Dela tersenyum gembira kala melihat sarapan yang sudah dibuatnya tersaji rapih diatas meja makan. Ia lalu menatap mbok Ijah yangjuga sedang menatapnya.
"Gimana mbok? Masih ada yang kurang?" tanya Dela.
Mbok Ijah menggelengkan kepalanya seraya tersenyum kecil.
"Kalau gitu Dela kekamar dulu mau mandi, sarapanya jangan kasih tau Alvano yah kalau Dela yang buat." jelas Dela sebelum akhirnya pergi.
Bagaimanapun Dela seorang istri. Walaupun diperjanjian itu ia tidak usah melakukan kewajibannya sebagai istri tapi Dela merasa jika memasakan Alvano sarapan saja sudah cukup. Tidak terlalu berperan sebagai seorang istri bukan? Piklr Dela.
Ditempat lain Alvano baru saja menuruni tangga dengan pakaian kantornya. Ia berjalan kearah meja makan untuk sarapan seperti biasanya. Alvano duduk lalu mengambil sarapan dihadapannya. Ketika mulutnya merasakan nasi goreng yang sudah tersaji itu ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan mulutnya. Dicobanya lagi nasi goreng itu untuk yang kedua kalinya memasuki mulutnya. Ya, benar lidahnya tak salah,jika nasi goreng ini ada yang aneh. Bukanya tak enak, nasi goreng ini sangat enak menurutnya. Tapi bukan seperti masakan mbok Ijah yang seperti biasanya. Hari ini berbeda, ia sudah hapal betul rasa masakan yang dihidangkan oleh mbok Ijah
yang sudah bekerja dirumahnya sejak ia kecil.
"Mbok Ijah.." panggil Alvano.
"lyah den.. ada apa?" tanya Mbok Ijah yang baru tiba.
"lni sarapan siapa yang buat?" tanya Alvano membuat mbok Ijah menegang seketika.
"Kenapa den? Masakan mbok gaenakyah? Atau jangan-jangan keasinan?" ucap Mbok Ijah mencoba menutupi apa yang sebenarnya terjadi.
Alvano menggelengkan kepalanya.
"Masakan mbok beda.. tapi ini enak, gada yang asin. Saya cuma penasaran kenapa lidah dan hati saya nolak kalo ini bukan masakan mbok." jelas Alvano seraya memakan nasi gorengnya lagi dengan lahap.
Mbok Ijah tersenyum hangat mendengar ucapan majikannya. Mbok Ijah juga merasa senang karena Alvano memakan nasi goreng buatan Dela dengan lahap.
"ltu cuma perasaan den Alvano aja kali.. mbok masak seperti biasanya kok." jawab Mbok Ijah yang hanya ditanggapi anggukan kecil oleh Alvano.
"Kalau gitu mbok kembali kedapur dulu den.." pamit mbok Ijah sebelum akhirnya kembali pergi.
®®®®
Sudah beberapa hari ini Dela hanya diam dirumah. Ia bosan dengan suasana saat ini. Bukan tak punya teman, ia sekarang berteman dengan Intan. Tapi itu saja tidak cukup menghilangkan rasa bosannya. Dulu, ia selalu pergi kemana-mana tanpa memikirkan apapun dengan dua sahabatnya. Dela memiliki dua sahabat perempuan bernama Amel dan Aulia, keduanya sedang dilanda kesibukan akibat pekerjaan mereka yang baru. Jadi mereka bertiga sekarang sangatjarang bertemu ataupun sekedar menongkrong.
Berbicara soal pekerjaan, apakah Dela mencari suasana baru dengan cara bekerja saja? Idenya tidak terlalu buruk bukan? Lagipula ia juga mempunyai pengalaman bekerja dulu dibeberapa perusahaan.
"Yah! Gue lebih baik cari kerja, dari pada diem disini setiap hari." gumamnya seraya berdiri dari duduknya dengan penuh semangat.
"Tapi apa Alvano ngizinin?.." ucap Dela tiba-tiba lemas mengingat Alvano itu suaminya sekarang.
"Ah bodoamatlah, disurat perjanjian itukan ada tulisannya kalau salah satu diantara kita gaboleh ikut campur urusan pribadi kita masingmasing." ujar Dela mencoba meyakinkan diri sendiri.
la lalu bersiap-siap untuk menyiapkan beberapa berkas untuk melamar dan menyimpannya dibeberapa cabang kantor siang ini.
Dela mendesah lelah akibat berjalan kaki. Ia berhenti didepan perusahaan yang bertingkat tinggi didepannya. Rupanya ini perusahaan terbesar setelah beberapa waktu Dela liat dari perusahaan yang lainnya. la tersenyum cerah kala melihat tulisan bahwa ada lowongan kerja disana. Dengan semangat Dela memasuki gedung bertinggat itu. la menuju repsesionis untuk menyimpan civinya.
"Terimakasih.. jika anda diterima kami akan menghubungi anda untuk melakukan sesi wawancara." ucap wanita bernametag Susi itu tersenyum ramah.
"Sama-sama.. kalau begitu saya permisi dulu mbak." ujar Dela sebelum akhirnya kembali pulang.
Dela sudah lelah ingin istirahat. ia ingin segera bertemu dengan kasur tercintanya itu. Ah kasur, Dela rindu. la memakai taxi untuk sampai kerumah. Ketika sampai ia mengerutkan dahinya kala berhenti didepan rumah minimalis bertingkat dua yang ia rindukan itu. Tapi kenapa ia berhenti disini? Bukannya ia bilang alamat yang ada dirumah Alvano? Pikir Dela.
"Loh pak kok kita berhenti disini?" tanya Dela pada supir taxi yang mengantarkannya itu.
"Bukannya mbak bilang kejalan kemangi nomer 55 yah?" tanya lagi sipengemudi itu.
Ah apa mungkin Dela lupa? Sudahlah Dela tidak peduli, mungkin ia salah mengucapkan alamat. Segera ia turun dari taxi yang mengantarnya setelah membayar. Dela juga rindu dengan kedua orang tuanya. Lebih baik Dela istirahat disini dulu, lalu kembali pulang nanti.
Tok. Tok. Tok.
"BUNDA RATU.. DELA DATENG!!" teriak Dela mengetuk pintunya dengan tidak sabaran.
Tak berselang lama terdengar suara pintu dibuka menampakan wajah bundanya yang tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kamu gabisa pelan-pelan ketuknya? lni juga rumahloh bukan hutan, kenapa teriak-teriak?"jelas sang bunda yang hanya ditanggpi cengiran oleh Dela.
"Dela kangen sama bunda.." ucap Dela memeluk dan mencium singkat bundanya.
"Iyah bunda tau, yaudah ayo masuk." ujar sang bunda.
Dela mengangguk mengiyakan, namun ketika ia ingin masuk lebih dulu bundanya lebih dulu menghentikannya.
"Eh tunggu.. mana suami kamu?"
"Dia lagi kerja bun, ini kan jam kantor." jelas Dela membuat bundanya mengangguk mengerti.
"Terus kamu kesini sendiri udah izin belum sama Alvano?" tanya Karin lagi.
Dela menghela nafas lelah. Ia ingin masuk, ia lapar dan lelah. Tapi bundanya banyak tanya membuat ia kesaL
"Udah bunda ratu.."jawab Dela sedikit gemas, dalam hati ia berdoa agar tak menjadi anak yang durhaka karena selalu membohongi orang tuanya.
"Terus-"
"Bunda kita kapan masuknya kalo gini? Soal itu nanti aja yah sesi tanya-tanyanya. Dela cape, laper, ngantuk, pengen mandi." setelah itu Dela benar-benar masuk meninggalkan bundanya yang mengomel tak jelas didepan pintu.
®®®®
"DELA BUKA PINTUNYA!"
"DELA BANGUN UDAH MALEM!"
Dela berdecak kesal mendengar berbagai teriakan bundanya sedari tadi. la tahu sekarang malam, kenapa harus dibangunkan? Bukannya malam itu waktunya tidur? Dengan setengah nyawa yang belum terkumpul Dela membuka pintu kamarnya yang sengaja ia kunci sehabis mandi tadi.
"Apasih bun? lni masih malem, kenapa suruh Dela buat bangun? Biasanyajuga bangunin pagi-pagi.." kacau Dela seraya menggaruk kepalanya dan sesekali menguap.
"Kamu nggak pulang? lni udah malem Dela, nanti kamu dicariin~"
"Dela nginep."
Dan Brakkk.
Dela menutup pintu kamarnya lagi membuat Karin melongo tak percaya. Sebagai ibu Karin sudah terbiasa dengan tingkah laku anaknya jika bangun tidur sudah berjalan itu.
"YAUDAH KALO KAMU MAU NGINEP, KASIH TAU ALVANO DULU!! BIAR DIA GAKHAWATIR, OKE." teriak Karin lagi.
Dan Dela hanya bergumam kecil lantas kembali kealam mimpinya sampai matahari kembali muncul dipermukaan bumi.
Dela terusik dari tidurnya akibat suara ponselnya yang terus berdering. Ia meraba ponselnya disekitar kasur itu. Ketika menemukan ia memincingkan matanya untuk melihat siapa nama sipemanggil. Dan berapa
terrkejutnya kala matanya dengan jelas membaca nama pemanggil itu. Yah, perusahaan terbesar kemarin tempatnya melamar menelfon Dela.
"...."
"Pagi.. ini dengan saya sendiri." jawab Dela kala orang yang disebrangnya menyapa.
"...."
"Serius mbak? Saya diterima dan hari inijuga wawancara?" ujar Dela semakin tak percaya.
"...."
"Oke mbak. Saya kesana sekarang juga. Terimakasih atas informasinya." ucap Dela yang mengembangkan senyumannya kala telefonnya terputus.
"Aaaaa.. gue harus siap-siap!! Tapi tunggu, inikan kamar gue dulu?" bingung Dela menatap seisi kamarnya.
"Kok gue disini yah?" ucap Dela mengingat-ingat kejadian kemarin.
"Aisshh gue gapulang.. gimana nih? Aduh ******, Alvano marah gak yah? Aaa kan takut bunda.." ujar Dela panik seraya berlari kekamar mandi untuk bersiap-siap.
Selesai dengan penampilannya Dela keluar dengan wajah lesu.
la sudah memikirkan banyak hal yang akan terjadi kepadanya jika pulang kerumah Alvano nanti. Dan ia siap menanggung itu semua. Sebenarnya Dela takut mengingat
betapa kejamnya sifat asli Alvano waktu itu. Ah tapi sudahlah Dela harus fokus pada pekerjaan barunya.
"Kamu udah bangun? ayo sarapan dulu.." ujar Adit saat melihat anak semata wayangnya baru saja tiba dimeja makan.
"Dela langsung berangkat aja yah, soalnya buru-buru banget." jawab Dela membuat kedua orangtuanya bingung.
"Mau kemana buru-buru gitu?" tanya Karin sambil menyiapkan sarapannya untuk Adit.
"Dela baru aja diterima kerja, disalah satu perusahaan besar dikota ini." jawab Dela seraya menyalimi kedua orangtuanya.
"Kamu mau diantar ayah?“
"Gausah yah.. ayah sarapan aja dulu. Delal bisa pergi sendiri." jawab Dela.
"Yasudah kalu gitu kamu hati-hati.." Dela hanya mengangguk dan berlalu pergi dengan perasaan yang sedikit waswas dan takut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Nia Nara
Padahal della punya background bagus. Ngapain takut sama anceman alvano. Ancem balik lah. Alvano juga takut kan ketauan masih berhubungan dengan angel.
2023-05-22
0
Nur Maidah
jangan2 perusahaan milik Alvano sendiri
2022-05-10
1
YuliaBilqis
Tar ketemu suami galak lagi sebagai bis nya 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2021-06-20
0