Meskipun tadi malam Tsamara tidur larut malam, ia tetap bisa bangun pagi.
Untuk melancarkan jalan dietnya, ia memperbaiki waktu tidurnya. Ia menyadari jika waktu tidurnya memang terlalu lama.
Pukul 7 pagi ia sampai rumah, setelah mengantar adiknya sekolah. Dan pada pukul 12 siang, berangkat menjemput adiknya.
Selama rentan waktu itu, ia berdiam diri di kamar sembari menonton drama Korea kesukaannya. Tapi, matanya terbuka hanya bertahan selama 1 jam saja. Setelah itu, ia tidur pulas sampai pukul 12 siang.
Setelah adiknya pulang sekolah, ia juga melakukan hal yang sama. Merebahkan diri di atas tempat tidur. Dan tak lama kemudian, ia tertidur.
Beruntung ia selalu mendengar alarmnya berbunyi. Jadi bisa segera bangun, dan menyiapkan adiknya untuk berangkat les.
Setelah jam makan malam, biasanya ia juga menonton drama Korea sampai tidur. Kegiatan yang sama, dan monoton setiap hari ia lalui.
Kini ia merubah kebiasaannya.
Setelah bangun tidur, ia melakukan olahraga ringan, untuk peregangan otot-otot tubuhnya. Dan juga melancarkan peredaran darah. Hal itu memang tidak pernah ia lakukan. Tapi mulai detik itu juga, ia berniat melakukannya setiap pagi.
Setelah peregangan otot, ia berniat membantu bibi membersihkan lantai rumah dengan penyedot debu.
Ia pun segera mencarinya. Bibi yang berada di dapur kaget melihat majikannya membawa mesin penyedot debu dari gudang.
"Lhoh, non. Kok bawa mesin penyedot debu? Biar bibi nanti yang bersihkan kamar, non Tsa."
"Tidak apa-apa, bi. Karena mulai saat ini, Tsamara yang akan membersihkan seluruh rumah ini." balas Tsamara sambil tersenyum.
"Apa! Bibi tidak salah dengar?" pekik bibi karena kaget dengan kelakuan majikannya sepagi itu. Dan Tsamara pun menggeleng sambil tersenyum. Padahal rumahnya terdiri dari dua lantai yang sangat luas.
"Ja-Jangan, non. Nanti bibi bisa di pecat sama bapak. Kalau tahu non Tsa yang membersihkan rumah. Di kira pekerjaan bibi tidak benar."
"Bibi tenang saja, papa tidak sejahat itu kok. Nanti, Tsa yang akan bilang pada papa. Kalau setiap hari yang membersihkan rumah itu aku."
"Apa!"
"Jangan kebanyakan apa-apa, bi. Nanti tenggorokannya sakit lho, kalau teriak-teriak melulu." Tsamara nyengir kuda, lalu pergi meninggalkan bibi yang masih diam mematung. Karena syok melihat kelakuannya.
Gadis gendut itu mulai membersihkan lantai rumah dengan penuh semangat. Peluh bercucuran membasahi wajahnya.
"Ah, keringat. Aku sangat mencintaimu. Keluarlah dari tubuhku sebanyak-banyaknya. Agar aku cepat kurus." gumamnya lagi.
Bibi yang melihat dari balik kongliong dapur, menatap aneh pada majikannya yang tengah membersihkan rumah sambil senyum-senyum sendiri, dan berkomat-kamit.
"Apa, non Tsa kurang waras gara-gara gagal menikah ya. Kok jadi aneh seperti itu sikapnya?" bibi geleng-geleng kepala sambil mengusap dada.
"Semoga dia cepat sadar." gumam bibi, sambil berlalu pergi melanjutkan pekerjaannya.
Setelah selesai menyedot debu rumah, barulah Tsamara membangunkan Soffin. Karena harus bersiap-siap ke sekolah.
"Kakak. Tumben sekali kakak sudah berkeringat sepagi ini?" Soffin kaget, dan seketika terduduk di tempat tidurnya. Ketika mencium aroma tidak sedap dari tubuh kakaknya.
"Iya. Kakak tadi habis membersihkan rumah ini. Jadi berkeringat banyak."
"Ha? Kakak membersihkan rumah ini? Memang bibi kemana?"
"Bibi baru memasak. Tidak apa-apa kan, kita bantuin meringankan pekerjaan bibi. Bukan kah itu suatu hal yang bagus dan bermanfaat?"
"Iya sih, betul juga apa kata, kakak. Ya sudah, Soffin mandi sendiri saja. Kakak juga buruan mandi, lalu antarkan aku ke sekolah."
"Wah, benar nih mau mandi sendiri?" goda Tsamara, sekaligus juga tak percaya jika adiknya mau melakukan hal itu. Padahal biasanya ia selalu minta dimandikan.
"Iya, Soffin mau mandi sendiri. Biar kakak ada waktu untuk mandi. Jadi pas mengantar aku, tidak bau asem. Aku tidak tahan dengan bau asem." Soffin menutup hidungnya.
Tsamara terkekeh kecil. Ternyata usaha kecil yang baru ia lakukan, membawa perubahan untuk adiknya.
Ia semakin bersemangat untuk membersihkan rumah setiap harinya. Agar adiknya itu juga mau mandi sendiri setiap harinya pula.
Kini Tsamara telah mandi, dan bersiap untuk mengantar adiknya ke sekolah. Setelah sarapan dan berpamitan, gadis itu melajukan mobilnya menuju sekolah dasar bertaraf internasional yang terkenal di kotanya.
Di tengah perjalanan, tanpa sengaja mata Tsamara melihat seorang laki-laki yang mengayuh sepeda onthel.
Seketika terbesit di benaknya untuk memiliki kendaraan itu.
"Sof, kalau mulai besok kakak antar kamu mengendarai sepeda onthel gimana?" celetuk Tsamara.
"Apa! Naik sepeda onthel?" seru Soffin yang terkejut dengan ucapan kakaknya yang asal.
Tsamara menatap adik bungsunya dengan mengangguk dan menyunggingkan senyum.
"Kakak, ngga sedang bercanda kan?"
"Tidak." balas Tsamara santai sambil menggelengkan kepalanya.
"Okay, kak. Aku setuju. Aku juga belum pernah naik sepeda. Ingin sekali bisa naik sepeda, terus sepedaan keliling komplek." Soffin terlihat bersemangat, hingga wajahnya berbinar.
"Nanti kakak bilang ke papa dulu ya. Biar kita dibelikan sepeda."
"Siap, kak. Kalau begitu, Soffin pamit ke kelas dulu ya. Bye."
"Bye, sayang ku. Semangat ya belajarnya." mereka pun saling melambaikan tangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Kamiem sag
jadi anak orang kaya itu harusnya ya kuliah lah Tsa, punya keterampilan keahlian sayang banyak uang cuma untuk makan tidur saja
2025-01-16
0
Ida Blado
pantesan jdi gajah bengkak,org kerjaannya mkn tidur doang,sekalinya gerakpun pakai mobil
2023-04-18
4
Fitri
Assalamualaikum.. naik sepeda jg salah jg... itu termasuk olahraga yg menyehatkan.
2023-03-25
1