Cermin besar di kamar memantulkan bayangan dua wanita muda yang tengah berhias dalam keheningan yang akrab. Moana duduk di depan meja rias, wajahnya tenang tapi matanya sedikit gelisah. Di belakangnya, Kayla berdiri dengan concealer di tangan, jarinya ringan menyentuh leher sahabatnya menyamarkan bekas kemerahan yang tertinggal dari malam sebelumnya. "Dia keterlaluan," gumam Kayla pelan, nyaris seperti protes. Moana tak menjawab, hanya menatap bayangannya sendiri dengan bibir terkatup rapat. Sentuhan Kayla lembut, tapi sorot matanya tajam, seolah berusaha menghapus bukan hanya jejak di kulit, tapi juga luka yang diam-diam tertinggal di hati sahabatnya.
"Apa benar-benar sudah tertutup semua, Kayla?"
"Kau tenang saja Moana, ini akan benar-benar menutupi semua jejak-jejak binatang itu. Jangan takut jika nanti lehermu terkena air, oke... karena pada dasarnya aku sudah membuat ini tahan air, tapi ada kelemahannya" jelas Kayla meyakinkan Moana.
"Apa itu?"
"Jika sudah 3 jam maka ini akan luntur dengan sendirinya, maka dari itu jangan biarkan ia luntur sampai kau kembali pulang ke rumah. Kau mengerti bukan? Kau harus ingat Moana, bahwa hari ini Tuan besar pemilik perusahaan akan datang mengunjungi perusahan kita, jangan sampai kau melupakan itu." Ingat Kayla, pada sahabatnya yang mana suka lupa akan sesuatu berbaur hal penting.
"Baiklah, terimakasih sudah mengingatkan diriku." ucap Moana tersenyum manis membalas Kayla.
"Ini sudah selesai, baiklah mari kita berangkat sebelum terlambat. Ayo Moana." Moana mengangguk, kemudian mengambil tas kecilnya bersamaan dengan Kayla. Dan setelahnya merekapun pergi untuk bekerja bersama.
Moana dan Kayla memang satu perusahaan dalam bekerja, tetapi dalam bidang pekerjaan nya mereka memiliki tugas yang berbeda, bahkan jabatan mereka juga berbeda. Jika Kayla menjabat sebagai kepala HRD maka Moana hanya menjabat sebagai staf biasa di perusahaan anak cabang Galaxy Group. Yaa... Galaxy Group perusahan milik Keandra. Keandra Narendra Galaxy.
Moana tidak mengenali Keandra karena memang pada dasarnya selama ini ia tidak pernah melihat langsung pemilik asli perusahaan yang ia tempatkan untuk mencari nafkah tersebut, dan lagi. Keandra juga belum pernah menunjukkan wajahnya dihadapan karyawan anak cabang perusahannya tanpa terkecuali perusahan pusat nya yaitu Galaxy Group. Jadi tidak heran jika pada malam tadi, Keandra dan Moana sama-sama tidak saling mengenali antara Tuan dan karyawan.
"Haaaahh..."
Setelah sampai perusahaan yang jaraknya memang tak jauh dari rumah Moana, keduanya langsung berpisah dan langsung bekerja sesuai pekerjaan masing-masing. Sesampainya Moana pada meja kerjanya, ia langsung sibuk mengerjakan tumpukan kertas yang terdapat di mejanya, tapi setelahnya ia terdiam dan entah mengapa dan entah karena apa Moana tiba-tiba saja menghela nafasnya begitu dalam, Moana bukan tidak sedih telah kehilangan mahkota hidupnya. Hanya saja ia lebih menutupi kesedihannya itu lewat tersenyum, karena jika ia terlihat sedih maka sahabatnya itu juga akan ikut merasa sedih seperti yang ia rasakan nantinya, jadi lebih baik ia terlihat baik-baik saja untuk menutupi kesedihannya itu dari pada ia harus mengutarakan kesedihannya.
"Masa depanku telah hancur, tak ada lagi yang harus aku banggakan pada diriku sendiri! Aku harus bagaimana kedepannya nanti..." lirih Moana pelan.
"Moana." Panggil seseorang, mengejutkan Moana yang sedikit melamun itu.
"Ah iya? Ada apa..."
"Bisa kau bantu aku mengantarkan dokumen ini pada kepala HRD? Bu Kayla... hari ini tugasku ternyata sangat banyak dari biasanya, boleh aku meminta bantuanmu? Aku lihat kau seperti tidak terlalu sibuk." tanya rekan kerja Moana, dengan sopan.
"Oh baiklah, aku akan membantumu. Kau benar, tugasku sedang tidak banyak hari ini, berikan dokumen itu padaku." balas Moana, tersenyum manis pada rekan kerjanya karena merasa senang membantu rekan kerjanya.
"Terimakasih, Moana. Kau memang sangat baik."
"Ya, sama-sama."
Setelah menerima dokumen tersebut, Moana dengan cepat pergi menuju ke ruangan Kayla karena memang dokumen tersebut akan dibutuhkan oleh Kayla nantinya segera mungkin. Hingga di pertengahan jalan menuju ruangan Kayla, tiba-tiba Moana tak sengaja menabrak dada bidang seseorang, itu membuatnya hampir terjatuh namun dokumen penting yang ia genggam tadi telah terjatuh dengan cepat. Moana terlalu asik melamun ketika berjalan hingga tak sadar bahwa ia telah menabrak seseorang yang ada di hadapannya, hal hasil iapun menabrak seseorang secara tak sengaja.
"Ah maaf, maafkan saya Tuan."
"Maaf sekali lagi, saya tidak hati-hati sehingga saya menabr--"
Deghhh
Napasnya tercekat. Di hadapannya, berdiri sosok yang paling ingin ia hindari, Keandra. Tatapan pria itu tenang, seolah malam tadi tak pernah terjadi. Sementara Moana? Tubuhnya menegang, jari-jarinya mengepal tanpa sadar. Rasa malu, marah, dan bingung berbaur menjadi satu, menghantam dadanya dengan keras. Lidahnya kelu, mulutnya nyaris terbuka untuk bicara, tapi tak ada kata yang berhasil keluar. Ia hanya menatap Keandra, mata yang semalam sempat membuatnya runtuh, kini membuatnya ingin lari sejauh mungkin.
Wangi tubuh, postur tubuh, tatapan tajam, dan aura dingin yang mengintimidasi menyelimuti dirinya. Ketika Moana meminta maaf sambil terburu-buru membereskan kembali dokumen yang terjatuh di lantai tadi, Moana pun dibuat diam mematung setelah melihat siapa yang ia tabrak barusan selepas merapihkan dokumen yang berserakan tadi. Tubuh Moana tidak dapat bergerak, jantungnya bahkan seketika berhenti sejenak, dan nafasnya menjadi tak beraturan.
"Pria ini..." lirih Moana.
"Nona, apa Anda baik-baik saja?" Adam pun bertanya pada Moana karena melihat Moana bergetar tiba-tiba setelah melihat Keandra. Ia bingung, tapi jauh lebih kebingungan setelah melihat respon Keandra yang menyeringai kecil dan terlihat samar barusan.
"Saya permisi, Tuan..." Moana yang gugup langsung segera mungkin pergi begitu cepat meninggalkan Keandra serta Adam, Keandra melihat jelas dari tatapan tajamnya bahwa kepergian Moana diiringi air matanya, bahkan terlihat jelas bahwa wanita itu menghindarinya.
"Bawa ia padaku" titah Keandra, pada anak buahnya dengan wajah tak berekspresi.
"Baik, Tuan."
"Kita bertemu lagi, sayang." batin Keandra.
*****
Pintu ruang kerja Kayla terbuka dengan kasar, hampir terbanting. Moana masuk begitu saja, napasnya memburu dan rambutnya berantakan, sebagian menempel di wajah yang basah oleh keringat dan entah itu air mata atau sisa ketegangan yang belum reda. Matanya liar, gelisah, seolah baru lari dari sesuatu yang menghantuinya. "Moana?" suara Kayla nyaris tak terdengar, terkejut melihat sahabatnya dalam keadaan kacau seperti itu. Moana tidak menjawab. Ia berdiri di tengah ruangan, tubuhnya gemetar, tangannya meremas kain bajunya sendiri, dan pandangannya kosong tapi penuh ketakutan. Tatapannya sesekali melirik ke belakang, seakan bayangan Keandra masih membuntutinya.
"Tidak mungkin."
"Moana ada apa? Mengapa kau terlihat takut hingga bergetar seperti ini. Moana ada apa denganmu, tolong jawab aku. Mengapa kau datang dengan menangis? Katakan padaku siapa yang membuatmu ketakutan seperti ini." panik Kayla hingga melontarkan begitu banyaknya pertanyaan pada Moana.
"Kayla... dia, berada disini." Kayla menarik Moana kedalam dekapannya, setelah melihat raut wajah ketakutan Moana. Ia tak mengerti apa yang telah terjadi, namun sebisa mungkin ia memutar otaknya untuk mencerna setiap kata yang Moana keluarkan.
Moana memeluk erat tubuh Kayla, tak berniat untuk dilepaskan. Ia benar-benar takut akan Keandra. Ia teringat kejadian semalam bagaimana Keandra memaksanya dan mengancamnya.
"Siapa? Siapa yang ada disini... Moana?"
"Pria malam itu... dia ada disini, Kayla. Ba--barusan aku tak senga-ja menabraknya. Kayla ak--" ujarnya terbata.
"Dimana dia? Katakan padaku dimana kau bertemu dengannya?! Biarkan aku bertemu dengannya." Marah Kayla seketika emosi dalam jiwanya menyelimuti.
"Tidak! Kayla... jangan tinggalkan aku... ak-aku.. aku takut. Ba--bagaimana, bagaimana jika ia datang padaku klau kembali mengancam ku? Jika kau tidak ada disisku, mungkin saja... mungkin saja ia--"
"Aku ada bersamamu, Moana. jangan takut! Biarkan aku bertemu dengan pria brengsek itu, bagaimana pun juga kau telah di lecehkan olehnya! Maka ia harus bertanggung jawab atas dirimu Moana."
"Tidak! Kayla--"
Suara ketukan di pintu membuat mereka berdua tersentak. Kayla spontan menoleh, sementara Moana membeku di tempatnya, jantungnya langsung berpacu tak karuan. Suasana yang semula berisik berubah sunyi dan tegang dalam sekejap. Mereka saling menatap tak perlu kata-kata, karena ketukan itu cukup untuk memunculkan berbagai nama di dalam benak mereka. Bertanya-tanya siapa yang datang dan mengetuk pintu saat ini.
"Dengarkan aku! Moana," kata Kayla memegang kedua bahu Moana. "Bangkitlah dan hapus air matamu, jangan terlihat lemah hadapan orang lain selain diriku. Kau dengar barusan ada seseorang yang datang bukan? Jadi bersikap lah bahwa kau baik-baik saja." bisik Kayla pelan, membantu menyeka air mata Moana yang sempat jatuh diatas pipinya.
Setelah Moana sedikit lebih tenang dan tak menangis kembali, Kayla kemudian membuka pintu ruangannya. Terdapat seseorang di depan pintu masuk ruangan miliknya itu yang kian menunggu dirinya. Bukan satu orang, namun terdapat dua.
"Siapa kalian?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments