Memojokan Rania

Happy reading....

Maya menoleh ke belakang. Dia tahu pasti Freya sudah mengadu kepada Carlen, sehingga pria itu pasti akan memarahinya. Namun Maya sama sekali tidak takut.

Rania yang sedang tertidur seketika tersentak kaget, saat mendengar suara bentakan kakaknya. Gadis itu yakin, jika pasti kakaknya akan memarahi Maya kembali, sebab mendengar dari bentakannya seperti orang yang sedang emosi tingkat tinggi.

"Iya Mas, kamu mau kopi?" tanya Maya sambil memberikan kopi kepada Carlen, tapi pria itu langsung menghempaskannya sehingga jatuh ke lantai.

Maya tidak kaget akan hal itu, karena sudah biasa. Lalu Carlen mencengkram lengan Maya dengan kuat, sehingga membuat wanita itu menahan sakit. Apalagi luka yang ada di lengannya semalam belum sembuh.

"Kenapa kamu malah melukai Freya, hah? Sudah kubilang beberapa kali, hormati dia di rumah ini, dasar wanita rendah!" bentak Carlen sambil mendorong tubuh Maya, hingga pundaknya yang terluka pun terbentur.

"Aawh!" ringis Maya sambil memegangi pundaknya.

"Hajar dia sayang! Jangan biarin wanita ini melawan. Dia ini seperti pengemis yang tidak tahu diri, sudah diangkat dan tinggal di rumah yang mewah, tapi malah ngelunjak?" Freya mencoba mengompori Carlen, agar pria itu semakin marah kepada Maya.

Benar saja, pria tampan itu semakin emosi. Dia mengambil tongkat baseball yang berada di pinggir kulkas dan hendak dipukulkan ke arah kaki Maya. Akan tetapi, dengan cepat Rania mendorongnya, sehingga tubuh Carlen jatuh dan mengenai pecahan beling.

"Rania, apa yang kau lakukan?!" bentak Carlen saat merasakan tangannya terluka.

"Seharusnya aku yang bertanya. Apa yang kakak lakukan? Apa otakmu sudah gila? Iblis apa yang merasukimu, sehingga ingin menghabisi seorang wanita yang sekarang bergelar menjadi istrimu? Keterlaluan kamu, Kak!" bentak Rania.

Kemudian dia membantu Maya untuk bangun, sementara itu Freya mendekat ke arah kekasihnya, dan membantunya. Dia melihat luka yang berada di tangan Carlen mengeluarkan darah lumayan banyak.

"Rania, kamu kenapa malah membela wanita udik itu? Di sini kakakmu adalah Carlen, bukan dia. Lihat! Tangannya terluka. Kenapa kamu bisa setega itu?" Freya mencoba untuk mendesak dan memojokkan Rania, karena dia tidak suka jika Rania membela Maya.

"Kau mencoba untuk memojokkanku di hadapan Ka Carlen? Silahkan! Kau pikir aku takut? Seharusnya kata-kata seperti itu, kau tanyakan pada kekasih bodohmu itu!" ketus Rania.

Carlen yang melihat adiknya sudah keterlaluan pun tidak terima. Dia memang menyayangi Rania, tapi tidak pernah gadis itu berkata kasar kepada dirinya. Pria tampan tersebut pun berjalan ke arah Rania, dan hendak menampar wajah sang adik.

Akan tetapi, dengan cepat Maya menghentikan tangannya. Dia menatap pria itu sambil menggelengkan kepalanya. "Jangan pernah menyakiti adikmu, Mas. Dia adalah adikmu, jika ingin menyakitinya dan menyalahkannya, maka salahkan aku!" jelas Maya.

"Iya, ini memang salahmu. Kau dalang di balik semua ini, wanita sialan!" geram Carlen.

Mama Gisel yang melihat perdebatan kedua anaknya segera melerai. Dia tidak ingin antara Rania dan juga Carlen saling beradu mulut. Memang setelah kehadiran Maya di rumah itu, suasana begitu panas, sebab ada saja perdebatan antara Rania dan kakaknya.

"Sudah, sudah. Kalian ini pagi-pagi sudah membuat kuping Mama terasa panas. Lebih baik kamu siap-siap Carlen untuk ke kantor! Dan kamu Rania, ke kampus, kamu juga Freya, bersihkan wajah dan tubuhmu itu yang bau amis!" titah mama Gisel.

Mereka bertiga pun bubar, dan Maya kembali mengerjakan tugasnya sambil menahan pundak yang terasa begitu sakit. Padahal kemarin bengkaknya sudah berkurang, dan sudah dipastikan benturan tadi membuat luka itu kembali terasa.

"Apa pundakmu tidak apa-apa, Maya?" tanya mama Gisel saat duduk di kursi yang ada di ruang makan.

Maya sempat terpaku saat mendengar pertanyaan dari wanita it. Tidak biasanya mama Gisel mempertanyakan tentang keadaannya. Sebab wanita itu biasanya akan cuek saja, tidak peduli apa yang dirasakan oleh Maya.

"Tiak apa-apa, Mah," jawab Maya sambil tersenyum.

Kemudian dia membantu beberapa pelayan untuk membuatkan sarapan. Maya tidak diizinkan untuk mencuci sayuran, sebab mereka tahu tangan Maya sedang terluka, dan jika terkena air akan lama keringnya.

"Oh ya, Mbak Maya, nanti selesai pekerjaan, kita belajar ngaji lagi ya. Saya sudah belajar semalam, dan sepertinya sudah bisa," ucap salah satu pelayan kepada Maya.

"Saya juga Mbak, hafalan Qur'an saya baru juz tiga. Nanti Mbak Maya koreksi ya!" ucap pelayan lainnya.

"Alhamdulillah, iya, nanti selesai bekerja kita akan mengaji," jawab Maya sambil menganggukan kepalanya.

Mama Gisel sempat terdiam saat mendengar obrolan pelayan dan juga Maya. Dia merasa tersentil saat mendengar kata ngaji dan juga hafalan Qur'an, sebab sudah lama sekali wanita itu tidak menunaikan shalat, semenjak suaminya meninggal.

'Apa Maya sebaik itu? Apa dia se-alim itu? Aku rasa hijabnya hanya untuk menutupi kebusukannya saja, tapi apakah memang dia pandai dalam hal agama? Apa memang dia wanita yang baik-baik?' batin mama Gisel bertanya-tanya dalam hati, sambil meminum tehnya.

BERSAMBUNG......

Waah sepertinya Mama Gisel mulai dapat hidayah😂

Terpopuler

Comments

Sri Wahyuni

Sri Wahyuni

smpe bab ini msih blm suka sm s maya yg oon..klau k dpan nya s maya mnjdi cwe kuat jg mlawan baru keren

2023-03-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!