Happy reading....
''Jangan mendekat! Berani kau mendekatiku, ku habisi kau!'' ancam Carlen sambil meringis dan memegangi kakinya.
Namun, Maya tidak perduli. Dia tahu itu hanyalah sebuah ancaman, dan tidak benar-benar Carlen lakukan.
''Kamu sedang terluka, Mas. Sebaiknya aku obati dulu, ayo duduklah di sofa,'' ucap Maya.
Carlen ingin sekali memaki wanita itu, tapi rasa sakit di kakinya benar-benar begitu menyiksa. Akhirnya dia pun menurut dan duduk di sofa. Setelah itu, Maya mengambil kotak P3K untuk mengobati luka yang ada di jempol kaki milik suaminya.
Mungkin itu adalah karma bagi Carlen dari Allah, karena tadi dia berlaku kasar kepada Maya, saat wanita itu baru baru selesai menghadap dan juga bercerita tentang keluh kesahnya kepada Sang Pencipta.
Dengan telaten Maya mengobati luka di kaki Carlen, dan pria itu hanya diam saja, memperhatikan wajah Maya, tetapi hati Carlen tidak tergerak sedikitpun untuk terbuka dan mencintai istrinya.
Tiap kali Carlen melihat wajah Maya, hanya ada kebencian di dalam jiwanya kepada wanita cantik itu. Mengingat bagaimana kakeknya begitu memaksa dia untuk menikahi Maya, hingga membuat Freya pergi dari hidupnya.
Setelah diobati, Carlen berjalan menuju kasur dengan jalan sedikit berjingkat, karena jempolnya benar-benar sangat sakit. Sementara itu, Maya hanya menatapnya dengan rasa kasihan.
.
.
Pagi hari Carlen sudah siap dengan kemeja berwarna navy dipadu celana berwarna hitam. Dia dan juga Maya akan pergi ke Jerman untuk menengok keadaan sang kakek yang sedang dirawat di rumah sakit.
''Carlen, kamu mau ke mana? Kenapa tadi Rion bawa koper?'' tanya mama Gisel saat Crlen dan juga Maya turun ke lantai bawah.
''Kakek sakit, Mah, dan meminta Carlen untuk pergi bersama dengan wanita udik ini ke sana. Kalau gitu, Carlen berangkat dulu ya,'' ucap Carlen sambil mencium tangan sang mama.
Namun, saat Maya akan melakukan hal yang sama, mama Gisel malah menepis tangannya. Dia tidak sudi jika Maya menyentuhnya, karena bagi mama Gisel, Maya itu tidak ubahnya seperti sampah busuk.
''Jangan pernah menyentuhku! Tanganmu itu penuh kuman!'' ucap Mama Gisel dengan sarkas.
Maya hanya beristighfar di dalam hati, saat melihat bagaimana sikap mertua dan juga suami terhadapnya. Kemudian dia mengikuti langkah Carlen masuk ke dalam mobil.
''Ingat ya! Sesampainya di Jerman, jangan pernah kau bilang macam-macam terhadap kakek! Atau aku akan menghabisimu!'' ancaman Carlen.
Maya menganggukkan kepalanya, tanda mengerti. Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan di antara mereka, hingga mobil sampai di Bandara, dan Carlen langsung masuk diikuti oleh Maya berjalan menuju ke Jet pribadi milik keluarga Dalmiro.
''Saat berada di sana, kau harus bersikap layaknya istri pada suaminya, hah! Dan sepertinya aku juga harus bersikap begitu,'' ucap Carlen dengan tatapan tajam ke arah Maya yang saat ini tengah duduk di hadapannya.
''Iya Mas,'' jawab Maya sambil menundukkan kepalanya.
*A*ku benar-benar harus berakting selayaknya seorang suami yang mencintai istrinya di hadapan kakek. Jika tidak seperti itu, harta kakek pasti tidak akan pernah diberikan kepadaku. batin Carlen.
Setelah mengudara hampir 13 jam, pesawat pun sampai di Bandar Udara Hamburg, di Jerman. Kemudian Carlen turun dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya, membuat siapa saja wanita yang memandangnya akan terpesona.
Sementara itu, Maya hanya menundukkan kepalanya saja sambil mengikuti langkah Carlen untuk masuk ke dalam mobil.
''Kita langsung ke rumah sakit!'' titah Carlen pada sopir pribadi sang kakek.
''Baik Tuan Muda,'' jawab sopir tersebut.
Setelah menempuh perjalanan satu jam, mereka pun sampai di rumah sakit ternama yang ada di Jerman. Kemudian Carlen dituntun oleh sopir pribadi kakeknya menuju salah satu ruangan VVIP, di mana saat ini Tuan Albert sedang dirawat.
Saat pintu ruangan terbuka, ternyata sang kakek sedang makan disuapi oleh pelayan setianya, yaitu Mikeyla
.
''Kakek,'' panggil Carlen sambil berjalan ke arah sang kakek kemudian mencium tangannya.
Maya juga melakukan hal yang sama. Dia berjalan ke arah kakek dan juga mencium tangan pria paruh baya tersebut.
''Kenapa kalian langsung ke sini? Seharusnya kalian langsung ke Mansion. Pasti sangat capek, setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan?'' ucap kakek Albert sambil menatap Maya dan juga Carlen bergantian.
''Aku ingin melihat keadaan kakek dulu, baru nanti pergi ke Mansion,'' jawab Carlen.
''Kakek apa kabarnya? Kenapa kakek bisa dirawat di rumah sakit?'' tanya Maya dengan lembut.
''Kakek tidak apa-apa, Nak. Hanya kecapean saja! Mungkin akhir-akhir ini, Kakek terlalu banyak pikiran soal kerjaan,'' jawab kakek Albert sambil menatap ke arah Maya dengan sendu.
''Makanya Kek, kerjaan itu biar aku aja yang handle. Kakek itu seharusnya menikmati masa tua. Sudah Carlen bilang, tapi Kakek sangat keras kepala,'' timpal Carlen sambil melipat kedua tangannya di depan dada dan menekuk wajahnya.
''Ya, kamu benar. Mungkin memang Kakek harus menikmati masa tua, dan sekarang waktunya kamu untuk mengurus semuanya. Pulanglah ke Mansion! Setelah Kakek pulang dari rumah sakit, ada yang ingin Kakek sampaikan kepada kamu dan Maya,'' ucap kakek Albert.
Setelah itu, Carlen beserta Maya pulang ke Mansion mewah milik kakek Albert, diantar oleh sopir pribadi dari keluarga Dalmiro yang bekerja untuk sang kakek.
Sebenarnya Carlen begitu penasaran, apa yang akan diucapkan kakeknya saat pulang dari rumah sakit nanti. Kenapa dia harus menyebut nama Maya juga. Carlen berharap, itu bukan sesuatu hal yang buruk.
Sesampainya di Mansion, Carlen langsung menuju kamar. Namun saat dia akan masuk ke dalam kamar mandi, tiba-tiba Carlen melemparkan bantal ke arah wajah Maya.
''Kau tidur di sofa seperti biasanya, paham!'' ucap Carlen dengan nada yang dingin dan datar. Lalu dia pun masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Maya menghela napasnya dengan pelan. Bagi Maya, tidur di sofa pun tidak apa. Karena itu masih terbilang sangat empuk, sebab dulu saat orang tuanya masih ada, Maya tidur hanya beralaskan kasur lantai saja.
Tiba-tiba ponselnya berdenting, dan sebuah pesan masuk dari seseorang.
''Alhamdulillah,'' ucap Maya dengan lirih sambil tersenyum saat membaca pesan yang tertulis di layar ponselnya.
Kemudian dia menyiapkan baju Carlen, dan setelah beberapa saat pria itu keluar, bergantian dengan Maya yang masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
''Di rumah ini, aku tidak bisa leluasa menyiksa wanita itu. Karena ada anak buahnya kakek. Bisa-bisa, mereka mengadu. Kau beruntung wanita udik, untuk beberapa hari ke depan, kau aman dari siksaanku, tapi lihat saja, itu tidak akan mudah!'' gumam Carlen sambil tersenyum menyeringai dan menatap ke arah pintu kamar mandi.
BERSAMBUNG.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
վմղíα | HV💕
semoga Merry cepat dapat karma
2023-03-17
0
Keyboard Harapan
awas ya Carlen. ketemu emak, emak rendos jadi sambel goang😡
2023-03-07
1
Muhamad Bardi
lama" saya bikin bergedel juga kamu ya celeng, enak kali ya bergedel berdaging manusia kan belum ada tuh..😂😂😂
2023-03-03
1