Dua pria berbadan tegap berdiri di depan pintu ruang kerja Kayla, mengenakan setelan gelap khas pengawal pribadi. Sorot mata mereka tajam, mengunci pandangan pada Kayla dan Moana yang baru saja membuka pintu. Tidak ada senyum, tidak ada basa-basi, hanya tatapan dingin yang cukup membuat udara di sekitarnya menegang. Kayla menegakkan tubuhnya, berusaha tampak tenang, meski ada getaran halus di ujung jarinya. Ia tahu, kedatangan mereka bukan untuk hal sepele.
"Maafkan kami telah mengganggu waktu kerja Anda, Nona. Kami kesini karena diperintahkan oleh Tuan kami untuk membawa wanita yang berada dibelakang Anda agar ikut bersama kami." ucap salah satu anak buah Keandra yang datang untuk membawa Moana pergi menghadap Keandra. Sesuai atas perintah Keandra tadi.
"Tunggu, kalian--"
"Benar Nona, kami adalah anak buah Tuan Keandra. Pemilik dari perusahaan ini."
"Tapi tunggu, mengapa Tuan Keandra ingin kalian membawa sahabatku menghadapnya?"
"Siapa Keandra? Kayla." bisik Moana bertanya.
"Dia adalah presdir kita, Keandra Narendra Galaxy pemilik dari perusahaan Galaxy Group ini, Moana. Kau harus mengingat namanya itu." jawab Kayla berbisik balik.
"Bolehkah aku tau mengapa Tuan presdir ingin bertemu denganku?" Moana memberanikan diri untuk bertanya pada anak buah Keandra yang datang atas perintah Keandra untuk membawanya itu.
"Maafkan kami Nona, karena kami tidak tahu mengapa Tuan Keandra ingin kami membawa Anda padanya. Sebaiknya Anda mengikuti kami saja terlebih dahulu."
"Bolehkah sahabatku ikut denganku untuk menemaniku?"
"Nona, sebaiknya Anda segera ikut kami atau jika tidak Anda akan kami bawa secara paksa, masalah sahabat Anda kami tidak menerima perintah bahwa kami harus membawa sahabat Anda juga, mohon kerja samanya Nona." jelasnya pada Moana.
"Baiklah..."
"Moana dengarkan aku," ujar Kayla. "Ruangan presdir itu tidak sembarangan orang dapat masuk. Kau adalah satu-satunya wanita yang bisa masuk kedalam ruang presdir, ingatlah bahwa kau berada di kantor saat ini. Jadi jangan takut jika kau bertemu dengan pria brengsek itu, jika kau bertemu dengannya kau bisa berteriak dan meminta pertolongan dari sekitar. Semua karyawan disini pasti akan pergi membantu dirimu..." Kayla berkata seperti itu agar Moana tidak ketakutan dan mengingat kembali pria semalam yang sudah menyetubuhi dirinya, walaupun sepertinya mustahil untuk Moana melupakan kejadian semalam, dan tidak merasa takut ketika tak sengaja berpapasan lagi
Moana mengangguk, memberikan dokumen yang ia bawa tadi. Setelahnya mulai mengikuti langkah keempat kaki anak buah Keandra itu.
"Mengapa firasatku tidak enak... bagaimana rupa wajah Tuan Keandra sebenarnya? Mengapa ia tiba-tiba memanggil diriku ke ruangannya, mungkinkah aku akan di pecat? Tapi apa kesalahanku hingga ia harus memecat diriku." batin Moana, bertarung hebat dengan isi kepalanya ini, merasa aneh karena tiba-tiba di panggil oleh atasannya yang tak pernah sama sekali ia lihat.
*****
Ruangan Keandra
"Tuan."
"Kalian berdua pergilah" titah Keandra dengan posisi yang membelakangi Moana dan kedua anak buahnya. Keandra tersenyum ketika merasakan bahwa Moana ada di belakangnya saat ini, ia bisa menebak itu karena wangi parfum yang Moana gunakan. Keandra menyukai aroma tubuh Moana yang sangat tajam menyentuh indera penciumannya.
"Adam kau keluarlah," pinta Keandra lagi, tapi pada sahabatnya Adam saat ini. "Baiklah" balas Adam dengan cepat tanpa bertele-tele, ia langsung pergi dari ruangan Keandra, meninggalkan Keandra dan Moana berdua saja.
Punggung kursi kebesaran atasannya itu terlihat tegap di hadapannya, membelakangi dirinya. Ada sesuatu dalam aura kehadiran orang itu yang membuat napasnya tercekat, membuat tengkuknya dingin seketika. Moana menelan saliva nya, gugup, tanpa tahu alasan pasti. Detak jantungnya mulai tak beraturan. Tapi begitu pria itu perlahan berbalik dan menampakkan wajahnya dunia Moana seolah membeku. Keandra.
"Moana Xaviera, umur 21 tahun. Tinggal di alamat *** dan mempunyai sahabat bernama Kayla Isvara, kalian berdua bekerja di perusahaan anak cabang Galaxy Group dengan menjabat sebagai Staf biasa dan kepala HDR pada beberapa tahun lalu. Kau lulusan dari universitas luar negeri yang terkenal bernama ***, tidak memiliki siapapun lagi di dunia ini selain sahabatmu. Menarik..."
Deghhh
Moana yang melihat wajah Keandra pun seketika terkejut setengah mati, itu berhasil membuatnya seketika memundurkan langkah kaki dan tubuhnya secara bersamaan, kebelakang dengan cepat. Jantungnya mendadak terasa sesak, bahkan saat ini tubuhnya mulai lemas. Keandra presdir perusahaan tempatnya bekerja ternyata adalah pria semalam yang berhasil merusaknya. Apa-apaan dunia ini mempermainkan nya...
"Kau..." Moana panik, berusaha tetap tenang. Bayang-bayang Keandra yang memaksanya semalam masih tercetak jelas dalam benaknya itu. Kedua tangannya mengepal sampurna, ia menahan dirinya untuk tidak menangis dan juga marah.
"Kau takut denganku?" tanya Keandra, menaikkan salah satu alisnya sambil menatap wajah Moana dengan tatapan datar, karena Moana terus memundurkan langkah kakinya itu.
"Tolong lepaskan aku... Tuan."
"Mengapa kau takut denganku?" Keandra bangkit dari kursi kebesarannya, melangkahkan kakinya dengan cepat menuju Moana yang semakin kebelakang.
Keandra sudah tidak tahan untuk tidak mendekat kearah Moana yang saat ini begitu amat ketakutan. Keandra ingin memeluknya, menenangkannya, dan membisikkan kata-kata lembut agar Moana tidak takut dengannya. Namun Moana terus memundurkan langkahnya itu, ketika Keandra sudah berada di hadapannya. Moana berniat untuk kabur dan keluar dengan segera dari ruangannya, namun sayangnya pintu ruangan Keandra itu membutuhkan remote control dan membutuhkan sidik jari agar dapat terbuka dengan mudah.
"Aku ingin keluar." lirih Moana berusaha keras membuka gagang pintu ruangan Keandra, tapi tetap saja hasilnya sama, tidak terbuka dan masih tertutup dengan rapat.
"Moana." panggil Keandra lembut.
"Tidak! Jangan mendekat Tuan," pinta Moana penuh ketakutan. "Maafkan saya, saya ingin pulang. Tolong keluarkan saya dan bukakan pintunya, saya mohon. Tuan!"
Keandra menatap tubuh Moana yang gemetar di hadapannya, dan hatinya terasa terhimpit rasa bersalah yang tak terbendung. Wajah Moana pucat, matanya dipenuhi ketakutan yang seharusnya tak pernah ia rasakan, terlebih darinya. Tanpa berpikir panjang, Keandra meraih tubuh mungil itu dan memeluknya erat, seolah ingin melindunginya dari dunia, atau mungkin dari dirinya sendiri. "Maafkan aku..." bisiknya lirih, suara yang pecah tertahan di tenggorokannya. Moana tidak membalas pelukan itu, tapi tubuhnya sedikit melemas di dalam dekapan Keandra. Ia tetap menggigil, namun pelan-pelan, Keandra mengusap punggungnya lembut, mencoba menenangkan badai yang ia ciptakan sendiri.
Keandra tidak memperdulikan tangisan dan teriakan penolakan yang Moana berikan padanya, Keandra justru mempererat pelukannya pada Moana agar Moana tenang.
"Tidak lepaskan saya Tuan! Lepaskan saya." teriak Moana, sekeras mungkin merasa terkejut akan perlakuan Keandra yang tiba-tiba saja memeluk tubuhnya begitu erat.
"Jangan takut! Aku tidak akan menyakitimu. Sungguh, Moana..." bisik Keandra lembut, dan setenang mungkin. Hingga membuat Moana yang tadinya memberontak, seketika berhenti memberontak. Akan tetapi ketakutannya pada Keandra masih tetap ada.
"Jangan takut."
"Jangan lakukan hal itu lagi, Tuan. Anda menyakiti saya, jangan lakukan itu lagi."
"Tenanglah, aku tidak akan menyakitimu. Jangan takut! Aku benar-benar tidak akan menyakitimu."
Jika Adam dan Nathaniel saat ini berada di hadapan Keandra dan mendengar perkataan atau tutur kata lembut Keandra barusan, mungkin saja keduanya sudah tercengang dan merasa tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari bibir Keandra.
Selama ini Keandra memang tidak pernah berkata lembut seperti tadi ia berkata pada Moana, hanya Moana yang berhasil mendapatkan kelembutan dari Keandra barusan, setelah kedua orang tuanya tiada, Keandra menjadi kasar dan kejam. Tidak takut dengan apapun dan siapapun, dan tidak pernah berbicara lembut pada siapapun. Tapi barusan? Karena Moana...yaaa hanya Moana yang bisa mendapatkan kelembutan dari Keandra barusan.
"Ba-bagaimana jika..."
"Shutttt. Tenanglah... Aku berjanji bahwa aku tidak akan menyakitimu. Berhenti merasa takut denganku, tenangkan lah dirimu." tutur Keandra.
Moana yang mendengar hal tersebut menjadi diam dan berhenti memberontak dan menangis, hanya masih terdengar suara isakan kecil dari dirinya. Tapi untuk menangis ia sudah berhenti, bahkan kini tubuhnya mulai berhenti bergetar ketakutan setelah mendengar ucapan lembut yang keluar dari bibir Keandra.
"Sudah tenang? Kemari dan duduklah, jangan takut Moana. Sungguh aku takkan melakukan apapun disini." Keandra menarik pelan tangan Moana, membimbing Moana menuju sofa yang berada di dalam ruangannya itu. Agar Moana bisa duduk dan tenang.
Keandra hanya ingin berbicara.
"Apa yang anda inginkan, Tuan?"
"Aku ingin membahas masalah kemari malam, tenanglah! Dengarkan aku dahulu sebelum kau takut padaku."
"Itu... lupakan saja Tuan, anggaplah bahwa semalam hanya sebuah kecelakaan kecil. Saya tahu Anda juga tidak sadarkan diri semalam bukan? Jadi Tuan... tolong lupakan saja dan jangan membahasnya lagi."
"Setelah takut melihatku, kau malah memintaku untuk melupakannya. Itu konyol Moana," ujarnya terkekeh kecil. "Moana, mungkin bagimu itu masalah kecil, namun bagiku itu besar! Aku tau bahwa semalam aku telah mengambil sesuatu yang sudah kau jaga selama ini, dan aku menyadari hal itu. Maka dari itu aku memutuskan untuk mengembalikannya padamu." jelas Keandra.
"Mengembalikan? Apa bisa..." Dengan polosnya Moana bertanya apakah memang bisa mengembalikan apa yang sudah hilang dari dirinya itu, sesungguhnya ia benar-benar tak tahu apapun.
"Jangan mencari kebohongan di mataku, karena aku tidak pernah berbohong di setiap ucapanku." tegas Keandra dingin hingga mampu menyadarkan Moana yang melamun sambil menatap kedua matanya seakan menjadi kebohongan dari dirinya.
"Bagaimana caranya?"
"Itu mudah."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Uthie
menarik 👍
2024-02-03
0