Pandangan Farah terlihat masih nyalang, tapi kepalan tangannya mulai mengendur.
Di dorong rasa lapar, dan juga ingin enyah dari tempat itu, keduanya mempercepat makan mereka. Beberapa menit kemudian, piring mereka telah kosong, begitu juga dengan gelas mereka. Setelah membayar, keduanya meninggalkan tempat itu. Dan bergegas masuk mobil.
"Huh. Dasar mulut sampah. Aku doakan semoga kalian juga memiliki badan gendut seperti kami. Biar tahu rasanya di hina." gerutu Farah sambil menghempaskan tubuhnya di atas tempat duduk.
Tsamara, memiliki berat badan sekitar 90 kg. Sedangkan Farah memiliki berat badan sekitar 75kg. Meskipun ada sedikit perbedaan, tetap saja ia tidak terima jika dikatakan gendut.
"Aamiin." sahut Tsamara keras. Karena ia juga sakit hati diperlakukan seperti itu.
Tapi sakit hatinya sedikit menghilang, ketika mengingat dirinya sebentar lagi akan menikah. Ia bersyukur, Anggara mau menerima segala kelebihannya, dalam bentuk lemak itu.
Sesampainya di rumah, Soffin melihat kedua kakaknya yang membawa banyak barang-barang belanjaan. Ia menghampiri keduanya dengan raut wajah sedikit cemberut.
"Kak Tsamara, kemana saja sih? Pergi seharian tidak ngajak Soffin."
Tsamara mengusap lembut, pucuk kepala adiknya. Lalu membimbingnya duduk di sofa ruang tamu.
"Soffin, kakak tadi pergi untuk membeli barang-barang persiapan pernikahan kakak."
"Kak Tsa, mau menikah?" seru Soffin, dengan mata terbelalak.
"Semua orang pasti juga akan menikah, Sof. Termasuk kamu juga. Ketika sudah besar nanti."
"Tapi, kak. Soffin ngga mau, kakak pergi jauh meninggalkan aku. Siapa nanti yang akan mengantar jemput Soffin sekolah, mengantar les. Menemani belajar." Soffin mulai terisak. Tsamara merengkuh dan mendekap adiknya dengan penuh kasih sayang.
"Kalau kebetulan kak Tsamara menginap disini, kakak bisa mengantar jemput kamu sekolah kok, Sof. Semua orang senang karena kakak akan menikah. Harusnya kamu juga senang dong. Kakak juga akan berusaha mengatur waktu untuk bisa bertemu denganmu. Sudah jangan cemberut seperti itu. Nanti, kak Tsa, jadi sedih." Dengan lembut Tsamara menghapus air mata di pipi Soffin, dan mengecup kedua pipinya.
"Janji ya kak, meluangkan waktu untuk Soffin." bocah kecil itu mengulurkan jari kelingkingnya dihadapan Tsamara.
Untuk menyenangkan hati adiknya, Tsamara pun menautkan jari kelingkingnya. Lalu keduanya melepas senyum terbaik.
**
Sebulan berlalu dengan begitu cepat. Kini kediaman Tsamara sudah di pasang tenda Tarub, dan di hias dengan sedemikian indah.
Warna merah mendominasi tempat acara. Banyak bunga mawar merah segar yang di berada di setiap sudut tempat.
Para bapak-bapak tetangga, sibuk wira-wiri menyusun kursi membentuk deretan yang rapi. Sedangkan ibu-ibu membantu memasak.
Kamar Tsamara dihias menjadi sebuah kamar pengantin yang indah. Di lantai banyak bertabur kelopak bunga mawar merah. Di atas tempat tidur, terdapat selimut yang dibentuk menjadi sepasang angsa.
Tsamara sendiri, sedang berada di kamarnya itu. Dengan dibantu oleh Farah, ia mengenakan Henna di tangan dan kakinya.
Keduanya bercanda tawa meluapkan kebahagiaan atas pernikahan Tsamara.
**
Hari beranjak malam, sebuah acara Midodareni di gelar di kediaman Tsamara. Keluarga Anggara turut menghadiri acara tersebut.
Anggara sudah tak sabar ingin bertemu dengan Tsamara. Ia harus melewati beberapa acara terlebih dahulu, sebelum akhirnya dipertemukan dengan gadis pujaan hatinya. Yaitu dalam acara ring-ringan. Atau memberi dan mengenakan sejumlah perhiasan pada calon istri.
Terlihat seorang wanita gendut yang wajahnya di paes dan rambutnya di sanggul bokor, berjalan menuju ke arah Anggara. Ia senantiasa tersenyum lebar, meskipun jalannya sedikit kesulitan. Karena harus mengenakan kain jarik yang di lilit kencang ke pinggangnya.
'Bukan kah yang di panggil tadi Tsamara? Lalu kenapa yang muncul ibu-ibu gendut itu? Kemana perginya calon istriku itu?' batin Anggara penuh tanda tanya.
Wanita gendut itu berdiri di atas pelaminan. Lalu seorang wanita paruh baya yang bertugas dalam acara itu, berjalan ke arah Anggara. Dan menyuruhnya untuk naik ke atas pelaminan.
"Maaf, Bu. Tapi pengantin wanitanya kenapa belum keliatan ya? Bukan kah tadi ia sudah di panggil. Lalu kenapa yang keluar ikan Paus? Eh, maksud saya ibu-ibu itu." tanya Angga dengan wajah yang keheranan. Sesaat wanita yang memanggilnya tadi, mengulas senyum tipis.
"Maaf, mas. Yang berdiri di atas pelaminan itu adalah calon istri, anda. Dialah nona Tsamara Asyifa."
"Apa!" seru Anggara dengan mata yang terbuka lebar, dan mulutnya menganga.
Kedua orang tuanya juga kaget melihat Tsamara yang sangat jauh berbeda dengan yang dulu. Dulu begitu cantik, tinggi, putih, langsing. Tapi sekarang, dia begitu gendut, terlihat seperti ibu-ibu yang kerjaannya hanya makan dan tidur setiap hari.
Tak berselang lama setelah terkejut, Anggara langsung pingsan di tempat. Semua orang bergegas menolongnya, dan memberikan pertolongan pertama.
Tsamara yang berada di atas panggung pelaminan, begitu terkejut melihat hal itu. Ia sangat panik, atas apa yang menimpa calon suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Kamiem sag
padahal enak loh Ngga nikah sama cewek gendut gak susah beli kasur toh sudah gede empuk lagi🤭
maaf ya Tsa aku bukan mbuly
padahal ya rumah tangga itu haronis bahagia bukan karena body buktinya banyak kok pasangan yg cantik ganteng bercerai!!?
2025-01-16
0
Ida Blado
ish gila masih gadis bb nya 90 kg,makan apa emang sampai bengkak gitu,,,, mbok ya jadi gadis tuh jga bb nya,seki%anya udah 50 kg itu di kondisikan,,,, hehe sorry bidy shiming,cuma di novel doang kok.tpi aku serius kalau bb udah nyentuh angka 50 aku olah raga ringan,bagaimanapun bb naik itu badan jdi berat
2023-04-18
4
Fitri
Assalamualaikum... oh... d situ baru d batalkan acara pernikahannya...
2023-03-25
1