Amarendra terbaring lemah dengan ditemani Abahnya. Abahnya sesekali menangis, menyesal karena merasa tak mampu menjaga anak itu. Bukan salahnya, para preman itu menagih utang yang masih tersisa, harus lekas dibayar Amarendra dan Ibunya. Andai keduanya berbicara padanya, mungkin dia akan lekas membayar itu, tak perlu sampai membuat cucunya babak belur begini.
Amarendra terlelap setelah meminum obat. Matanya lebam dengan dahi robek, pipinya bengkak dan sudut bibirnya berwarna ungu. Betapa kerasnya empat preman itu menderanya sampai dia tak sanggup melawan dan tumbang kemudian diselamatkan warga yang kebetulan lewat. Amarendra dihajar di tepi jalan, sepi, sepedanya bahkan rusak. Abah janji akan memperbaikinya atau membeli yang baru juga membayar semua utang itu dan mengobati cucunya sampai sembuh.
Satu jam kemudian Amarendra bangun, dia duduk di tepi ranjang sambil menatap keluar kaca jendela. Abahnya pergi dan kelima temannya datang menjenguk.
“Masalahnya apa, Maren? Sampai kamu babak belur begini, preman dari mana? Kamu membuat ulah?” tanya Raihan dan Amarendra menggeleng, tak mungkin dia jelaskan dan Abahnya pun melarangnya membicarakan masalah keluarga kepada siapa pun.
“Salah paham,” katanya berbohong dan Raihan dengan yang lain saling tatap.
“Sampai separah ini? Seharusnya mereka bertanggungjawab!” tandas kawannya yang lain dan Amarendra menyimpul senyum.
“Aku tak apa, besok juga bisa pulang, mungkin,” katanya tidak pasti kemudian menoleh. Amarendra bangun dan meringis. Raihan mendekat, membantunya minum.
“Ada dia di luar,” bisik Raihan dan Amarendra menatapnya.
“Dia siapa?” Bingung.
“Dia...jangan pura-pura bodoh, Maren.” Raihan tersenyum dan Amarendra mengerutkan kening.
“Kani?” tanyanya sambil menarik baju Raihan. Raihan mengangguk dan melirik ke pintu. Kani mengintip sejenak kemudian masuk perlahan-lahan. Menatapnya dengan mata berair, mungkin gadis itu tak tega melihatnya jelek begini.
“Ayo.” Raihan mengajak semuanya keluar untuk mencari makan. Kani menutup pintu dan Amarendra menjauh.
“Kenapa kamu ke sini?”
“Kamu membuat masalah apa sampai mereka melakukannya? Atau ini ulah Heri?” Air mata Kani menetes dan Amarendra membantah dengan menggeleng kepala. Dia menjelaskan bahwa ada salah paham, dia yang salah sampai semuanya terjadi. Kani menangis tersedu-sedu dan Amarendra bingung harus melakukan apa. Melirik pintu berharap Raihan masuk lagi dan lekas membawa Kani pulang, dia tak bisa memperlihatkan diri dalam keadaan begini. “Apa tak bisa mengirimkan pesan agar aku tak berprasangka buruk? Aku menunggumu, tahu-tahu kamu dirawat begini.” Ia terus menangis dan Amarendra duduk kembali.
“Aku bahkan tak tahu di mana ponselku, maaf. Kamu merindukanku?” Amarendra tersenyum dan Kani mengusap pipinya. Tangannya terangkat, sangat ingin dia pukul laki-laki itu tapi tak tega dan Amarendra tergelak. Amarendra perlahan menepuk tepi ranjang dan Kani duduk di sebelahnya. Keduanya diam sejenak sampai Kani menoleh, memperhatikan wajah itu dari samping, Amarendra sadar itu sebabnya dia lebih memilih menatap lurus ke depan. “Jelek, aku tahu. Tak perlu terus menatap begitu.”
“Masih memikirkan penampilan? Bisa-bisanya.” Kani mendelik sebal. Keduanya menoleh saat pintu diketuk, seorang wanita masuk membawa nampan. Amarendra mendesah, bosan dengan makanan hambar itu. Dia juga diperiksa dan Kani memperhatikan di dekat jendela.
“Kamu tak makan dengan benar.” Dokter menegur dan Amarendra diam. Dokter pria itu melirik Kani yang sedari tadi diam di sana. “Suapi dia jika bisa, dia perlu makan sebelum minum obat.” Dia mengira Kani keluarga pasien. Kani mengangguk dan mereka semua keluar.
Amarendra sudah duduk lagi dan Kani mendekat.
“Aku suapi.” Kani mengambil nampan dan Amarendra menggeleng. “Dokter yang menyuruhku.” Kani menatap galak dan Amarendra tersenyum. Dia pasrah saat suapan pertama masuk, sambil mendengarkan cerita Kani tentang kesendiriannya karena dia tak ada. Amarendra tersenyum, matanya menyipit memperhatikan wajah Kani dengan saksama, terkhusus saat gadis itu berbicara, tersenyum, terkekeh dan mendelikan matanya. Mengira dia tak mendengarkan karena diam, justru dia sedang menyimak dengan baik.
Merasa mendapatkan energi yang berbeda setelah bertemu gadis itu. Makanan hambar yang biasanya sulit dia telan pun mendadak terasa nikmat karena Kani yang menyuapinya. Sayur bening, bubur, dan tempe itu terus dia terima. Sampai suapan terakhir tak terasa dan Kani menyeka bibirnya. Amarendra yang tersadar dari lamunannya terkesiap, menjauhkan badan dengan raut wajah tegang.
“Sekarang minum obatmu, aku tak bisa lama.” Kani meletakkan nampan di bagian bawah meja, memberikan minum dan Amarendra menatapnya sambil meneguk airnya. “Semoga cepat sehat.”
Amarendra menurunkan lengannya dan menerima obat di telapak tangannya.
“Jangan ke sini lagi, aku akan segera pulang. Ini jauh, aku tak mau ada masalah nanti.” Amarendra serius dan Kani mengangguk patuh.
Setelah memastikan bahwa dia meminum obatnya. Kani membantu Amarendra berbaring, menyelimutinya.
“Kani...pulang.” Amarendra sudah memerintah lagi sambil tersenyum karena gadis itu malah duduk di kursi plastik sebelah ranjang, menempelkan dagu pada lengan yang dia lipat di sebelahnya, kemudian menatapnya.
“Maaf, sudah mengira kau meninggalkanku. Mengira yang buruk-buruk saja dan telat mencari tahu kau kenapa.” Kani berbisik dan Amarendra menggeleng.
“Kamu khawatir, aku tahu. Yang jelas, aku tak akan pergi ke mana-mana apalagi tanpa pamit. Akan aku kabari jika bisa, pulanglah, dan cukup menunggu,” balasnya lembut dan Kani mengangguk, berdiri, meraih tasnya di atas meja.
Kani melangkah pergi dan Amarendra memperhatikan sampai gadis itu keluar dan dia bisa bernapas lega. Amarendra terperanjat saat pintu dibuka dan gadis itu masuk lagi.
“Apa?” seru Amarendra.
“Enggak, ya sudah aku pulang.” Dia tutup lagi dan Amarendra tertawa renyah sambil memijat keningnya. Ada-ada saja tingkah konyol gadis itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
🌻 G°°Rumai§ha°° 🌵
Mereka yg ngobrol aq yg senyum2 😁
2023-04-14
0
SUMI 🐊🐊
aih meleleh aku baca nya
2023-03-27
1
☠ᵏᵋᶜᶟ Қiᷠnꙷaͣŋͥ❁︎⃞⃟ʂ⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔
gini aja udah so sweet sih 🤣
2023-03-11
3