Mengantar Maya Jalan-jalan

Happy reading......

Pagi ini seperti biasanya, Maya bangun dan menunaikan shalat subuh. Setelah itu dia melantunkan ayat-ayat suci Al-quran.

Sedangkan Carlen masih tertidur, dan dia merasa terusik dengan suara Maya. Pria itu pun membuka mata, lalu menatap ke arah Maya dengan kesal, karena sudah mengganggu tidurnya.

Carlen pun turun dari tempat tidur, lalu mendekat ke arah Maya. ''Hentikan wanita udik! Kau mengganggu tidurku. Berhenti membaca ayat-ayat seperti itu! Tidak akan ada yang berubah!'' bentak Carlen.

Maya menyudahi mengajinya, kemudian dia menutup kitab suci tersebut, lalu membuka mukenanya.

''Maafkan aku Mas, jika aku mengganggumu. Bukan seperti itu maksudku, tapi---''

''Sudahlah! Banyak omong. Jika kau ingin mengaji, maka pelankan suaramu, paham! Panas kuping ku mendengarnya!'' Setelah itu, Carlen masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Sedangkan Maya hanya mengusap dadanya saja, melihat ke perlakuan suaminya yang tidak menyukai saat dia mengaji.

Sejujurnya Maya juga merasa aneh. Dia tidak pernah melihat Carlen mengaji ataupun menunaikan kewajibannya sebagai umat muslim. Seringkali dia mengingatkan suaminya untuk shalat, tapi pria itu malah memarahinya.

Maya berjalan menuju dapur untuk membuatkan kopi suaminya, dan di sana para pelayan sudah bekerja di pagi hari. Ada yang menyapu, membersihkan kaca dan lain-lain.

''Pagi Nona muda,'' sapa salah satu pelayan yang sedang memasak. ''Apa Nona butuh sesuatu?''

''Selamat pagi,'' jawab Maya dengan bingung, karena pelayan di sana mengerti bahasa Indonesia.

''Apakah kalian mengerti bahasa Indonesia?'' tanya Maya dengan heran.

''Kami bisa bahasa Indonesia, Nona. Karena sebelum bekerja di sini, kami diharuskan kursus bahasa Indonesia terlebih dulu,'' jawab salah satu pelayan.

Maya menganggukkan kepalanya, kemudian dia menanyakan tempat kopi, karena dia ingin membuatkan untuk Carlen.

''Biar kami saja Nona.'' Pelayan tersebut mengambil alih pekerjaan Maya namun, segera ditolak oleh wanita itu.

''Tidak apa-apa, saya 'kan istrinya. Jadi biar saya saja,'' jawab Maya sambil tersenyum manis.

Setelah membuatkan kopi, dia membawanya ke kamar di mana saat ini Carlen baru saja selesai memakai baju. Kemudian Maya menaruhnya di atas meja yang berada dekat sofa.

''Mas, aku sudah buatkan kopi. Nanti diminum ya,'' ucap Maya. ''Oh iya, kamu tidak shalat dulu, Mas?'' sambungnya kembali.

''Halah ... buat apa dekat-dekat dengan Tuhan? Sekarang saja hidupku tidak bahagia,'' jawab Carlen dengan acuh.

''Tapi Mas---''

''CUKUP! Sudah berapa kali kubilang, jangan pernah menyuruhku untuk shalat! Kenapa kau itu bebal sekali sih?!'' bentak Carlen dengan sorot mata yang tajam.

''Sebaiknya kau bersiap-siap, kita akan ke rumah sakit menengok keadaan kakek! Dan ingat, jangan pernah mengatakan apapun, kau paham!'' Lagi-lagi Carlen. mengancam Maya.

Jam sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi, lalu mereka pun berangkat ke rumah sakit untuk menengok keadaan sang kakek. Bahkan sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan antara Carlen dan Maya.

Wanita itu juga sibuk menatap ke arah jalanan, di mana dia baru saja menginjakkan kakinya di negara Jerman. Maya benar-benar bahagia, karena dia bisa bepergian ke luar negeri, di mana dulu hanya angan-angannya saja.

Masya Allah, sungguh indah ciptaanMu ya Robb, melalui tangan-tangan manusia. Rasanya ingin sekali aku keliling dunia, menikmati setiap keindahan yang engkau ciptakan di muka bumi ini. Maha besar engkau ya Robb. batin Maya.

Saat sampai di rumah sakit, Maya dan juga Carlen langsung mencium tangan sang kakek. Sementara pria paruh baya itu sedang disuapi makan oleh Mike.

''Nanti sore kakek akan pulang. Oh iya Carlen, bisakah kamu mengajak Maya berjalan-jalan di Jerman! Dia pasti belum pernah melihat kota ini? Jadi, bisakah kau mengajaknya!'' pinta kakek Albert.

''Tapi Kek, aku---''

''Dia adalah istrimu. Ajak dia berjalan-jalan, jangan kau sibuk dengan pekerjaan terus!'' Kakek Albert memotong ucapan Carlen, saat pria itu akan menolak permintaannya.

Mau tidak mau, akhirnya Carlen pun mengangguk, kemudian dia berjalan ke arah parkiran lalu dia masuk bersama dengan Maya. Dan kali ini mereka tidak diantar oleh supir, karena kakek Albert mau mereka menghabiskan waktu berdua.

''Ini semua gara-gara kamu! Aku harus mengajak wanita udik sepertimu untuk berkeliling Jerman. Benar-benar menyebalkan!'' gerutu Carlen saat sedang menyetir mobil.

Maya hanya menundukkan kepalanya. Dia juga sebenarnya tidak ingin, dan tadi sempat menolak permintaan kakek Albert, tapi pria paruh baya itu tetap saja memaksanya. Akhirnya mereka pun tidak mempunyai pilihan.

Carlen membawa Maya ke sebuah taman yang berada di Hamburg. Taman itu banyak didatangi oleh para wisata, apalagi malam itu tepatnya malam minggu.

''Ini sebuah taman 'kah?'' tanya Maya.

''Kau pikir, ini apa? Penjara?'' jawab Carlen dengan ketus.

Kemudian mereka turun, dan Maya mulai berjalan-jalan menyusuri taman Planten un Blomen. Pemandangan yang dihiasi oleh pohon-pohon di musim dingin, membuat Maya menatapnya kagum. Apalagi ada danau kecil juga di sana, dan jalanan setapak layaknya taman. Hanya saja beda suasananya dengan di Indonesia.

''Kau berjalan-jalanlah sendiri!.Aku akan menunggu di sini,'' ucap Carlen sambil duduk di salah satu kursi yang ada di taman.

Maya mengangguk, kemudian dia berjalan-jalan menyusuri taman, melihat keindahan di kota Jerman tersebut.

''Aku benar-benar merasa mimpi berada di kota ini. Suasananya begitu sangat sejuk, walaupun panas, tapi terasa dingin,'' ucap Maya dengan lirih.

Dia ingat, sudah berjalan cukup jauh dari Carlen. Dan Maya berpikir untuk kembali kepada suaminya, takut jika dia nanti akan tersesat.

Di sisi lain, Carlen sedang duduk sambil menatap ke arah Taman, melihat berbagai pasangan sedang berjalan-jalan. Bahkan ada yang sedang duduk memakan camilan.

Akan tetapi, saat dia menatap ke arah lain, Carlen melihat wanita yang menyerupai kekasihnya, yaitu Freya. Pria itu pun langsung beranjak dari duduknya, dan dia sangat yakin jika itu orang yang sangat ia cintai selama ini.

''Itu 'kan Freya, tapi siapa pria yang ada di sampingnya? Aku harus memastikan jika itu memang dia,'' gumam Carlen. Kemudian dia mulai berlari mengejar wanita tersebut.

Namun, tubuhnya tidak sengaja menabrak nenek-nenek hingga jatuh. Mau tidak mau, Carlen pun membantu wanita paruh baya itu untuk bangkit.

Akan tetapi sayang, dia kehilangan jejak Freya. ''Aghh sial! Aku kehilangan jejaknya, tapi apa itu Freya? Sebaiknya aku harus mencarinya.''

Carlen pun berjalan keluar dari taman, dan dia melihat Freya masuk ke dalam mobil bersama dengan seorang pria. Dengan cepat Carlen memasuki mobilnya dan mengikuti kemana Freya pergi. Dia tidak ingin kehilangan jejak wanita itu lagi.

Bahkan Carlen tidak ingat jika di taman masih ada Maya, dan wanita itu baru saja sampai di kursi yang tadi diduduki oleh suaminya. Namun tidak melihat pria itu di sana.

''Astagfirullah! Mas Carlen ke mana? Katanya mau nunggu di sini, kok dia nggak ada?'' bingung Maya.

BERSAMBUNG........

Astaga dia malah lupa sama Maya🤦🏼🤦🏼

Terpopuler

Comments

Hisyam Dwi Putra

Hisyam Dwi Putra

ya iyalah panas banyak 😈😈😈 nya makanya panas dengar orang ngaji

2023-03-31

0

վմղíα | HV💕

վմղíα | HV💕

lanjuutt

2023-03-17

0

Gadis Bar-bar

Gadis Bar-bar

Kebakar. Ya panas sss😂😂😂

2023-03-11

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!