Semenjak kedatangan mertuanya ke rumah ini, Elza selalu menyiapkan bekal untuk sarapan paginya, menyantapnya saat di mobil. Karna Ia tahu, mertuanya tidak ingin satu meja dengannya. Kecacatan yang Ia miliki membuat beberapa orang menaruh rasa tak suka dan menatap rendah padanya.
Wanita itu tersenyum tipis ketika kotak bekal makanannya sudah siap dan Ia akan segera berangkat bekerja. Namun, seseorang mencengkram pergelangan tangannya, Ia mendongak menatap sosok Alvian yang kini berdiri tegap di hadapannya.
"Tidak usah bekerja hari ini, kita akan ke rumah sakit," ucap Alvian yang terdengar parau.
Elza yang mendengar itu, mendadak raut wajahnya berubah pias penuh ketakutan. Apa Alvian benar-benar ingin menggugurkan janinnya?
"Aku tidak mau!" sentak Elza, menghempaskan cekalan tangan Alvian di pergelangan tangannya.
Wanita itu mundur menjauh dari suaminya, menciptakan jarak di antara mereka berdua. Kedua tangannya memeluk erat perutnya sendiri, melindungi janin dalam kandungannya sekarang.
"Aku sudah mengatakan padamu, jika kau tidak menginginkannya biarkan aku saja yang merawat dan menjaganya. Apa sebenci itu kau padaku hingga tak menerima darah daging mu sendiri aku kandung?" ucap Elza serak, tenggorokannya terasa tercekik dengan perasaan perih yang melanda dalam benaknya saat ini.
Pelupuk mata itu kembali berair, seolah Elza tak dibiarkan untuk tak menangis hari ini. Kalau Ia tahu menikah dengan Alvian akan seperti ini, sedari awal akan Ia tolak mentah-mentah atau Ia kabur saja saat pernikahan itu akan di mulai. Ia tidak pernah minta dinikahi tapi kedua orang tuanya yang meminta pertanggung jawaban seperti ini yang akhirnya menjadi masalah dalam hidupnya.
Alvian menatap datar pada Elza dengan sorot mata yang dingin, dan tak menggubris ucapan baru saja dilontarkan wanita itu. Tangannya kembali terulur menarik pergelangan tangan sang istri yang memberontak.
Elza memekik kesakitan mengikuti langkah lebar suaminya. Kondisi kakinya yang cacat membuat Ia sangat sulit menyamakan langkah kakinya dengan Alvian.
"Pelan-pelan sakit..." ucap Elza disertai rintihan kesakitan.
Alvian menghentikan langkah kakinya, berbalik badan menatap Elza yang memegangi kaki kanannya. Wanita itu menatap sekilas pada suaminya dan kembali memegangi kaki kanannya, tepat dibagian pergelangan kakinya yang patah.
"Sangat menyusahkan," desis Alvian tanpa mengalihkan tatapan matanya dari Elza.
Tanpa aba-aba pria itu merengkuh dan menggendong badan kurus Elza yang refleks mengalungkan kedua tangannya pada leher Alvian. Bibirnya hampir bersentuhan dengan wajah suaminya.
•
•
"Bagaimana kondisi kandungannya?" tanya Alvian ketika sudah berada di sebuah rumah sakit dan Elza sudah selesai di periksa oleh dokter spesialis kandungan.
"Kondisi kandungannya baik-baik saja termasuk ibunya," ucap dokter Fira, menatap sekilas pada Elza."Hanya saja istri anda tidak boleh terlalu banyak beraktivitas karna itu akan berpengaruh pada kandungannya."
Alvian manggut-manggut mendengar penjelasan dokter Fira. Sementara Elza hanya menundukkan kepalanya dengan kebingungan yang melanda. Ia kira suaminya akan benar-benar memintanya melakukan aborsi dan ternyata tidak. Ada kelegaan dalam benak Elza, semua yang Ia pikirkan tentang hal buruk Alvian ternyata tidak benar.
"Apa saya masih bisa berhubungan intim dengan istri?"
Mata Elza melotot kaget dan langsung menatap ke arah Alvian yang terlihat santai mengatakan hal sensitif tersebut.
Dokter Fira tersenyum penuh arti mendengar pertanyaan Alvian."Tentu boleh, asalkan jangan terlalu sering melakukannya, karna sedikit beresiko bila terlalu sering berhubungan intim untuk wanita yang sedang hamil muda."
Sedangkan saat ini wajah Elza merah padam, apalagi saat dokter Fira tersenyum ke arahnya. Pertanyaan yang Alvian ucapan dengan kalimat frontalnya berhasil membuat Ia sangat malu setengah mati. Sementara raut wajah Alvian langsung berubah mendengar penjelasan dokter wanita itu.
Setelah pemeriksaan selesai, Alvian langsung mengajak Elza untuk kembali pulang ke rumah. Saat masuk ke dalam mobil, pria itu dengan sengaja membanting pintu mobil sangat kuat dan itu membuat Elza yang sudah berada dalam mobil terperanjat kaget.
"Gara-gara janin ini, aku tidak bisa menjamahmu setiap hari. Dia belum lahir tapi sudah menyusahkan!" gerutu Alvian menatap sinis pada wanita di sampingnya..
Diam-diam senyuman tersungging di bibir Elza, senyuman yang tersirat kebahagiaan di dalamnya. Setidaknya selama mengandung Ia tidak melayani Alvian di ranjang. Namun, raut wajah Elza berubah murung, ada kesedihan yang timbul dalam benaknya. Apakah Alvian hanya menganggapnya tempat pelampiasan hasrat saja?
Alvian melirik ke arah Elza yang tiba-tiba diam seperti patung dengan raut wajah yang dibalut kesedihan. Apa ucapannya tapi sudah keterlaluan? Tapi untuk apa Ia memikirkan perasaan Elza.
Alvian menepis rasa bersalah dan kasihan yang tiba-tiba muncul dalam benaknya pada sang istri.
•
•
"Akhirnya kakak ipar datang...!" pekik Syilla, menyambut girang kepulangan Elza dari rumah sakit.
Dari semua keluarga Alvian, hanya Syilla yang bersikap baik pada Elza. Menganggap wanita itu seperti kakak kandungnya.
"Kakak tadi dari mana saja? Aku sampai mencari kakak ke toko bunga," ucap Syilla.
Elza melirik Alvian di sampingnya sebelum menjawab pertanyaan dari adik iparnya.
"Tadi kakak___"
"Itu bukan urusanmu!" ketus Alvian menyahut ucapan Syilla yang langsung memasang wajah jengkelnya pada sang kakak.
Gadis itu mendengus kesal menatap Alvian dan kembali merotasikan pandangannya pada Elza.
"Malam ini aku ingin mengajak Kakak ke pesta ulang tahun kak Rey. Aku tidak memiliki teman ke sana," ucap Syilla menatap memohon pada Elza yang tampak bimbang menerima tawaran adik iparnya. Sebenarnya Ia senang mendapatkan ajakkan tersebut, tapi apakah Alvian akan mengizinkannya.
"Tidak perlu mengajaknya, apa kau ingin mempermalukan ku!"
Lagi-lagi, Alvian menyahuti ucapan Syilla dengan ucapan pedasnya. Karna Ia juga akan menghadiri acara pesta tersebut dan tidak ingin Elza ikut ke sana.
"Kakak ini kenapa marah-marah terus?! Kakak Elza juga ikut bersamaku bukan dengan kakak!" sahut Syilla tak kalah ketus.
Sedangkan Elza langsung menatap ke arah kakinya. Sepertinya yang diucapkan Alvian memang benar, Ia tidak usah menghadiri acara pesta itu bila pada akhirnya mempermalukan suaminya.
_____________
Hei girl! Terima kasih sudah mampir
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan like dan komen
See you di part selanjutnya:)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
nonsk2711
klo mng kecacatan Elza bs di operasi knp tdk Vian scr km kan byk duit?? skdr saran aja ya thor knp Elza ga di bikin pergi aja biar Alvian mrs kehilangan
2023-03-19
0
Toto Suharto
gengsi digedein aja trs alvian..padahal selalu butuh elza..nanti kalau elza hatinya udah kecewa bercampur benci baru tahu rasa
2023-03-18
1
Nasya Princs
bikin elza oergi aja deh. biar alvian sadar kalau dia sudah cinta sama elza cuman masih gengsi karna cacat.kamu kan berduit vian kenapa gak oprasi aja sih biar gak cacat kek gitu
2023-03-18
1