu jatuh tersungkur ke lantai.

"Haris...!!" Elza hendak mendekat ke arah pria itu, namun Alvian kembali menariknya cukup kasar.

Haris menatap pria yang kini berdiri di hadapannya dan menatap dirinya penuh kemarahan. Ia mengusap bagian rahangnya yang terasa sangat ngilu dan sakit. Sepertinya akan membekas.

"Sekali lagi kau menyentuh dan memeluk istriku, kau akan mendapatkan lebih dari ini!" ucap Alvian penuh ancaman.

Bugh!

Lagi, Haris merintih kesakitan ketika Alvian dengan tidak berperasaan menendang bagian perutnya cukup kuat. Ia menyorot tajam pada pria yang Ia yakini suami dari Elza.

"Ayo masuk!" Alvian menarik kasar pergelangan tangan Elza, menyeretnya masuk ke dalam rumah. Andai bukan karna berada di rumah mertuanya sudah habis pria itu di tangannya.

Brak!

Alvian membanting pintu cukup hingga menimbulkan suara keras dan itu membuat Sina yang tengah berada di dapur langsung melangkah menuju ke ruang tamu.

"Ada apa ini, Elza?" Sina melontarkan pertanyaan ketika sudah berada di ruang tamu. Sedangkan Elza hanya diam membisu memegangi bagian pergelangan tangannya yang terlihat memar karna cengkraman Alvian sangat kuat.

"Alvian? Bukannya kau datang ke sini siang?" ucap Sina kala mendapati menantunya.

Alvian, pria itu mengukir senyum tipis menutupi raut kemarahan dan emosi yang menggebu-gebu dalam benaknya."Hari ini jadwal ku kosong, Bu," balas Alvian seadanya.

"Ooh begitu. Ya sudah, sekarang kita sarapan bersama, Ibu sudah menyiapkan makanan untuk kalian. Tapi, Haris mana, El? Apa dia sudah pergi?"

Elza langsung melirik suaminya ketika sang ibu melontarkan pertanyaan seperti itu.

"Dia sudah pulang, Bu," alibi Elza. Kali ini Ia tak ingin memperumit masalah dan berakhir bertengkar dengan Alvian, Ia sudah lelah.

"Padahal Ibu ingin mengajak dia sarapan bersama. Tapi ya sudahlah, mungkin dia sedang ada keperluan," ucap Sina.

Sementara Elza merasa tak enak membohongi sang ibu.

"Pernikahan kalian sudah berjalan sembilan bulan, tapi ibu belum pernah bertemu mama mu, Alvian."

Ucapan Sina sontak membuat pergerakan tangan Alvian terhenti. Ia menatap mertuanya yang menunggu jawaban keluar dari mulutnya. Wajar Sina bertanya seperti itu, karna saat pernikahan Alvian dan Elza hanya Aron, ayah dari Alvian yang menghadiri dan beberapa tetangga dekat rumah.

Elza melirik sekilas pada suaminya dan kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Kalau ada waktu, aku akan mengajak mama ke sini, Bu. Dan waktu itu mama tidak bisa menghadiri pernikahan ku dan Elza karna ada urusan mendadak di luar kota." Tentu ucapan yang Alvian lontarkan hanya kebohongan belaka. Tidak mungkin Ia mengatakan yang sebenarnya.

________

Hei girl! Terima kasih sudah mampir

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen. Dan jangan lupa follow akun saya.

See you di parta selanjutnya:)

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

hehehe meskipun pernikahan mereka bukan karena cinta, namanya udh jadi suami kalo cemburu lihat istrinya dipelukan org lain ya wajar🤭

2023-04-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!