"Tsamara. Kenapa kamu diam sambil senyum-senyum seperti itu?" tanya pak Abas, ketika anaknya tidak segera menjawab pertanyaannya.
"Eh, ma-maafkan Tsamara, pa." jawab Tsamara sedikit gelagapan.
Ia tadi tengah membayangkan, akhirnya rasa cintanya yang telah ia pendam bertahun-tahun, akhirnya bersambut juga. Apalagi dengan orang yang dicintainya.
"Bagaimana tanggapan mu mengenai lamaran dari, Anggara?"
"Tsamara, mau menerima lamarannya, pa." Tsamara tertunduk malu, hingga wajahnya bersemu merah.
"Syukurlah." pak Abas tersenyum lega.
Setelah sejenak berbincang-bincang dengan Tsamara, pak Abas keluar meninggalkan anaknya. Tak berapa lama kemudian, Farah masuk ke kamar kakaknya itu.
Ia melihat Tsamara tengah duduk di dekat jendela, sambil senyum-senyum sendiri.
"Cie, yang mau menikah." goda Farah pada kakaknya.
Gadis itu memang mengetahui tentang perihal lamaran, karena tadi ia sempat menguping pembicaraan mereka.
"Kakak, benar-benar merasa ini sebagai sebuah mimpi, dek. Di lamar oleh seorang, Anggara. Adalah impian kakak sejak dulu kala." ucap Tsamara, dengan wajah yang begitu berbinar.
Pandangannya menerawang jauh, membayangkan hal-hal indah setelah pernikahan, bersama dengan laki-laki yang dicintainya.
Ia tahu bahwa menikah itu sangatlah indah. Karena melihat hubungan kedua orang tuanya yang begitu harmonis dan romantis. Tidak pernah sekali pun Tsamara melihat kedua orang tuanya bertengkar. Bahkan saat detik-detik terakhir sebelum mamanya meninggal, papanya selalu setia berada disampingnya.
"Kak, jangan senyum-senyum sendiri gitu ah. Nanti di kira kesambet lho." Goda Farah lagi.
"Sekali lagi, selamat ya kak." Farah memeluk Tsamara, dan kakaknya itu membalas dengan hal yang sama.
Hubungan kakak beradik itu sangatlah kompak. Tidak pernah sekali pun keduanya terlibat cekcok. Mereka saling mendukung satu sama lain.
Tsamara menjadi tempat dan teman curhat yang asyik bagi adik-adiknya. Hingga sifatnya yang begitu keibuan, membuat adiknya Soffin nyaman didekatnya. Dan tidak mau jauh darinya. Berbeda ketika ia bersama dengan Farah, yang selalu bertengkar.
**
Hari berikutnya, pak Abas silaturahim ke rumah, pak Anwar. Untuk memberi jawaban tentang lamaran kemarin.
Kedatangannya di sambut dengan baik oleh keluarga sahabat masa kecilnya itu. Ia segera menyampaikan tentang jawaban yang diberikan oleh Tsamara pada Anggara.
Keluarga Anggara, tersenyum merekah. Ketika mendengar jawaban yang tidak mengecewakan mereka. Karena lamarannya, diterima.
Mereka merencanakan hari pernikahan. Dan Anggara usul, jika lebih baik dipercepat saja. Ia sudah tak sabar melakukan malam pertama dengan gadis cantik yang begitu dicintainya.
Keluarganya terkekeh ketika mendengar permintaan Anggara. Tapi tak urung, mengiyakan juga.
Sebulan lagi, pesta pernikahan mereka akan di gelar. Setelah segala hal yang mengenai pernikahan itu selesai dimusyawarahkan, pak Abas berpamitan pulang.
Sesampainya di rumah, pak Abas memberitahukan tentang hasil musyawarah mengenai pernikahan pada Tsamara. Sehingga membuat gadis itu sangat berbinar wajahnya.
**
Pagi itu, saat Farah sedang libur kuliah. Tsamara mengajaknya membeli seragam untuk keluarganya, dan juga keperluan pernikahan yang lain.
Tsamara tampak antusias. Ia lebih leluasa bergerak kesana-kemari, karena tidak mengajak si bungsu, Soffin. Karena adiknya itu sedang membantu papanya berkebun.
Tak lupa Tsamara membeli pakaian luar dan dalam. Karena yang ada di rumah sudah tidak muat. Namun ia cukup kesulitan, karena size nya yang begitu jumbo.
Sudah hampir seharian Tsamara berbelanja untuk kebutuhan pernikahannya itu. Bahkan Farah pun sampai mengeluh, kedua kakinya capek. Dan ingin segera bertemu dengan ranjang tempat tidurnya.
Tsamara yang sudah puas berbelanja, akhirnya mengajak Farah pulang. Keduanya mampir ke sebuah kedai ayam, untuk menikmati ayam crispy kesukaan mereka. Tak lupa Tsamara juga membungkus kan untuk papa dan Soffin.
Sambil menunggu pesanan datang, Tsamara mengajak bicara Farah, tanpa menyentuh handphonenya sama sekali. Begitulah sifatnya. Selalu membuat keluarga nya merasa nyaman berada disampingnya.
Tak lama kemudian, pesanan mereka pun datang. Paket Doble ayam crispy untuk Tsamara dan Farah. Beserta empat gelas es teh. Tanpa banyak bicara, keduanya segera menghabiskan makanannya.
"Eh, lihat tuh. Ibu-ibu itu makannya banyak sekali ya. Suaminya apa tidak ilfill setiap kali melihat bentuk tubuhnya yang seperti itu."
"Iya, ih. Aku saja yang baru pertama kali lihat, sudah ilfill duluan. Seperti sapi mau dikorbankan."
"Dagingnya banyak tuh. Lumayan buat orang-orang sekampung."
"Tapi sayangnya, dia manusia. Coba kalau sapi beneran, mau deh aku beli buat qurban."
Meledak lah tawa mereka, sambil pandangannya tak lepas dari Tsamara dan Farah. Mereka menganggap kakak beradik itu adalah seorang ibu, padahal keduanya masih gadis.
Deg!
Jantung Tsamara, seakan berhenti berdetak. Ketika mendengar beberapa orang pengunjung, membicarakan hal yang buruk tentangnya.
Tangan Farah mengepal kuat, ingin melayangkan bogem mentah untuk mereka mulut para netizen. Yang tidak memiliki adab sopan santun.
Namun Tsamara menahannya, dengan mengusap lembut tangan Farah.
"Jangan kotori tanganmu dengan hal yang tidak bermanfaat, dan bisa membuat kita dalam bahaya." nasehat Tsamara dengan penuh kelembutan, walau sebenarnya hatinya juga sangat sakit saat mendengarnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Kamiem sag
Farah kakaknya Tsamara sdg libur kuliah
Tsamara juga masih kuliah?
menerima lamaran??
(Tamara Tsamara Syifa dan Soffin)
moga di bab berikutnya nama mereka gak ganti
2025-01-16
0
mommy lala
baru mampir udah suka 🤩🤩🤩
2025-01-17
0
meMyra
sabar ya tsamara..hmm mungkin bisa pelan2 diatur lagi dietnya
2024-05-24
0