Happy reading........
"Kakak, bilang apa? Apa yang kulakukan? Seharusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan, Kak? Kenapa membawa wanita ular ini ke rumah? Oh, atau jangan-jangan benar, kamu akan menikahi dia? Iya!" teriak Rania sambil menunjuk wajah Freya.
"Memangnya kenapa, kalau Kakak akan menikahi dia? 'Kan kami itu saling mencintai," jawab Carlen dengan geram.
Mendengar itu, Rania hanya tertawa miring saja, meledek ke arah Carlen dan juga Freya sambil menggelengkan kepalanya. Kemudian dia berjalan ke arah Carlen, lalu mengetuk dada pria tampan itu.
"Cinta? Bukan cinta namanya, tapi kebodohan. Sudahlah, terserah mau Kakak nikah sama dia kek, mau nikah sama orang gila kek, aku nggak peduli. Tapi satu hal yang harus Kakak ingat, sampai kapanpun! Penyesalan itu selalu datang terakhir Kak. Suatu saat nanti, Kakak akan menyesali semuanya, telah menyia-nyiakan sebuah berlian, hanya untuk batuk kerikil dari air comberan!" Setelah mengatakan itu, Rania pergi meninggalkan ruang tamu.
"Apa yang kamu katakan tadi? Tarik kembali ucapanmu! Rania!" teriak Carlen, akan tetapi Rania tidak peduli.
Gadis itu tetap melangkah masuk ke dalam rumah. Namun seketika tenggorokannya merasa haus, dia pun berjalan ke arah dapur dan melihat Maya sedang mencuci piring dengan badan yang sedikit bergetar, seperti seseorang yang sedang menangis.
"Mbak Maya," panggil Rania.
Maya yang mendengar suara adik iparnya langsung menghapus air matanya. Namun Rania sudah melihat itu semua, dia langsung memeluk tubuh Maya dengan erat. Gadis itu tahu, apa yang dirasakan oleh kakak iparnya saat ini pasti sangat berat.
"Aawh ..." ringis Maya saat Rania memeluk tubuhnya dengan erat, sehingga pundaknya pun terhimpit.
Rania langsung melepaskan pelukannya, kemudian dia menatap ke arah Maya. "Ada apa Mbak? Apa ada yang sakit?" tanya Rania sambil memegang pundak Maya.
"Aduh! Rania jangan pegang itu!" ringis Maya sambil menjauhkan pundaknya dari tangan adik iparnya.
Dahi Rania mengkerut heran, saat melihat Maya sedang menahan sakit di bagian pundaknya. Kemudian dia pun bertanya, "Kenapa dengan pundak Mbak?" tanya Rania.
"Tidak apa-apa, tadi hanya tidak sengaja tertimpa pas bunga aja," jawab Maya sambil tersenyum.
"Makanya Mbak, hati-hati. Sekarang 'kan Mbak sakit begini, terus kenapa masih mengerjakan pekerjaan rumah? Sebaiknya Mbak istirahat aja ya!" titah Rania, namun Maya segera menggeleng.
Jika dia tidak mengerjakan pekerjaan rumah, maka Carlen pasti akan memarahinya, begitupun dengan tante Gisel. Jadi walaupun Maya sedang sakit, dia tetap harus mengerjakan semuanya.
"Mbak tenang aja ya, walaupun Kak Carlen menikah dengan si wanita ular itu. Namun aku akan tetap berpihak pada Mbak Maya. Aku akan membuat wanita ular itu tidak betah di rumah ini!" geram Rania sambil memanyunkan bibirnya.
Maya yang mendengar itu tentu saja sangat bahagia. Setidaknya di rumah itu ada Rania yang selalu mendukungnya. Padahal Rania dan juga Carlen satu bibit, tapi mereka memiliki sifat yang begitu berbeda.
.
.
Malam telah berlalu, Freya juga sedang berada di kediaman Dalmiro. Wanita itu tidak ingin pergi dari sana, sampai pernikahan mereka dilangsungkan, dan tante Gisel sama sekali tidak keberatan dengan kehadiran Freya.
Maya yang sedang menyiapkan makan malam, tiba-tiba saja tangannya disenggol oleh Freya. Wanita itu pura-pura mengambil lauk yang tak jauh dari Maya, dan dia melihat ada sop panas di samping wanita itu.
"Aawh ... Astaghfirullahaladzim, panas ya Allah!" ringis Maya saat merasakan tangannya seperti terbakar, karena sop itu baru beberapa saat diangkat.
"Astaghfirullahaladzim! Mbak Maya!" kaget Rania saat melihat Maya sedang kesakitan.
Sedangkan Carlen hanya acuh saja. Dia tidak peduli dengan kesakitannya Maya. Kemudian Rania menyibakkan baju yang ada di lengan kakak iparnya, dan dia melihat kulitnya memerah. Akhirnya Rania pun langsung membawa Maya duduk di kursi, dan dia meminta pelayan mengambilkan kotak P3K.
Setelah mengobati kakak iparnya, Rania berjalan ke arah Freya, kemudian dia mengambil sisa sop yang ada di atas meja lalu menumpahkannya ke paha wanita itu, sehingga membuat Freya menjerit menahan panas.
Carlen yang melihat itu pun semakin emosi. Dia tidak terima Freya disakiti oleh Rania. "Apa yang kamu lakukan, Raniam? Keterlaluan!" bentak Carlen.
"Aduh ... panas sayang, panas," rengek Freya sambil menangis.
"Apa yang kulakukan? Buka matamu lebar-lebar! Di sini siapa yang salah, hah? Jelas-jelas si wanita ular ini yang menumpahkan sop ke tangan Mbak Maya, tapi kamu malah membelanya. Benar-benar keterlaluan kamu Kak! Masih untung cuma sedikit aku tumpahkan. Lihat tuh Mbak Maya! Tangannya sampai melepuh seperti itu, kalian ini benar-benar ya seperti iblis!" geram Rania.
"Jaga ucapan kamu, Rania! Aku ini Kakakmu. Berbicara yang baik!" bentak Carlen yang sudah tidak bisa lagi menahan emosinya.
Mendengar itu, Rania hanya mencebikkan bibirnya saja sambil menatap ke arah Freya dengan tatapan menjijikkan. Dia tahu, wanita itu pasti pura-pura kesakitan, karena untuk menarik simpati mamanya dan juga Carlen.
"Iya, kamu memang kakakku. Tapi aku tidak pernah mempunyai Kakak yang mempunyai hati iblis. Dia adalah istrimu, sedangkan itu siapa? Sudahlah, percuma ngomong sama kamu Kak, seperti sama tembok. Ayo Mbak Maya! Biarkan saja pekerjaan sama pelayan. Jika ada yang berani, aku akan laporkan sama kakek!" ancam Rania, kemudian membawa Maya untuk ke kamar mengganti pakaiannya yang basah.
Namun langkah Rania terhenti, oleh ucapan mamanya.
"Kenapa kamu jadi tidak tau sopan santun begini, Rania? Sejak ada Maya di sini, kamu berubah?" timpal tante Gisel.
"Bukan aku yang berubah, tapi Mama dan Kakak. Kalian seperti menjelma menjadi iblis," jawab Rania.
"Kamu berani membentak dan juga melawan Kakak dan Mama, hanya karena dia Rania?!" teriak Carlen.
Namun Rania tidak perduli, sedangkan tante Gisel hanya diam saja. Dia memang juga melihat jika tadi Freya sengaja menumpahkan sop saat Maya sedang menghidangkan makanan. Namun wanita itu merasa bimbang, akankah harus membela Maya atau Freya. Ditambah, tante Gisel memikirkan perkataan putrinya.
Freya tersenyum dibalik isak tangisnya, saat melihat perdebatan Rania dan juga Carlen. Sebenarnya dia tidak perduli dengan keluarga itu, yang Freya mau hanyalah harta dari Carlen. Karena itu adalah tujuan utamanya menguasai harta Dalmiro.
'Bertengkarlah sesuka hati kalian, aku tidak peduli. Yang penting aku bisa hidup enak, berbelanja sana-sini dan menguasai harta keluarga ini,' batin Freya.
Setelah Maya mengganti pakaiannya, dia duduk di tepi ranjang ditemani oleh Rania. Kemudian adik iparnya itu menggenggam tangan Maya dan melihat luka yang mulai melepuh, walaupun sudah dibalut oleh salep.
"Mbak Maya tuh seharusnya jangan diam aja kalau ditindas sama dia. Lawan dong Mbak! Di sini Mbak istri sahnya, walaupun mereka menikah hanya nikah siri, nggak tercantum di negara. Ayolah Mbak bangkit! Jangan diam aja!" kesal Rania yang melihat Maya hanya diam menunduk tidak berani melawan.
"Kamu tahu alasan Mbak tidak ingin melawan, Rania?" tanya Maya.
"Apa? Apa alasan Mbak tidak ingin melawan?"
"Seorang Istri harus tunduk kepada suaminya. Aku mungkin saja diam hanya untuk menguatkan mental. Namun jangan salah Rania, mungkin juga aku akan bangkit saat waktunya telah tiba. Saat ini aku masih bisa bertahan dan bersabar, tapi saat kesabaran itu mencapai pada batasnya, mungkin mereka akan melihat diriku yang sesungguhnya. Aku hanya tidak ingin melawan pada suamiku, karena kebahagiaannya hanya ada pada wanita itu. Lalu aku bisa apa, Rania? Jika aku melawan kepada mas Carlen, itu hanya akan membuat dia dan juga mama membenci diriku. Kamu tahu 'kan, mereka tidak pernah menyukaiku? Jika aku melawannya, percuma saja, tidak berpengaruh apapun. Bahkan malah tambah benci," jelas Maya.
Rania mengerti apa yang dirasakan oleh wanita itu, kemudian dia memeluk tubuh Maya. Apa yang dikatakan oleh kakak iparnya memang benar, jika Maya melawan, pasti mama Gisel dan juga Carlen akan semakin membenci dirinya.
'Aku harus bicarakan hal ini dengan kakek. Apa dia sudah tau soal si wanita ular itu?' batin Rania.
BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Muhamad Bardi
semoga bener secepatnya rania lapor sama kakek, biar hartanya disumbangin aja ke panti asuhan, biar si ular betina itu ga dapat apa" kalau ga sumbangin ke aku aja kek aku juga mau..🤣🤣🤣
2023-03-12
1
momy ervina
laporin z rania biar mereka nyesel
2023-03-10
2
Sri Wahyuni
suami yg sperti apa yg patut d hormati jg d turuti may wanita bukan untuk d siksa sm suami tpi untuk bhgiain jg d hormati jngn salah mengartikan dlm agama jg d boleh kan s istri membela hak nya klau suami kdrt suami yg brsikap sprti iblis tpi emang s mya mah goblog
2023-03-10
2