Terjatuh dari sepeda kemarin, membuat sekujur tubuh Tsamara seakan remuk. Tapi, pagi itu ia berusaha bangun pagi. Dan tetap melakukan kegiatan seperti hari kemarin. Karena seperti apa yang di bilang Thoriq, konsisten lah kuncinya.
Saat sarapan pagi, ia tidak lagi makan salad sayur. Tapi makan nasi dan sayur seperti biasanya. Dengan catatan mengurangi jumlah porsi nasi, dan menambah porsi sayurnya.
Ia juga mengurangi makan yang berlemak. Semua itu harus dilakukan secara bertahap. Tidak bisa secara instan. Agar tidak membuat tubuh kita terkejut.
Semalam pak Abas benar-benar kaget ketika melihat tubuh Tsamara penuh luka. Tapi gadis itu meyakinkan papanya, bahwa dirinya tidak apa-apa. Hanya luka lecet saja.
Sebagai anak sulung, ia menjadi tumpuan dan tempat berkeluh kesah keluarganya. Untuk itu, ia membuktikan pada semuanya bahwa, dirinya kuat. Karena tak ingin keluarganya terlalu memikirkan dirinya.
Pagi itu pak Abas menyuruh Tsamara untuk mengendarai mobil saat mengantar adiknya. Dan gadis itu pun setuju. Karena sepedanya baru akan diperbaiki hari itu juga. Di tambah badannya yang masih sakit tadi.
Setelah menghabiskan sarapannya, Tsamara menelan sebutir pil multigrain yang diberi oleh Thoriq. Lalu bersiap mengantar adiknya ke sekolah.
Soffin sudah berlari menuju mobil yang telah disiapkan di depan rumah, oleh sopir mereka. Tsamara pun bergegas menyusulnya. Tapi suara berat papa menghentikan niatnya untuk langkah.
"Tsamara, papa akan menarik seluruh saham di perusahaan Anwar. Dan memutuskan hubungan kerja sama dengannya. Karena telah membuat keluarga kita menanggung malu. Beberapa hari ini papa sibuk mempersiapkan semua itu. Karena papa juga perlu menyeleksi rekan kerja dan perusahaannya yang cocok untuk ditanamkan saham. Papa tidak mau memiliki rekan kerja atau bahkan sahabat seperti keluarga Anwar."
"Papa boleh melakukan hal itu. Tapi, tunggu sampai badan Tsa, kembali ke settingan pabrik."
"Hah, maksudnya?" pak Abas membulatkan matanya dengan mulut ternganga, bingung dengan perkataan anaknya yang ambigu. Atau mungkin dia tidak tahu bahasa anak jaman sekarang.
"Tunggu sampai badan, Tsa kembali kurus. Barulah papa bisa menarik saham dari perusahaan om Anwar. Aku yakin, saat badanku kembali kurus, pasti Angga akan kembali mendekati ku. Dan akan aku beri pelajaran padanya. Agar tahu bagaimana rasa sakit yang dulu pernah ku rasakan." ucap Tsamara dengan berapi-api.
"Kapan badanmu akan kurus kembali?"
"Tentu saja Tsamara tidak tahu, pa. Karena hal itu juga masih menjadi misteri. Seperti halnya kita tidak pernah tahu kapan akan mati. Tapi Tsamara memiliki tekad yang kuat untuk menjadi kurus. Papa do'akan saja, semoga doa ku terkabul."
"Okay. Papa turuti apa katamu. Apa kamu serius, menolak untuk sedot lemak?"
"Tidak perlu. Tsamara ingin merasakan manis pahitnya sebuah perjuangan. Okay, papa. Tsamara berangkat dulu." gadis gendut itu buru-buru menarik dan mencium punggung tangan papanya. Dan bergegas keluar.
"Maafkan aku kak, belum bisa sepenuhnya menjalankan nasehat dari mu. Karena rasa sakit hatiku terlalu besar. Dan harus dibalas dengan cara yang sama. Atau bahkan lebih menyakitkan. Aku yakin Tuhan tidak tidur. Dan akan melancarkan niat ku ini. Karena doa orang terdzolimi itu Maqbul." gumam Tsamara, sebelum akhirnya masuk ke mobilnya.
**
Badan Tsamara berangsur-angsur pulih. Ia tidak lagi merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Hari itu ia memutuskan untuk mengantarkan adiknya ke sekolah dengan mengendarai sepedanya.
Saat melewati traffic light, dan menunjukkan tanda merah, sebagai pengguna jalan yang baik, ia juga berhenti.
Sebuah mobil juga ikut berhenti di sampingnya, ketika melihat tanda merah itu. Tanpa sengaja ia menoleh ke samping.
Kacamata hitamnya ia buka, matanya membulat, dan mulutnya menganga. Ketika melihat siapa yang berhenti tepat disamping mobilnya.
"Ts-Tsamara?" gumamnya seperti orang kesusahan menyebut nama.
Merasa mendengar namanya di panggil, gadis gendut itu menoleh ke kiri dan kanan. Matanya membulat ketika melihat laki-laki yang dulu dicintainya, tapi sekarang begitu dibencinya.
Tapi sengaja ia hanya diam. Ingin melihat reaksinya. Karena Tsamara tidak ingin bertingkah sesuka hati. Semua harus teliti. Tidak ingin menjatuhkan harga dirinya di tempat umum.
Anggara seketika tertawa terbahak-bahak, ketika melihat wanita gendut disampingnya memang benar-benar Tsamara.
"Apa yang kamu lakukan? Apa keluargamu sudah bangkrut? Hingga kamu mengantar adikmu ke sekolah dengan naik sepeda butut?" celoteh Anggara dengan nada mengejek, dan suara yang tinggi.
Berniat menjatuhkan mental gadis gendut itu. Ia merasa semakin ilfill melihat tubuh Tsamara, hingga rasanya mau muntah.
Ia kembali tertawa terbahak-bahak. Papanya yang duduk disampingnya, dan mendengar jelas ucapan anaknya, juga ikut terkekeh. Sedangkan Tsamara menaikkan sebelah sudut bibirnya.
"Iya. Keluarga ku bangkrut juga gara-gara tingkah mu. Untung aku baik hati, sehingga tidak melaporkan mu ke polisi. Dan lebih menerima menjalani hidup dengan sederhana seperti ini." balas Tsamara dengan suara yang sangat tinggi. Agar orang-orang yang ada disekitar mendengarnya. Sehingga tahu siapa yang disakiti dan yang menyakiti.
Keluarga Anggara memang meminta pada keluarga pak Abas untuk membuat pesta pernikahan semewah mungkin. Karena merasa kedua calon pengantin sangat serasi dan memiliki paras yang cantik dan ayu. Tapi ternyata, kenyataan berkata lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PUAS2KN KALIAN TERTAWA, ADA MASANYA KALIAN MNANGIS DARAH..
2024-03-01
4
Zuraida Zuraida
keluarga benalu yang tak tahu malu tu emang
2023-06-11
1
Ida Blado
lah buat apa nunggu sampai kurus,kaya kurusnya bisa dlm satu bulan aja.bgs'a kn emang cabut saham sekarang krn masih pas momentnya
2023-04-18
2