Happy reading.....
Saat ini Carlen dan juga Maya sedang berada di kamar, pria itu sedari tadi terus saja terdiam sambil mondar-mandir di dalam kamarnya. Sedangkan Maya hanya duduk di tepi ranjang memperhatikan pria itu.
Carlen sedang memikirkan cara, bagaimana dia bisa mengambil alih perusahaan sang kakek sedangkan tidak harus menghamili Maya. Karena Carlen sama sekali tidak sudi jika harus menyentuh wanita itu.
''Hei wanita udik. Ngapain dari tadi diem aja? Cari cara kek, gimana supaya aku bisa nguasain Dalmiro Group tanpa harus menghamili kamu!'' bentak Carlen dengan kesal.
''Aku harus bagaimana, Mas? Aku juga bingung,'' jawab Maya. Karena memang dia juga lumayan kaget dengan keputusan kakek Albert.
Carlen yang kadung kesal, segera mendekat ke arah Maya, kemudian dia menarik tangan wanita itu dengan kasar, lalu mencengkram rahang Maya hingga membuat tatapannya menengadah ke atas.
''Kau dengar ya! Aku tidak akan pernah menyentuh dirimu. Bahkan tidak pernah sudi! Atau jangan-jangan ... tubuhmu itu sudah tidak suci lagi? Pakaianmu saja yang alim, hanya untuk menutupi jika kau memang sudah ternoda?'' tuduh Carlen sambil mendorong tubuh Maya dengan kuat hingga tersungkur ke lantai.
Hati Maya bagaikan ditusuk ratusan sembilu, saat mendengar tuduhan dari suaminya. Maya mungkin bisa menerima saat Carlen menyiksanya, saat pria itu mencaci maki dirinya, tapi hati Maya sangat teriris sakit ketika kesuciannya diragukan oleh sang suami.
Wanita itu bangkit dan menatap Carlen sambil menggelengkan kepalanya.
''Tidak Mas! Kenapa kamu berbicara seperti itu? Aku ini masih Suci. Aku belum pernah melakukan hubungan yang dilarang oleh agama. Kenapa kamu menuduhku seperti itu? Kenapa kamu tega?'' tanya Maya dengan air mata yang sudah mengalir.
Tetapi dasarnya Carlen hatinya sudah tertutup. Walaupun dia melihat jika Maya tengah menangis, akan tetapi, pria itu tidak peduli sama sekali. Dia malah mendorong tubuh Maya kembali hingga jatuh tersungkur, dan sikut wanita itu mengenai lemari.
''Aawh ...'' ringis Maya saat merasakan tangannya begitu sakit.
''Mana ada seorang maling yang ngaku. Udahlah, gak usah basa-basi. Emang dasarnya kamu itu cuma ngincar harta warisan Dalmiro aja 'kan? Tapi sayang, itu hanya sebuah impian di dalam angan-angan kamu saja. Jangan pernah bermimpi untuk menjadi nyonya besar di keluarga Dalmiro, paham!'' bentak Carlen sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Maya.
Pria itu menarik tubuh Maya dengan kasar, lalu membantingnya keranjang. Kemudian satu tangannya mencekik leher Maya hingga membuat wanita itu sulit bernafas.
''Mas, lep-as-kan! A-ku tidak bisa berna-fas,'' ucap Maya dengan suara yang tersendat-sendat, karena Carlen mencekiknya dengan kuat.
Akan tetapi, pria itu malah tersenyum menyeringai. Dia tidak memperdulikan Maya yang tengah meminta untuk dilepaskan. Bagi Carlen penderitaan Maya adalah sebuah kebahagiaan untuknya. Jika dia tidak melihat wajah Maya yang kesakitan, dia merasa hidupnya begitu hambar.
Saat melihat Maya sudah terengah-engah dan akan kehabisan nafas, Carlen pun segera melepaskan tangannya dari leher wanita itu, kemudian dia beranjak dari ranjang berdiri membelakangi Maya.
''Seharusnya saat kau kemarin menghilang, enyah saja dari hidupku. Jika bisa pergilah kau ke neraka! Kenapa malah kembali lagi?'' geram Cerlen. Setelah itu dia keluar dari kamar.
Setelah kepergian suaminya, Maya menangis tersedu-sedu. Dia memegangi lehernya yang terasa begitu sakit, bahkan rasa sakit yang ada di dalam hatinya mengalahkan luka yang baru saja ditorehkan oleh Carlen.
''Rasa sakit di leher ini, tidak sebanding dengan rasa sakit yang ada dalam hatiku, Mas, saat kamu benar-benar menginginkan ku pergi dan enyah dari hidupmu. Jika bukan karena wasiat orang tuaku, sungguh aku tidak kuat berada di sisimu, Mas Carlen,'' ucap Maya dengan nada yang lirih sambil menangis.
.
.
Malam pun telah tiba, Maya, Carlen dan juga kakek Albert sedang berada di meja makan untuk makan malam.
''Oh iya, bagaimana dengan permintaan Kakek tadi siang? Kalian akan mengabulkannya bukan?'' tanya kakek Albert di sela-sela makannya.
Carlen yang mendengar itu tersedak makanannya, tetapi Maya hanya diam saja. Dia ingin melihat apa yang akan diucapkan oleh suaminya.
''Kek, apa nggak ada pilihan lain? Kenapa harus keturunan?'' protes Carlen.
Kakek Albert sejenak menghentikan makannya, kemudian dia menatap ke arah Carlen dengan tajam. Lalu pria itu meminum air yang ada di gelas, dan melipat kedua tangannya di meja sambil menatap ke arah cucu kesayangannya.
''Memangnya, apa susahnya sih membuat keturunan? Kamu hanya tinggal membuat adonan saja bersama dengan Maya. Dia itu kekasih halal kamu, istrimu. Apa yang perlu kamu takutkan? Jangan bilang, kalau kalian tidak pernah melakukan hubungan suami istri?'' Kakek Albert bertanya sambil menatap Carlen dengan tatapan menyelidik.
''Mana mungkin Kek, kami ini 'kan suami istri, sudah pasti sering melakukannya. Hanya saja, mungkin memang Tuhan belum memberikan kepercayaan kepada aku dan juga Maya. Jadi jangan berpatokan pada keturunan lah Kek!'' Carlen menjawab dengan nada yang sedikit gugup.
''Pokoknya keputusan Kakek sudah bulat. Keputusan ada di tangan kamu sepenuhnya, tapi jika sampai nanti kakek tidak ada, kamu masih juga belum mempunyai keturunan bersama dengan Maya. Terpaksa, perusahaan itu akan kakek Sumbangkan. Dan kamu hanya akan mendapatkan 20% saja!'' ancam kakek Albert.
Wajah Carlen membulat dengan tatapan terkejut ke arah ke sang kakek. Dia tidak menyangka, jika kakeknya begitu kejam. Padahal Carlen adalah cucu kandungnya.
''Apa Kek! 20%? Yang benar saja!'' protes Carlen dengan nada suara yang tidak terima.
Namun itulah kakek Albert, keputusan yang sudah diambil tidak bisa diganggu gugat, dan tidak ada yang berani membantah keputusannya. Sekalipun itu tante Gisela ataupun almarhum Papanya.
.
.
Jam sudah menunjukkan pukul 11.00 malam, akan tetapi Carlen masih belum bisa tertidur. Dia masih memikirkan permintaan sang kakek soal keturunan.
Carlen pun masuk ke dalam kamar, dan dia melihat Maya sudah tertidur dengan pulas. Kemudian pria itu mengambil bantal dan memukul ke arah tubuh Maya, hingga wanita itu tersentak kaget.
''Mas, ada apa?'' tanya Maya dengan suara yang serak.
Carlen yang kadung kesal kepada Maya, karena dia pikir gara-gara wanita itu, Carlen tidak bisa mendapatkan harta Dalmiro. Padahal dia adalah cucu kandung dari kakek Albert.
Kemudian pria itu pun menarik paksa tangan Maya, hingga wanita itu tersentak kaget dan sedikit terhuyung lalu jatuh ke lantai, tetapi Carlen tidak perduli. Dia menyeret Maya hingga ke kamar mandi.
Setelah itu dia menyalakan air shower yang begitu dingin, dan langsung menyiram tubuh Maya hingga wanita itu menggigil kedinginan.
''Dingin Mas,'' ucap Maya.
''Rasakan! Itu adalah pelajaran untukmu. Siapa suruh kau mengambil empati kakekku, hah? Gara-gara kau, aku tidak bisa menguasai perusahaan Dalmiro Group!'' geram Carlen. Setelah itu dia meninggalkan Maya yang sudah basah kuyup di kamar mandi.
BERSAMBUNG......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ahrin
alhamdulillah,,siksa trus istrimu carlen,bila perlu sekalian km siksa juga si tohornyaa biar si tohor merasakan apa yg maya rasakan carlen🤣
2023-07-12
1
վմղíα | HV💕
pergi saja sejauh mungkin maya biar tau rasa carlen
2023-03-18
1
Sri Wahyuni
justri aq d sini benci nya sm s maya tolooool bnget msih mau brtahan0
2023-03-07
1