Dela merebahkan badannya ke atas tempat tidur yang sekarang sudah menjadi miliknya. Kamarnya ada dilantai dasar, ia sudah meminta tolong pada mbok Nani dan cucunya yang ternyata bernama Intan. Dugaan Dela benar jika Intan itu masih remaja. Jelas masih remaja, bisa dilihat dari wajahnya yang masih lugu. Usianya 17 tahun dan berhenti sekolah karena kedua orang tuanya ibu dari Intan. Mereka itu dari kampung, Intan tinggal berdua dengan suami mbok Ijah di kampung. Dan suaminya meninggal dua tahun yang lalu, membuat mbok Ijah mau tak mau harus membawa Intan kekota ini, dan untungnya Alvano mengizinkan Intan tinggal di rumahnya bersama mbok Ijah yang sudah bekerja puluhan tahun di rumah keluarga Alvano. Itu semua cerita dari mbok Ijah saat Dela bertemu didapur lalu bertanya-tanya.
"Bunda sama Ayah lagi apayah?" Gumam Dela lantas mengecek ponselnya yang ada di tas.
Ia jika rindu dengan kedua orang tuanya. Mereka terakhir bertemu saat Dela izin masuk kedalam kamar untuk beristirahat. Saat itu juga bunda dan ayahnya pulang. Berarti baru sehari mereka tak bertemu, tapu Dela rasanya sangat rindu.
"Hallo bun..." spaa Dela ketika panggilan nya terjawab.
"..."
"Dela kangen sama bunda... Dela gabetah disini." ujar Dela lemas.
"..."
"Iya-iya.. Lagi kangen malah di omelin. Besok Dela kerumah mau ambul pakaian sama barang Dela setengahnya." jelas Dela sedikit ketus saat dinasehati sang Bunda.
"..."
"Ayah lagi apa bun? Bunda gasendiriankan dirumah?"
"..."
"Baguslah kalo ayah ada.. Yaudah aku tutup dulu telfonnya. Udah malem Dela mau istirahat."
"..."
"Apa? Bunda minta cucu? Minta dibuatin sama ayah, pasti ayah mau." Jawab Dela terkekeh pelan kala bundanya berbicara yang tidak-tidak.
"..."
"Udah ah, nambah malem nambah ngaco omongan bunda. Dela tutup dulu! Dah... See you bundaku sayang." Tutup Dela yang langsung mengakhiri panggilannya.
®®®®
"Intan... Saya boleh minta tolong panggilkan Dela untuk segera kesini?" Tanya Jihan.
Intan mengangguk lalu bergegas pergi melaksanakan apa yang diperintah oleh ibunda Alvano itu. Yah, Jihan datang kerumah Alvano saat ini. Namun saat diperjalanan Intan berhenti berjalan karena suara Alvano yang memanggilnya dari arah tangga.
"Intan!" Panggil Alvano.
"iyah tuan?" Tanya Intan berbalik menghadap Alvano.
"Mamah dateng kesini?"
"Benar tuan..."
"Lalu kamu mau kemana?" Tanya Alvano lagi yang melihat Intan rupanya akan berjalan kearah kamar Dela.
"Memanggil mbak Dela, perintah dari nyonya Jihan tuan." Jawab Intan sesekali mendongakkan kepalanya kala menjawab pertanyaan yang Alvano lontarkan.
"Kamu kembali lagi bekerja. Biar saya panggil kalau mamah tanya Dela lagi dikamar mandi jadi sedikit lama." Jelas Alvano yang hanya diangguki Intan sebelum akhirnya pergi.
Alvano mulai berjalan kearah kamar Dela. Ketika sampai ia lalu mengetuk pintu itu, tapi sayang tak ada jawaban. Sekali lagi ia mengetuk pintu itu, masih sama seperti tadu. Dan kali ini ia mengetuk lagi untuk yang terakhir kalinya, yah karena jika tidak ia akan masuk tanpa menunggu dibukakan. Tapi sebelum ia kembali mengetuk, pintunya sudah terbuka. Menampakan wajah bangun tidur Dela terbuka yang belum menyadari keadaan nya.
Apasih? Gasabaran banget ngetoknya.." gumam Dela seraya menguap lalu ditutup dengan tangannya.
"Kamu dipanggil mamah."
Dela terlonjat kaget kala mendengar suara berat dan dingin itu. Ia lalu mengucek kedua matanya, dan lagi-lagi betapa terkejutnya ia menemukan wajah datar Alvano.
"mamah? Beliau ada disini?" tanya Dela cepat.
"Hmm."
"Oke. Lima menit lagi, saya cuci muka dulu," dan setelah itu Dela langsung melesat kekamar mandi.
"Nunggu,"
"Buat apa? Saya bisa sendiri...".
Alvano berdecak kesal mendengar banyak pertanyaan dari mulut Dela.
"Ck, mamah bisa curiga kalau kita gasatu kamar." ketus Alvano yang hanya diangguki mengerti oleh Dela.
Mereka lalu menuju kearah ruang keluarga dimana mamahnya berada, dan tiba-tiba Alvano menggenggam jemari Dela seraya tersenyum tipis. Dela terkejut hanya mampu berdian diri kala Alvano mengisyaratkan untuk diam, dan Dela mengerti itu.
"Mamah mau apa kesini?" tanya Alvano seraya duduk di sofa hitam itu, melepaskan genggamannya dan lebih memilih mengambil remot tv.
"Emang kenapa? Gaboleh mamah kesini?" ketus Jihan pada Alvano yang sedang mengganti chanel tv didepannya.
Dela yang masih berdiri merasa tak enak hati mendengar obrolan singkat dua manusia didepannya itu.
"Bukan gitu mah maksud Alvano," ujar Alvano menatap mamahnya lembut dan berganti menatap Dela yang masih diam.
"Sayang, kenapa masih berdiri? Sini duduk." ujar Alvano pada Dela seraya menepuk-nepuk tempat duduk yang masih kosong disampingnya.
Dela hanya mengangguk dan mengikuti intrupsi Alvano untuk duduk disampingnya. Ia tersenyum canggung saat Alvano merapatkan tubuhnya pada Dela dan merangkul Dela secara mesra didepan mamahnya.
"Dela, ini mamah belikan pakaian ganti untuk disini. Maafyah kalau gacocok." ujar Jihan sambil memberikan beberapa paper bag dihadapan Dela.
"Mamah harusnya gaperlu repot-repot. Dela juga besok mau pulang kerumah bunda buat ambil pakaian dan peralatan Dela yang lainnya." jelas Dela.
"Bener kata Dela, akukan ada mah." ucap Alvano sambil mengusap lembut rambut Dela.
Jihan hanya tersenyum hangat melihat interaksi dua manusia didepannya yang sepertinya sedang dilanda cinta.
"Udah gapapa, buat menantu sendiri ini. Nanti dari Alvano beda lagi." ucap Jihan seraya terkekeh pelan.
"Makasih banyak mah," ucap Dela seraya tersenyum hanya diangguki oleh Jihan.
"Kalian udah makan malem?" tanya Jihan menatap Dela dan Alvano secara bergantian.
Dela menatap Alvano meminta jawaban. Ia bingung harus menjawab apa. Jika ia berkata jujur Alvano akan terkena omelan Jihan karena belum makan malam. Apa ia harus berbohing saja? Mungkin itu lebih baik.
"Udah Mah..." ucap Dela membuat Jihan mengangguk mengiyakan.
"Belum, kita belum makan malem." ujar Alvano membuat Dela menatap tak percaya pada pengakuannya barusan.
"Loh katanya udah?" bingung Jihan.
"Dia bohong mah, jita belum makan malemkan sayang? Jawab jujur." jawab Alvano tersenyum penuh arti pafa Dela yang menatapnya dengan penuh kebingungan.
"Benar itu Dela?" tanya Jihan menatap Dela yang saat ini tersenyum kaku.
Baru ingin menjawab, tiba-tiba ponsel Jihan berdering. Membuat Dela mengehela nafas lega.
"Mamah angkat telefon dulu..."
Setelah beberapa saat Jihan pergi, suasana menjadi mencengkram akibat kebisuan yang dilakukan Dela dan Alvano. Tangan Alvano masih seperti tadi, merangkul pundaknya dan tak menjauhkan tubuhnya sedikitpun agar Dela bisa sedikit bernafas.
"Alvano.." Ucap Dela yang ingin memprotes karena sikap yang membuatnya tak nyaman dan menurutnya sangat berlebihan itu.
"jangan banyak bicara, ikutin saja permainan saya!" Jelas Alvano tajam saat Dela baru saja akan kembali mengeluarkan suaranya.
Tak terselang lama akhirnya Jihan datang kembali, membuat Dela bingung akan menjawab apa ketika Jihan kembali bertanya.
"Dela, Alvano, mamah pulang dulu. Papah kamu sudah datang, dan meminta mamah agar segera pulang." Jelas Jihan yang hanya diangguki oleh Alvano.
"Kalian jangan lupa makan, oke. Dan kamu Alvano jagain menantu kesayangan mamah, jangan sampai lecet." Pesan Jihan.
"Iyah mah..." Jawab Alvano yang aslinya sangat-sangat terpaksa.
"Dela sayang, kamu yang betah disini yah... Kamu bosan kamu bisa mampir ke rumah mamah." kata Jihan pada Dela yang hanya diangguki saja oleh Dela.
Jihan lebih dulu melenggang pergi meninggalkan Dela dan Alvano. Alvano dengan cepat melepaskan rangkulannya dan menepuk-nepuk tangannya seolah tangannya baru saja terkena suatu debut. Setelah itu Alvano menatap dingin Dela yang memang tengah meperhatiankannya.
"Saya melakukan itu agar mamah gacuriga. Kamu jangan kegeeran! Dan saya minta kamu agar bisa sedikit berakting didepan orang tua kita. Jangan sampai mereka tau hal apa yang sebenarnya terjadi." Jelas Alvano sebelum akhirnya ikut melenggangkan pergi meninggalkan Dela yang tertunduk pasrah.
Setelah berpamitan, Dela mengantar Jihan sampai Mobil Jihan melesat pergi dari perkarangan rumah Alvano. Niatnya Dela ingin masuk kembali kedalam rumah, namun matanya menatap heran pada Mobil yang baru saja memasuki halaman rumah Alvano. Apa itu tamu Alvano? Atau Mobil yang dipunyai Alvano? Tapi siapa didalamnya? Jika tamu kenapa malam sekali datangnya.? Pikir Dela.
"minggir! Gue mau masuk."
Dela tersentak dari lamunannya ketika mendengar suara seorang wanita. Wanita? Apa seseorang didepannya ini kekasih Alvano? Berarti Mobil tadi? Dan untuk apa malam-nalam begini kerumah Alvano? Pikir Dela.
"Lo budek? Gue bilang minggir!" geram Angel menatap Dela yang masih belum mau menyingkir dari depan pintu masuknya.
Dengan sengaja Angel masuk seraya menyenggol bahu Dela dengan kasar yang masih diam menatapnya. Sungguh Angel benci pada istri baru Alvano itu.
"Sayang.. Istri baru kamu nyebelin!! Ucap Angel kesal kala melihat yang berada dimeja makan.
Alvano meminum air didepannya setelah menyudahi acara makan malamnya. Ia menatap heran pada Angel yang tiba-tiba datang dengan wajah ditekuk seperti itu.
"Kenapa hm?" Tanya Alvano.
"Masa aku mau lewat, dia malah ngalangin jalan aku. Padahal aku udah bilang suruh minggir." jelas Angel ikut duduk disamping Alvano tersenyum tipis seraya mengacak-acak gemas rambut kekasihnya itu.
"Udah jangan dipikirin, masa kamu kesel karena masalah sepele gini?"
"Kamu ngebalin dia gitu? Ishh..nyebelin." Ketus Angel seraya melipat kedua tangannya didepan dada.
"Aku gabelain dia sayang. Cuma kan rugi sendiri Kalau marah-marah gajelas kaya sekarang, muka kamu tambah tua nanti." Ujar Alvano seraya terkekeh pelan kala melihat mata bulat Angel yang seperti ingin keluar.
"kamu bilang apa barusan? Secara tidak langsung kamu ngatain aku tua tau!! "Ketus Angel membuat Alvano semakin tertawa melihat wajah kesal Angel.
"Aku gabilang gituloh baby..." Bela Alvano masih dengan sisa tawanya.
"iya, iya aku salah. Aku minta maaf." Ujar Alvano mengalah seraya mengecup punggung tangan Angel.
Jika tidak Alvano yang mengalah, sudah pasti pertengkaran kecil ini berlanjut sampai besok. Dan Alvano tidak mau kekasih tercintanya ini sampai marah selama itu karena Alvano tau sifat keras kepala Angel yang susah mengalah.
Dan tanpa mereka sadari, Dela melihat semua keromantisan suami dan pacarnya itu. Dela menghapus air matanya yang turun dengan kasar. Setelah itu ia berlari kekamarnya. Menumpahkan rasa sakitnya di dalam tangisan tanpa orang lain tau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Yusria Mumba
ceritany bagus bikin nangis,
2023-02-03
0
Kadek Eni
😭😭😭😭😭
2021-08-23
0
YuliaBilqis
Dela harus kuat cuma 6 bulan Del dan kamu bebas ... Dan Vano tentu saja akan menyesal 😭😭😭😭
2021-06-20
0