Air hangat mengguyur tubuh Moana, mengalir deras dari shower yang tak henti-hentinya memukul kulitnya. Ia menggosok tubuhnya dengan keras, seolah ingin menghapus sesuatu yang tak terlihat rasa jijik, marah, dan perasaan tak berdaya yang melekat erat. Setiap tarikan napasnya berat, setiap gerakan tangannya kasar dan terburu-buru. Tapi tak peduli seberapa keras ia menyeka, perasaan itu tetap tertinggal, mengendap dalam dada yang mulai terasa sesak. Shower terus menyala, tapi bukan untuk membersihkan tubuhnya, melainkan mencoba meredam luka yang tak terlihat.
"Mengapa ini tidak bisa hilang! Menjijikkan. Mengapa aku sangat lemah hingga tak mampu untuk memberontak dari pria itu..."
Moana membisu, rahangnya mengeras, matanya merah namun tetap menolak membiarkan air mata jatuh begitu saja. Tangannya terus menggosok kasar tubuhnya, gemetar menahan amarah yang mendidih dan kesedihan yang menyayat. Isak tangisnya tertahan di tenggorokan, bergetar, nyaris meledak namun ia paksa diam. Ia tidak ingin terlihat rapuh, bahkan saat tak ada seorang pun yang melihat. Di bawah guyuran air itu, ia bertarung dengan amarah, dengan luka, dan dengan dirinya sendiri.
"MENGAPA TIDAK BISA HILANG!!" teriak Moana penuh frustasi, menahan isak tangis dimana ia kini tengah berusaha keras menghilangkan jejak yang di ciptakan oleh Keandra, namun jejak tersebut tak kunjung menghilang juga.
"Moana." panggil Kayla, dari luar pintu kamar mandinya. Dengan suara penuh kekhwatiran karena tak kunjung mendapat balasan dari Moana yang berada di dalam.
"Moana apa kau berada di dalam? Tolong jawab suaraku." Moana panik, kemudian ia buru-buru menyelesaikan mandinya.
Sedangkan disisi Kayla, ia terus bergumam dan bertanya-tanya apa yang Moana lakukan dan apa yang telah terjadi. "Mengapa Moana tidak menjawab ku?"
"Moana?"
"I--iyaaa Kayla... aku sedang mandi, tunggu aku sebentar lagi aku akan keluar dengan segera." jawab Moana dengan sedikit berteriak dari dalam kamar mandi.
"Ohhh baiklah..."
"Syukurlah kau baik-baik saja, Moana cepatlah... aku menunggumu. Kau baik-baik saja bukan?"
Moana tidak menjawab pertanyaannya. Tapi Kayla tidak memperdulikan itu, ia berfikir mungkin Moana baik-baik saja dan tadi tidak mendengar pertanyaan terakhir darinya karena suara air yang begitu keras masih bisa dia dengar. Walaupun nyatanya Moana mendengar pertanyaannya itu.
"Ahh sudahlah... mungkin shower nya terlalu keras hingga membuat Moana tidak mendengar pertanyaanku, sebaiknya aku membantunya untuk memilih pakaian yang akan ia kenakan saja, untuk bekerja hari ini" ujar Kayla tersenyum kecil.
Beberapa menit kemudian....
Pintu kamar mandi Moana pun akhirnya terbuka, kemudian menampakkan wajah Moana yang lembab seperti habis menangis. Sekaligus menampakkan tubuhnya yang sangat merah itu.
"Kau sud--" Kayla hendak bertanya namun kemudian di urungkan setelah melihat bagaimana kondisi Moana saat ini, tubuh yang memerah, banyaknya kiss mark, dan mata yang sembab. Ia tau telah terjadi sesuatu pada Moana saat ini.
"Aku sudah selesai, tunggulah aku sebentar lagi. Setelah itu kita baru akan berangkat bekerja bersama." Moana tersenyum manis seolah menutupi kesedihannya dengan keras tentang apa yang telah terjadi padanya dari Kayla, namun Kayla tidak bodoh! Kayla tak bisa dibodohi, Kayla tau apa yang telah terjadi. Namun ia masih tidak bergeming sedikitpun saat ini sebab matanya masih tertuju pada tiap-tiap bagian tubuh Moana. Bahkan dari cara jalan Moana pun berbeda dan Kayla bertambah yakin dengan pemikirannya saat ini.
"Siapa yang melakukan semua ini padamu?!"
"Ak--aku akan memakai pakaianku sekarang, bisa kau menunggu aku di luar kamarku sebentar kan, Kayla?" Moana gelagapan ketika Kayla benar-benar menyadari perubahan dirinya.
"Katakan padaku. Moana!"
"Kayla aku ingin menggunakan pakaianku, kau sebaiknya tung--"
"MOANA!" bentak Kayla, menitikkan air matanya setelah melihat tingkah Moana yang kian menahan tangisnya sebisa mungkin dari dirinya.
Ia benci keadaan Moana seperti ini.
Ia terluka melihatnya dan sangat membenci melihatnya, tapi bukan Moana yang ia benci. Melainkan dirinya sendiri dan seseorang yang telah lancang mengotori Moana.
Moana akhirnya tak mampu lagi menahan semuanya. Bahunya bergetar, dan air mata yang sejak tadi ditahannya luruh begitu saja. Di hadapan Kayla, topeng kuat yang selama ini ia pakai runtuh dalam sekejap. "Maafkan aku, Kayla..." suaranya pecah, nyaris tak terdengar. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya di kedua telapak tangan, tapi tangisnya tetap terdengar jelas. Kayla tak berkata apa-apa, hanya mendekapnya erat memberi ruang bagi Moana untuk hancur sejenak tanpa takut dihakimi.
"Maafkan aku.. Ini semua terjadi begitu saja, ak-aku..."
"Moana." lirih Kayla.
Air mata Moana mengalir begitu deras, dan Kayla hanya bisa terpaku hatinya mencengkeram pelan, seolah ikut hancur bersama setiap isakan sahabatnya. Ia menggigit bibir, menahan emosi yang ikut membuncah, tapi tak mampu. Matanya mulai basah, dan dalam diam, air matanya jatuh juga. Bukan karena lemah, tapi karena melihat seseorang sekuat Moana akhirnya roboh di hadapannya. Kayla menarik Moana ke dalam pelukannya, dengan erat, seakan ingin memeluk semua luka yang tak bisa ia sembuhkan. "Maafkan aku, seharusnya aku biz melindungi mu, Moana." bisiknya lirih, suara yang ikut bergetar bersama tangisnya.
"Tolong jangan memelukku terlalu lama Kayla... aku kotor, sangat kotor dan kau tak pantas memelukku yang motor ini. Pria itu memaksaku, ia mengancam ku dan aku tidak bisa melawannya..."
"Tidak! Tidak... jangan berkata seperti itu. Jangan berbicara lagi Moana" Kayla menggelengkan kepalanya karena merasa tidak setuju dengan apa yang dibicarakan oleh Moana barusan.
Moana sangat malu ketika sahabatnya melihat tubuhnya yang begitu amat menjijikkan saat ini yang sangat terekspos jelas di kedua pandang mata Kayla, tapi Kayla justru malah tidak merasakan seperti apa yang Moana rasakan. Kayla justru terus memeluk tubuh Moana dengan erat seakan tidak berniat melepaskannya.
"Maafkan aku, sebagai sahabatmu aku tidak bisa menjagamu... Moana maafkan aku, maafkan aku. Ini semua salahku..."
"Tidak!"
"Kau tidak salah Kayla... tapi aku lah yang tidak becus menjaga diriku sendiri, aku terlalu lemah untuk bertahan diri. Jadi jangan meminta maaf atas apa yang bukan kesalahan mu." elak Moana menggelengkan kepalanya cepat.
"Bagaimana bisa seperti ini..."
"Ini semua berawal dari tadi malam, semalam...."
Moana menceritakan semuanya tanpa ada yang terlewat sedikitpun, dan Kayla menyimaknya dengan sangat baik. Ada pancaran amarah dari Kayla ketika mendengar penjelasan dari Moana, namun ia tidak menunjukkan itu semua di hadapan Moana.
"Sudah benar seharusnya aku melarang mu untuk tidak mengantarkan diriku sampai kedepan pintu kamar hotelku semalam... Moana ini semua salahku! Jika bukan karena kau mengant--"
"Cukup Kayla! Jangan menyalahkan dirimu atas apa yang terjadi padaku. Biarlah berlalu, anggaplah aku tidak apa-apa..." ucap Moana pelan.
"Tapi seharusnya memang--"
"Kayla."
"Maaf."
"Tidak apa, sudahlah... sebaiknya kau keluar sekarang karena aku akan berganti pakaian. Tunggulah aku 10 menit dari sekarang."
"Kau tidak perlu bekerja saja Moana, kau pasti--"
"Aku akan tetap bekerja! Bagaimanapun juga aku butuh biaya untuk hidupku ini Kayla, aku tidak mau bergantung hidup padamu. Karena kau sendiri memiliki biaya hidup yang tinggi! Izinkan aku bekerja."
"Apa kau tidak merasa sakit Moana? Maksudku, kau habis..."
"Aku mengoleskan salep pereda nyari pada bagian milikku, aku sempat melewati tokoh obat saat aku pulang. Aku awalnya malu untuk bertanya apakah ada pereda nyeri untuk bagian itu, ada atau tidak, namun ternyata ada... lalu aku membelinya dan mengoleskannya sesuai apa yang di anjurkan disana, itulah mengapa aku tidak merasakan sakit yang teramat dalam seperti yang aku dengar dari kebanyakan orang di luar sana."
"Jangan khawatir, Kayla. Aku sungguh tidak apa." Walaupun sudah di oleskan salep pereda nyeri, tentu tidak hilang sepenuhnya rasa sakit itu. Tapi walaupun begitu Moana tetap akan memaksa untuk berjalan dengan normal, sambil menahan sedikit rasa sakit yang tersisa dan membenarkan cara jalan yang terlihat berbeda nantinya.
"Ah ya aku tau salep itu, baguslah setidaknya kau bisa membantu menghilangkan sedikit rasa sakit pada dirimu sendiri. Padahal kau bisa saja mengambil cuti untuk beberapa minggu kedepan."
"Sayangnya aku tidak mau dan tidak bisa, karena ada pekerjaan yang sangat penting untuk aku kerjakan."
"Kau memang wanita gila kerja!" Setelah bersedih, Kayla pun di buat kesal oleh Moana. Begitupun Moana yang kian menepis kuat-kuat rasa sedihnya saat ini, karena ia tak ingin berlarut-larut akan kesedihan. Walaupun sebenarnya itu menyakitkan, terapi ia harus terlihat kuat dihadapan Kayla.
Sebab ia tak ingin mengajak seseorang untuk ikut berlarut dalam kesedihannya.
*****
Galaxy Group
"Kau ingin mencari wanita itu Keandra?" Nathaniel bingung mengapa Keandra sangat ingin mencari keberadaan Moana, padahal biasanya Keandra tidak seperti ini.
Keandra biasanya tidak pernah perduli pada siapapun.
Namun kali ini berbeda. Mungkin saja karena Moana spesial dan berbeda dari semua orang yang Keandra temui.
"Jika kalian sudah menemukannya, bawa ia ketempat yang sudah aku persiapkan. Kalian mengerti?!" ujar Keandra kepada anak buahnya, yang memerintahkan mereka untuk mencari keberadaan Moana.
Keandra tidak menjawab pertanyaan Nathaniel karena dirinya masih merasa kesal, ia telah merusak hidup seorang yang bukan dari kalangan wanita malam. Jika pada saat itu wanita yang menemaninya adalah wanita malam, maka ia tidak akan pernah repot-repot menyuruh para anak buahnya untuk mencari keberadaan Moana saat ini, karena dengan uang ia pasti akan langsung bisa menyelesaikan masalahnya.
Tapi saat ini berbeda, ia berfikir wanita yang semalam bersamanya pasti akan menolak pemberian uang darinya. Semalam saja ia ditampar, oleh sebab itu ia akan mencari keberadaan wanita yang bersamanya semalam dan akan bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan.
"Aku tidak akan pernah merusak kehidupan seseorang jika bukan karena alkohol milikmu." sinis Keandra.
"Mengapa kau ingin mencari nya?" tanya Adam penasaran.
"Wanita itu berbeda dari wanita malam yang selalu aku jumpai, ketika setengah kesadaranku tadi malam masih ada, aku mengatakan bahwa aku akan membayarnya jika ia membantuku. Berapapun yang ia inginkan akan aku berikan, tetapi ia justru malah menampar wajahku dengan begitu keras" jelas Keandra, lagi-lagi mengingat kejadian semalam.
"Apa?! Seorang Keandra pewaris tunggal dari Galaxy Group ditampar oleh seorang wanita? Hey... dimana Keandra yang kejam dan dingin yang ku kenal itu. Biasanya kau tidak akan pernah terima dengan apa yang orang lain lakukan padamu, apa lagi itu seorang wanita." terkejut Nathaniel tak habis pikir.
"Diam atau ku bunuh!"
"Nathaniel, sebaiknya kau diam untuk saat ini. Jangan banyak bicara, itu akan lebih bagus untuk nyawamu."
"Padahal yang salah dirinya sendiri, siapa suruh otaknya semalam tak berfungsi dengan baik." gerutu Nathaniel pelan yang ternyata masih bisa di dengar baik oleh Keandra maupun Adam.
BUGHHH
Sebuah barang yang bernilai tinggi terlempar dari tempatnya, dan tepat mengenai sebuah kening seseorang, yang melempar adalah Keandra dan yang ia lempar adalah sebuah hiasan meja kantornya. Untuk yang ia targetkan adalah Nathaniel, bidikannya pun meleset cepat dan tepat mengenai kening Nathaniel saat itu juga.
"Argh!"
"Aku tidak tuli, aku dapat mendengarkan gerutuan yang tidak bermutu dari mulutmu yang busuk itu" Keandra menatap tajam wajah Nathaniel yang hendak protes. Suasana dalam ruangan Keandra pun menjadi dingin seketika, bukan karena AC namun karena perubahan sikap pada aura tubuh Keandra.
Hal itu mampu membuat Adam dan Nathaniel terdiam.
"Tak perduli siapa dirimu, yang jelas kau adalah milikku mulai sekarang. Karena kau, kau mampu meluluhkan aku dalam sekali pertemuan, dan aku langsung menginginkan mu kembali. Sayang... kau sudah menjadi milikku, tak perduli siapa kau, apa statusmu, dan apa pendapatmu mengenai aku, tetap saja aku menginginkan mu. Moana Xaviera... aku menginginkanmu, sayang." batin Keandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Uthie
seru 👍
2024-02-03
0